3

31 3 1
                                    

Aku masih menunggu Nichel dari jauh. Sudah dua puluh menit berlalu tetapi belum ada mobil ibunya menjemput. Aku memperhatikan ekspresinya. Lucu. Bahkan menggemaskan. Eh, apa aku baru menyebutnya Lucu dan menggemaskan!!? Tidak.
Aku mengusap wajahku. Menyingkirkan pikiran-pikiran aneh yang terlintas di otakku dengan masih menatap Nichel.

Dia nggak cape apa nunggu lama begitu?? Aku aja nyampe pegel gini diem di motor.

Sebenarnya, aku ingin pulang. Tetapi melihat Nichel yang masih menunggu dan sekarang apa yang dia laku-- Jorok sekali. Dia menggigiti kukunya sambil tetap menatap keluar gerbang. Kebiasaan.

Aku mendekati Nichel. Mematikan mesin motorku. "Chel. Ayo pulang!! Pake gigitin kuku segala lagi."

Dia tetap menggigiti kukunya. "Ini ya, kan kalau aku lagi cemas, kesel, sedih, sama takut aku refleks gigitin kuku dan i--"

"Ini udah jadi kebiasaan. Dan bisa susah diilangin kata psikolog." potongku. Eh, malah nyengir. Ckck, dasar. "Ayo cepet naik!!"

Dia menggeleng. "Aku udah bilang aku pulang sama ibu."

"Aku udah bilang kamu cepet naik."

"Yee.. Udah sana-sana!!!" dia mengusirku. Ya, daripada disini terus mendingan aku pulang aja.

"Ya udah. Kalau gitu aku duluan ya..." dia dengan cepat menaiki motorku. Dasar, gede gengsi!

Aku melihatnya lewat kaca spion, dia hanya tersenyum. "Aku kan takut kalau sendiri. Gimana kalau aku diculik??"

"Emangnya siapa yang mau nyulik kamu??"

"Malaikat." Ckck. Malaikat maut maksudnya nih??

Selama perjalanan hening. Aku tidak berkata apapun begitu juga Nichel. Kami sama-sama diam. Aku mematikan mesin motorku setelah sampai di depan rumah Nichel. Kemudian dia langsung membuka kunci gerbangnya dan memasuki rumahnya begitu saja. Dasar nggak tau terima kasih.

"Eh Than, makasih ya.. Bye.." kepalanya menyembul dari pintu diikuti tangannya melambai-lambai. Bye Chel...

***

Aku mencoba mengerjakan tugas Matematika-ku dengan teliti. Menurutku, ini soal tingkat sedang. Dan ya, hanya dengan 30 menit aku bisa mengerjakan 20 soal seperti ini. Tahun lalu aku menjuarai Olimpiade Matematika tingkat Provinsi.

Tahun ini aku akan mengikuti lomba tingat Nasional.

Aku melihat jadwal pelajaran untuk besok. Menyiapkan buku-bukunya. Aku panik. Buku Fisika? Kenapa nggak ada? "Ma, liat buku Fisika Gifthan nggak??"

"Mana mamah tau, orang kamar kamu aja dikunci terus." aku menepuk keningku, betul juga.

"Padahal besok pelajarannya ma." meja belajarku sudah berantakan. Buku Fisika masih belum ditemukan. Bisa gawat nih kalau sampe ilang. Apalagi kan gurunya Bu Retni.

Aku mencari-cari ke lemari buku. Tidak peduli semuanya jadi berantakan berhamburan kesana-kemari. Yang ilang ini buku Fisika, man.

Kring.. Kring.. Kring..

Berisik amat ini alarm.
15:10 Les Musik.

Astaga, ini waktunya les musik. Tapi gimana buku Fisika?? Aku menyerah. Menyambar jaket yang tergantung sembarangan. Pergi menuju tempat les.

Not Bad LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang