Author pov
Luhan sudah sampai ke apartement dengan terburu-buru. Dia begitu takut jika Haneul kecewa. Sedikit berlebihan memang, tapi bagaimana juga ini salahnya.
"Haneul, aku pula-"
Haneul menatap horor kepada Luhan. Sambil berjalan mendekati Luhan dan mengambil tas kerja.
"Haneul, aku tadi sangat sibuk, jadi tidak mengetahui jika kau menelponku. Maaf."
Haneul masih diam, ia menatap lekat-lekat wajah suaminya. Masih tetap dengan pandangan horor sebenarnya.
"Kamu sakit" dua kata itu keluar dari mulut Haneul.
Ia menempelkan telapak tangannya ke dahi Luhan.
"Badanmu panas."
Kemudian, Haneul terdiam sejenak.
"Aku marah, sangat sangat marah."
"Karena aku merindukanmu"
"Aku mengkhawatirkanmu"
Luhan terpaku mendengar kata demi kata yang terucap oleh Haneul. Seakan dia ingin terbang ke istana dewa Zeus menggunakan pegasus dan melewati beberapa portal menuju dunia atas.
"Maaf, aku hanya ingin menyel-"
"Besok kita libur bekerja, aku ingin merawatmu. Aku sudah siapkan air hangat dan juga pakaianmu. Ku mohon istirahat yang cukup," sela Haneul dengan wajah datar.
'Hei, dia mempunyai kepribadian yang sangat banyak' batin Luhan.
---
Haneul pov
Aku tidak bisa marah dengan mengomelinya. Luhan demam. Sebegitu haruskah memaksakan diri untuk menyelesaikan pekerjaan kantornya.
Sampai dia keluar dari kamar mandi dengan setelan pakaian yang kusediakan tadi.
"Tunggu aku sebentar, kau berbaringlah. Dan jauhkan semua gadgetmu." perintahku.
Suamiku mengangguk saja, dia sangat kelelahan.
Aku pun ke dapur untuk mengambil bubur ayam dan teh lemon panas untuknya. Aku kembali ke kamar kami.
"Ayo makan, sekretarismu bilang kau belum memakan apapun daritadi siang."
"Terimakasih yeobo," ucapnya tersenyum membuat jantungku berdetak kencang.
Sedang sakit saja udah membuat jantungan, bagaimana ketika sembuh? Mungkin melebur hati ini.
"Aaaa" kataku menyuapinya.
"Haneul"
"Apa?"
"Kenapa kau tidak memarahiku?"
"Buat apa? Yang ada nanti kau tambah sakit. Aku nanti sedih," jawabku sambil membersihkan bekas bubur di sekitar bibir Luhan.
"Aku minta maaf"
"Tidak apa, lain kali jika kau ulangi, Sudah pasti aku akan menceramahimu 24 jam,"
Luhan terkekeh mendengarnya.
"Aku mencintaimu, Xi Haneul"
"Aku percaya sama kamu, sudah jangan banyak bicara jika tidak ingin tambah sakit,"
Luhan menghentikan makannya, aku langsung menyuruhnya untuk tidur dan aku membawa ke dapur bekas mangkuk bubur dan cangkir.
Author pov
Haneul mulai berbaring di samping Luhan. Dia menatap wajah Luhan yang menurutnya sangat damai itu.
Detak jantungnya semakin cepat jika menatap Luhan seperti ini. Benar-benar ciptaan tuhan yang patut ia syukuri.
KAMU SEDANG MEMBACA
STRONGER | xi luhan
RomancePerjodohan bisnis terjadi kepada Park Haneul (23) dan Xi Luhan (25). Mau tidak mau sang wanita terpaksa meninggalkan kekasihnya. Dan ia kesusahan untuk mencoba membuka hati pada pasangan hidupnya. Saat mulai mencintai, justru datang masalah yang tak...