Justin memperhatikan wanita yang sedang berkutat dengan mesin mobilnya itu. Noda-noda hitam tertempel di pakaian dan wajahnya yang oval. Sudah hampir satu jam wanita itu berusaha memperbaiki mesin mobilnya, tapi sepertinya tidak berhasil. Justin langsung membayangkan kalau Willy yang sedang menghadapi masalah yang sama.
“Kalau Willy pasti akan langsung menelponku atau minimal dia akan menelpon ke bengkel terdekat, bukan memperbaikinya sendiri dengan resiko merusak apapun yang sebenarnya tidak rusak di mobil itu. Lagipula, Willy pasti sadar kalau dia tidak punya kemampuan dalam memperbaiki mesin mobil. Tidak seperti wanita ini.”gumam Justin pelan lalu bangkit dari tempat duduknya sambil membuka jas sport yang selalu digunakannya saat sedang tidak bekerja. Justin melangkah pelan keluar dari kafe menuju tempat wanita itu memarkirkan mobilnya. Justin tidak akan pernah menduga kalau liburannya kali ini akan membawa banyak perubahan dalam hidupnya yang sangat teratur.
Sharleen mengutuk kesialannya hari ini. Setelah semua kesuksesannya dalam renovasi museum kota kecil tempatnya dulu di besarkan, yang langsung diberitakan sebagai tindakan nepotisme hanya karena pemegang proyeknya adalah mantan tunangan yang Sharleen tinggalkan tiga tahun yang lalu, penghargaan untuknya langsung ditarik kembali, tidak hanya itu, Sharleen dan Theo diminta untuk tidak menjalin kerja sama lagi untuk masalah pekerjaan. Sejujurnya bagi Sharleen, tidak masalah dia harus menjalin hubungan kerja atau tidak dengan Theo, karena sebisa mungkin Sharleen tidak ingin bertemu kembali dengan pria itu, kecuali ada hal-hal yang memaksa. Lagipula, masih ada Andy yang akan berusaha mencarikan pekerjaan untuk Sharleen. Mengikuti jejak kesialannya, kini Sharleen harus menerima kalau mobil tua yang dihadiahkan oleh ayahnya lebih dari tujuh tahun yang lalu kini sudah mencapai batas akhir hidupnya.
Sharleen masih mengingat sedikit pelajaran yang sempat Theo katakan padanya saat mobil Sharleen dulu seperti ini. “Kabel-kabel yang ini dulu hanya begini langsung nyala! Ya Tuhan!”geram Sharleen makin lama semakin tidak sabar memperbaiki mobil tua miliknya itu. Uang hasil kerjanya selama ini memang sudah lebih dari cukup untuk membeli mobil baru, tapi untuk apa Sharleen membeli mobil baru kalau di apartemen sederhananya di Washington D.C, dia sudah memiliki sebuah sedan convertible keluaran Alfa Romeo type Spider 2 LG.
“Aku bersumpah akan menerima pekerjaan dari siapapun asalkan mobil ini bisa ‘hidup’ kembali! Aku tidak ingin kembali ke rumah Angelica dengan berjalan kaki!”umpat Sharleen sambil mengelap keringat di dahinya menggunakan punggung tangannya yang sudah cukup berlumuran oli.
“Jangan mencoba menyambungkan kabel itu lagi, Nona, kalau anda tidak ingin melihat mobil anda hanya tinggal kerangkanya saja.”ujar sebuah suara begitu mengagetkan Sharleen.
Sharleen langsung berbalik untuk mengetahui siapa pemilik suara berat dan sangat sensual itu. Dan apapun yang Sharleen lihat, dia berani bersumpah kalau apapun yang orang pikirkan dengan mendengar suaranya, benar-benar mencerminkan orangnya. Di hadapan Sharleen berdiri seorang pria tampan berambut hitam legam dengan mata biru laut yang begitu kontras dengan rambutnya serta tubuh tinggi yang membuat Rachel dengan tingginya yang hanya 150-an terlihat seperti kurcaci.
“Siapa anda?”tanya Sharleen penasaran.
Tapi bukannya menjawab pertanyaannya, pria itu malah tersenyum_senyum yang diyakini Sharleen sangat dipuja oleh wanita segala umur_dan memajukan tubuhnya untuk melihat mesin mobil Sharleen. Aftershave pria itu tercium oleh Sharleen, dan Sharleen yakin kalau pria ini punya selera yang bagus. Sharleen pernah mencium wangi cologne yang sama dengan yang dipakai oleh pria ini saat dia membelikan kado untuk suami Angelica yang baru di sebuah toko parfum terkenal di New York, dan hanya satu alasan yang membuat Sharleen tidak membeli cologne itu. Harganya yang sangat mahal membuat Sharleen berpikir dua kali sebelum membeli cologne satu tingkat di bawah cologne itu.
YOU ARE READING
Murphy Bridge
RomanceDalam hidupnya, tidak ada yang lebih berarti bagi Justin selain adik-adiknya. Justin akan melakukan apapun untuk mereka. Namun, betapapun Justin memuja dua wanita berharga dalam hidupnya itu, Justin tetaplah seorang taipan playboy yang meninggalkan...