5

9.2K 438 7
                                    

Hari-hari berikutnya diisi Justin dengan belajar beternak dari Angelica. Wanita itu mengurus sisa peternakan yang ditinggalkan oleh ayah Sharleen sebelum dia meninggal. Dan Justin sangat menyukai pekerjaan barunya itu. Pria itu sekarang lebih banyak terlibat dengan makanan ternak, rumput, serta lumpur dengan mengenakan jeans belel yang sudah pudar serta kaos daripada mengenakan stelan mahal rancangan designer ternama dan terlibat dengan berkas-berkas bernilai ratusan juta dollar.

Justin sedang mengangkut rumput untuk makan sapi ke kandang saat Sharleen berlari meneriakkan namanya.

“Apa yang membuatmu berlari dari luar sampai kesini dengan meneriakkan namaku?? Semua pekerjamu menggodaku.”gerutu Justin lalu tersenyum geli.

“Aku mendapatkan lahan yang akan dijual cepat. Aku ingin kau melihatnya dulu dan menawar harganya. Tempatnya tepat di belakang peternakan ini.”jelas Sharleen dalam satu tarikan napas.

Baru kali ini aku bertemu wanita yang begitu bersemangat seperti ini.pikir Justin. “Kapan kita akan kesana??”

“Sekarang??”

Justin mengangguk setuju,”Baiklah. Aku akan mandi. Aku terlalu kotor setelah seharian ini dibantai oleh Angelica.”

“No, no, no.”ujar sebuah suara lembut,”Jangan menjelek-jelekkan namaku, Justin. Kau sendiri yang ingin melakukan semuanya.”lanjut Angelica sambil tersenyum,”Pergilah, dan terima kasih atas bantuanmu. Dan kau memang kotor sekali, tampan.”

Justin melangkah maju mendekati Angelica dan mencium pipi wanita itu,”Kau mengajariku banyak hal, cantik.”gumam Justin lembut yang langsung membuat pipi Angelica memerah.

Justin hanya tertawa sambil berjalan kembali ke rumah diikuti oleh Sharleen,”Jangan menggodanya, Justin. Kau bisa dibunuh oleh Brian.”tegur Sharleen.

“Oh ya?? Apa benar aku akan dibunuh oleh Brian?? Apa semua ini tidak karena kau cemburu??”tanya Justin pelan.

Sharleen menggeleng cepat, membuat rambut panjangnya bergoyang. “Untuk apa aku cemburu??”tanya Sharleen mencoba angkuh.

Justin tersenyum. Dia tidak pernah ditantang. Dan kalau tantangan itu ada, Justin tidak akan pernah mundur. “Untuk ini mungkin…”bisik Justin lalu mencium bibir Sharleen tepat saat mereka sudah masuk ke dalam rumah.

Justin terus menciumi Sharleen sampai wanita itu kehabisan napas, setelah memberi Sharleen waktu untuk bernapas, Justin kembali mencium Sharleen. Tiba-tiba Justin berhenti mencium Sharleen dan membuat Sharleen spontan menarik leher Justin agar pria itu kembali menciumnya. “Aku ingin sekali melanjutkan ini, sayang. Tapi kalau kau tidak berhenti sekarang, kita tidak akan bisa pergi ke tempat si pemilik lahan.”bisik Justin serak.

Seakan disiram oleh air dingin, Sharleen langsung mendorong Justin menjauh, tapi wanita itu tetap masih berada dalam pelukan Justin. “Kita akan pergi. Lebih baik sekarang kau pergi mandi.”ujar Sharleen dengan wajah merah.

“Kau yakin?? Kau tidak mau melanjutkan apa yang sudah kita mulai??”tanya Justin serak.

“Lebih baik kau mandi. Aku akan bersiap-siap.”ulang Sharleen yang kali ini dibiarkan Justin melepaskan diri dari pelukan Justin.

Bertahan Justin. Sharleen berbeda dengan wanitamu sebelumnya.

Sharleen berderap memasuki rumah menyusul Justin. Dia sama sekali tidak bisa mengerti jalan pikiran pria itu. Lahan yang seharusnya bisa dia beli dengan harga murah, malah dia beli dengan harga yang cukup tinggi. Itupun tidak memeriksa surat-suratnya dengan teliti.

“Kenapa kau sama sekali tidak mendengar apa yang aku katakan??”tanya Sharleen kesal begitu dia masuk ke kamar Justin.

“Sharleen.. Kita sudah membahas masalah ini dalam perjalanan. Dan aku sama sekali tidak peduli. Aku rasa harga yang diberikannya sesuai dengan lahan yang begitu bagus itu. Jadi apa masalahnya??”tanya Justin tenang.

Murphy BridgeWhere stories live. Discover now