MB - 1

54.3K 1.3K 4
                                    

Gadis pemilk rambut panjang itu melangkahkan kakinya dengan cepat. Peluh keringat menetes bebas diwajah mulusnya. Seharusnya ia memperhitungkan ini... Memperhitungkan berapa lama ia akan terjebak macetnya kota berjuluk metropolitan ini.

Bandung.
Baru satuminggu ia meninggalkan kota kelahirannya itu, tapi rasanya hati dan jiwanya masih begitu menginginkan udara segar dari ibukota jawa barat itu.
Disana juga macet, namun tidak seperti ini! Suara gaduh klakson kendaraan dimana-mana, Terlebih barisan angkot yg menambah kegaduhan di senin pagi ini.

Hari pertamanya bekerja di Jakarta haruskah dibumbuhi oleh kata terlambat? Ayolah... seharusnya ia menolak promosi yg diajukan kantornya untuk pindah ke kantor pusat. Walau diiming-imingi gaji 2kali lipat, belum lagi tunjangan yg nilainya jauh lebih tinggi dari tunjangannya dahulu tetap saja gadis itu menyesal.

Di Bandung ada keluarga besarnya. Bahkan seluruh keluarganya ada disana, setidaknya ia bisa menggunakan mobil sang kakak untuk berangkat ke kantor, ini? Ia tak mungkin mengharapkan Armet yg tinggal di Bekasi untuk meminjamkan mobilnya kan? Hiih.

LKMLife. Sebuah perusahaan yg bergerak dalam bidang asuransi ini memiliki cabang dihampir seluruh kota di Indonesia. Perusahaan ini bukanlah perusahaan yg lama berkecimpung, namun baru 5tahun. Tapi kesuksesannya patut diacungi jempol.

"Kepala divisi pemasaran?"
"Kepala divisi pemasaran?"

Pria berjas hitam itu menatap tajam seluruh pegawai yg duduk di meja rapat. Tatapannya menusuk, seakan mencari mangsa untuk diterkam.

"Saya benar-benar tidak suka dengan cara kerja kalian semua. Bagaimana kantor cabang memilih orang tidak disiplin untuk dipindahkan kesini!" Tangannya mengepal di atas meja.

Wanita diujung meja mengangkat tangannya, "maaf pak tap-"

'TOK TOK'

"Permisi... maaf saya terlambat" si gadis yg melangkah melipir ke arah kursi kosong di sebelah direktur. Sang direktur tidak lain tidak bukan adalah si pria yg sedari tadi menajamkan tatapannya.

Gadis itu menarik kursinya pelan, seakan tergesa. "Huhhh..." desahnya pelan seraya mengusap dadanya.

"Rapat kita tunda minggu depan... Dan kau, Andi... tolong persiapkan berkas meeting untuk 3 jam kedepan" intruksi sang direktur menggema di ruang rapat.

Seluruh pegawai melenggang pergi keluar dari ruang rapat. Sebagian dari mereka mengelus dada karena sang direktur belum sempat memberikan kartu merah di rapat tadi.

"Menurutmu, bagaimana nasib si Kepala divisi baru?"

"Bertaruh padaku... setelah 15menit ia akan berakhir dengan surat pengunduran diri di pihak HRD!" seru pegawai bertubuh tambun itu

"Jangan sombong kau Roby! Aku bahkan bertaruh gadis itu tak akan bertahan dalam hitungan 5menit..." pegawai berkacamata itu membalikkan tersenyum percaya diri

..

Si gadis masih menundukkan wajahnya. Tampak begitu menghindari kontak mata dengan pria tampan dihadapannya. Pria itu berdiri setelah barisan pegawai undur diri dari ruang rapat.

"Nathasya Nathania. 23tahun. Alumnus Universitas Parahyangan yg baru saja lulus tahun kemarin. Mitra divisi terbaik dari kantor cabang..." Pria itu seakan mendikte.

Satu tangannya menggenggam sebuah bolpoint hitam dengan erat.

"Masih enggan membuka suaramu hey?" Lagi. Sang direktur berjalan mendekati kursinya. Sedangkan Nathasya? Ia menarik ujung roknya gelisah. Selama ini baru pertama kali ia mengalami intimidasi seperti ini, pernah sih... tapi hanya intimidasi dosen itu sudah biasa untuknya.

"Aku fikir kepala cabang akan begitu selektif menyeleksi pegawai sepertimu... cih, bahkan dihari pertamapun sudah tak ada sedikitpun kesan profesional" Dingin. Suara itu terdengar begitu dingin ditelinganya.

"Lalu apa yg kau inginkan?" Pria itu semakin mempertipis jarak diantara keduanya.

'DEG' 'DEG'

Entah kekuatan darimana... Nathasya mendongak. Menatap tajam sang direktur.

"Aku sudah minta maaf bukan... Aku juga tak menyangka memiliki direktur se maniakmu!" Bentaknya marah. Ah Pak direktur... sepertinya kau telah membangkitkan sisi lain dari Nathasya Nathania.

Juan mengerutkan kedua alisnya.

"Aku fikir kau adalah sosok direktur yg kharismatik... ternyata... kau tidak lebih dari maniak!" Teriaknya lagi

"Beraninya! Ayo pulang! Dasar gadis gila!"

"Apa? Gila? Kau pikir dulu Juan! Jika tak disuruh ibumu .. mana mungkin aku pindah kesini, bahkan harus bekerja bersama maniak sepertimu!"

"Siapa suruh kau menolak tumpanganku tadi pagi... dasar bodoh!" Juan menoyor kepala gadis dihadapannya

"Kau fikir aku sudi?" Sang gadis tersulut emosi, bangkit dari posisi duduknya

"Jadi kau merendahkanku? Dengar... jika bukan ibuku yg menyuruh, mana mungkin aku mau mempekerjakan gadis manja sepertimu!" Bentak pria itu lagi

"Kau!" Nathasya mengerucutkan bibirnya.
Tanpa sadar ia menjatuhkan map bermika plastik itu ke bawah meja.

"Apa? Kau sebut aku maniak bukan? Ok... aku turuti... aku akan jadi maniakmu sekarang.." Ujar Juan dengan nada mendesah. Berniat menggoda gadis manis dihadapannya. Tangannya tak tinggal diam berusaha menggapai lengan Nathasya.

'SRET'
Gadis itu mundur. Namun tiba2 terhuyung ke belakang, karena highhelsnya menginjak map bermika tadi. Wajahnya bersemu merah.
'BRUK'
Karena tangan kekar itu melingkar di lengannya, jadilah adegan romansa ini.
Adegan dimana....

'TOK TOK'

Pintu ruang rapat terbuka dari luar. Si pegawai berwajah oriental itu melebarkan pandangan matanya.
Sebuah kejadian langka... benar2 langka sampai ia berungkali mengerjapkan mata.
Tidak... tidak salah lagi, Itu Pak Juan bersama si gadis kepala divisi baru. Yang jadi permasalahannya adalah, posisi mereka saat ini, Dimana Juan menindih tubuh gadis itu, dengan bibir keduanya yg menempel sempurna.

Sadar dengan seseorang yg memperhatikan keduanya, si gadis mulai tersadar. Beringsut melepaskan diri dari kungkungan sang pria.

"Hmmmph... lepassssss...!"

Tbc.

Maniac BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang