13

7.1K 420 3
                                    

Justin hanya tersenyum lembut sambil menatap wanita-wanita yang sangat disayanginya itu berceloteh. Kedua adiknya terlihat begitu senang saat berkenalan dengan Sharleen. Queen yang sebelumnya pernah bertemu dengan Sharleen langsung tersenyum penuh arti saat Justin mengenalkan mereka kembali. Saat itulah Justin melihat Dylan duduk di sudut ruangan dengan segelas sampanye. “Jadi kapan kau akan memakaikan cincin di jari adikku?”tanya Justin pelan saat dia sudah dalam jarak pendengaran Dylan.

Bagi Justin, Dylan dan Queen memang sangat serasi. Justin bohong kalau mengatakan dia tidak tahu hubungan keduanya saat kuliah. Tapi Justin tidak ingin memberikan kesan pada Queen bahwa dia tahu hubungan adiknya itu.

Dylan memandang Justin,”Kau mau tahu??”tanya Dylan datar.

“Tentu saja.”sahut Justin antusias.

“Baiklah.”gumam Dylan pelan lalu bangkit dari tempat duduknya dan berjalan mendekati Queen. “Quentin Kenneth-Murphy, bersediakah kau menikah denganku?? Hidup selamanya bersamaku?? Sampai maut memisahkan kita??”tanya Dylan lembut sambil mengeluarkan sebuah kotak beludru hitam berisi sebuah cincin berbatu safir yang sesuai dengan bola mata Queen.

Queen terdiam. Dylan memang sudah melamarnya di depan umum, tapi Queen tidak menyangka kalau Dylan akan melamarnya dengan sebuah cincin yang sangat indah di depan seluruh saudaranya.

“Indah sekali.”gumam Willy tertahan. Di belakangnya Marvin memberikan kecupan ringan di bahu Willy dengan mesra.

“Cincin yang cantik, Sutherland.”ujar Marvin.

Dylan masih menatap Queen saat wanita itu masih saja terdiam. Sibuk dengan pikirannya sendiri. Beberapa menit kemudian, Queen mengulurkan tangannya dan Dylan langsung memasangkan cincin itu ke jari manis Queen sebelum menarik wanita itu kedalam pelukannya dan mencium Queen penuh perasaan.

Semua orang yang ada di ruangan itu langsung bertepuk tangan dengan meriah. Willy langsung memeluk Queen. “Aku sangat bahagia, kakak. Pertama karena kau akhirnya menikah juga, dan kedua, aku yakin kalau kau sudah tahu hanya dengan melihat wajah saudara kita itu, akhirnya dia menemukan wanita pilihannya.”bisik Willy riang.

Justin maju dan memeluk saudara kembarnya dengan hangat. “Aku menyayangimu, dan aku sangat bahagia akhirnya kau menikah juga, dan ini akan menjadi pernikahan terakhir di keluarga kita.”ujar Justin lalu mengulurkan sebuah kunci rumah pada Queen setelah melepaskan pelukannya.

“Apa ini??”tanya Queen bingung.

“Aku tahu kalau kau selalu mengagumi Eleanor House, dan aku sudah membelikanmu sebuah kembaran Eleanor House di New York, aku harap kau bisa tinggal disana setelah menikah nanti.”bisik Justin lalu kembali ke tempat duduknya.

Queen memandang Justin dengan tatapan sayang. Dengan langkah ringan Queen berjalan menyusul Justin,”Suatu saat nanti, aku akan memberikanmu hadiah.”bisik Queen sebelum mencium pipi Justin dengan lembut.

“Sepertinya ada kabar bahagia.”ujar Sharleen begitu ikut bergabung di ruang keluarga.

Justin menarik Sharleen dalam pelukannya,”Dylan baru saja melamar Queen.”bisik Justin lembut.

Sharleen tersenyum,”Selamat!”seru Sharleen,”Sekarang kalian sudah boleh ke ruang makan. Aku sudah selesai. Aku harap ini bisa sekalian untuk merayakan lamaran ini. Bagaimana?”tanya Sharleen.

“Tentu saja.”jawab Justin sambil menarik tangan Sharleen untuk mengikutinya ke ruang makan.

Tiga hari kemudian, Justin dan Sharleen kembali ke rutinitas harian mereka. Sharleen kembali ke Washington untuk mengerjakan proyek selanjutnya sedangkan Justin kembali ke New York untuk kembali bekerja. Sharleen sedang sibuk membuat sketsa untuk proyek barunya saat ponselnya berdering.

Murphy BridgeWhere stories live. Discover now