Saat umurku 10 tahun, aku bertemu dengan anak laki-laki yang pernah diasingkan oleh semua temannya--ditambah digosippin lagi--yang ada di sekolah. Gifthan namanya. Kesan pertama aku melihatnya, dia itu anak yang teledor. Benar-benar teledor. Setampan apapun dia, tetap saja gara-gara Herdi--ketua kelas V-C-- yang benar-benar mulut beo, karena dia Gifthan dijauhi semua temannya.
Entah kenapa, waktu itu hatiku tergerak untuk membantunya. Ya... meski aku belum mengenalnya. Aku sangat tidak senang dengan suasana sekolah waktu itu. Permusuhan. Lagi pula, aku yang langsung diberi tugas oleh kakekku untuk membuat suasana lebih tenang. Dan akhirnya semua berjalan normal, anak itu kembali didekati temannya.
Dia sangat teledor. Pertemuan kedua, dia tidak sengaja menabrakku dengan sepedanya. Aku langsung terjatuh dari sepedaku sama sepertinya. Tapi untunglah, kami berdua tidak terluka.
" Ng.. Maaf. Kamu nggak apa-apa kan??" tanya anak itu padaku yang sedang membersihkan rok. " Kamu?" dia terkejut melihat wajahku.
" Oh.. ternyata kamu. Nggak apa-apa. Apes banget sih ketemu sama kamu. Ketabrak dulu." keluhku.
" Maaf. Mmm... Siapa namamu?" aku
" Nichel. Kamu Gifthan kan?"
" Kok tau??" dia membantuku berdiri dan memberikan tasku yang tadi terjatuh.
" Iya tau aja." jawabku sambil pergi.
" Eh tunggu!!"
Besoknya jam istirahat aku pergi menemui kakekku, aku terkejut saat berpapasan dengan Gifthan yang keluar dari ruang kepala sekolah. Aku sempat berfikir dia berbuat ulah lagi. Ternyata dia memberikan antingku yang terjatuh kemarin.
Sejak pertemuanku yang kedua dengan Gifthan, kami mulai dekat. Kami sering pergi dan pulang bersama menaiki sepeda masing-masing. Terkadang, dia mengantarkanku sampai ke rumah meski harus menempuh jarak lebih jauh. Bisa dikatakan kita bersahabat.
***
" Chel, tugas Fisika udah belum?" Farah--teman sebangkuku--langsung bertanya saat aku baru memasuki kelas.
" Ya elah Farah, kayak nggak tau Nichel aja. Dia kan murid teladan." Dara yang duduk di depan bangku-ku menjawab. " Mau liat dong Chel..."
" Dateng-dateng kok malah mau nyontek sih?" tanyaku santai namun menohok. " Sini, aku ajarin aja."
" Nichel!!!" Dewi masuk dengan suara toa-nya. Mungkin dia juga belum mengerjakan tugas Fisika-nya. " Cowok ganteng nyariin, maksud aku.. Gifthan nyariin tuh. Cepetan!"
" Ada apa sih?" tanyaku risih. " Aku kan lagi ngajarin mereka." Dewi menggendikkan bahunya. Aku berjalan menuju keluar kelas, diikuti dengan keluh Farah dan Dara yang belum selesai aku ajari.
Sebuah tangan langsung menarikku setelah aku keluar kelas. Gifthan. " Kamu kenapa sekolah? Emangnya kamu udah sembuh??" Gifthan menyentuh keningku dengan telapak tangannya.
" Aku udah sembuh kok. Udah sana-sana!!" aku menepis tangan Gifthan.
" Ya udah. Makan ini. Jangan kecapean ya.." aku mengangguk, dia memberikanku sebuah kotak makan. Kemudian dia berjalan menuju kelasnya. Kelas kami sebelahan. Aku kelas X-1 dia kelas X-2.
" Chel, ngomong apa Gifthan?" Farah mulai bertanya, dia dari tadi mengintipku dengan Gifthan dari kaca.
" Cie, dikasih apaan tuh?" Dara yang melihatku menyembunyikan sesuatu di balik badan menyelidik. " Dikasih coklat plus surat cinta ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Not Bad Life
Teen FictionApakah ada orang yang tidak tahu apa itu takdir? Ada, ia adalah Nichel. Dia sama sekali tidak tahu apa itu takdir. Ia hanya menjalankan kehidupan saja.