"I Love You Za"
"Love you too, my dear.."
"Mmmm.. So sweet.."
Dewi berteriak dengan suara yang serak. "Yang jomblo bisa apa dong..?"
Farah mengambil bantal, melemparnya tepat mengenai punggungku. "Bisa nonton doang tau nggak!!!" aku tertawa kecil masih dalam pelukan Kyza. Kyza pun ikut tertawa.
"Kalian mau pelukan sampai kapan?? Bosen nih liatnya." Dara membuka pintu kamar, keluar.
Aku mundur. Menyudahi acara pelukan ini. Kyza tersenyum menatapku, dia mengelus pundakku pelan.
"Sayang.. Ayo! Kamu ko belum siap-siap?"
"Lha? Mau kemana?"
"Kita kan mau muncak say."
Aku menepuk jidat. Oh iya, sekarang udah liburan sekolah. Aku punya janji sama Kyza pergi muncak ke Rinjani barengan. Untung aja aku udah nyiapin beberapa keperluan yang harus dibawa jauh-jauh hari sebelumnya.
Aku membuka lemari. Mengambil tas besar yang sudah berisi segala keperluan. Kemudian mengambil jaket kulit yang tebal. Dan mengeluarkan sepatu sport untuk dipakai.
Dewi mendekatiku. "Kalian nggak ngajak aku?" aku menggeleng sambil menggunakan jaket.
"Ini cuma aku sama Nichel ya.." Kyza menjawab.
"Yaaaa.. Padahal aku ingin ikut lho.."
Kami--aku dan Kyza--serempak menggeleng mendengar apa yang dikatakan Dewi.
"Eh ada Kyza!" ibu masuk ke kamar dengan membawa nampan berisi beberapa gelas susu. Kyza tersenyum mendekat ke ibu. Menyalaminya.
"Kapan dateng? Ko ibu nggak liat kamu ya tadi?"
Kyza nyengir, menggaruk tengkuknya. "Mmm itu bu. Aku--aku masuk lewat jendela." Ibu langsung tertawa mendengar penjelasan Kyza.
"Kamu ini suka aneh-aneh Za. Masa lewat jendela. Kayak apa aja!" ibu mengelus pundak Kyza pelan. Bagus. Ibu semakin akrab dengan Kyza. "Kalian minum dulu ayo. Oh iya Dara mana?"
Farah menunjuk ke luar kamar. "Tadi dia keluar bu. Cemburu liat Nichel sama Kyza."
Ibu tersenyum tipis. "Bukannya dia pacarnya Kevin?"
"Justru itu. Dia pacar Kevin, tapi Kevin nggak pernah seromantis Kyza." Dewi menjawab dengan pasti.
"Oh gitu.." ibu menatapku aneh. "Lho kamu ko bawa tas ini? Mau kemana Chel?"
"Itu bu. Kita kan mau muncak. Aku kan udah pernah bilang."
"Ko sekarang? Kirain minggu depan."
"Lebih cepat kan lebih baik bu." aku menangkap Gisi yang sedang berjalan-jalan di depan kamar. "Gisi-ku... Aku mau pergi dulu ya.. Nanti aku kasih oleh-oleh deh!" Gisi menggeliat. Dasar, kucing pemales!
"Bu aku pergi dulu ya sama Kyza.." aku menyalami ibu, begitu pun Kyza.
"Iya hati-hati yaa.. Terus itu mereka gimana?" ibu menatap Dewi, Dara dan Farah.
Aku tertawa pelan. "Ohh mereka katanya mau bantuin ibu beresin rumah. Hahaha" mereka dengan serempak melotot tajam ke arahku.
Ibu tersenyum sumringah. "Bagus dong. Ayo!" dan aku melihat wajah ketiga sahabatku ini langsung memelas. Ckckck, maunya main sama ngacak-ngacakkin aja, ngeberesin nggak mau!
Aku langsung menoleh ke luar saat mendengar bunyi klakson. Kyza sudah menunggu di mobil. Aku berjalan menuju mobil Kyza. "Bu jangan lupa bilang ke ayah aku pergi!!" ibu tersenyum, mengangguk pelan sambil melambaikan tangan. Mungkin aku bakalan kangen ibu disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Not Bad Life
Teen FictionApakah ada orang yang tidak tahu apa itu takdir? Ada, ia adalah Nichel. Dia sama sekali tidak tahu apa itu takdir. Ia hanya menjalankan kehidupan saja.