Malam itu, Juan akhirnya bisa keluar dari kamar tamu-kamar yg dipakai Nathasya saat ini. Entahlah, tak ada penjelasan tentang insiden 5tahun silam, Tak ada ucapan balasan rindu dari si gadis, apalagi ucapan balasan cinta yg diharapkan Juan.
Hanya saja, ia selalu percaya. Semuanya butuh proses, dan mungkin kejadian malam itu adalah titik awal dari sebuah proses yg akan mereka jalani.
Pagi ini, tak seorangpun dari mereka memulai pembicaraan. Nathasya masih terlalu canggung dengan si pemuda spike yg kini tengah menyantap omelet mata sapi dihadapannya. Ibu Juan mengulum senyum, memperhatikan Juan dan Nathasya yg seakan 'malu-malu kucing'.. walau belum menunjukkan progress yg banyak,tapi ia merasa sangat tepat mengunci Juan di kamar Nathasya.
"Nanti malam biar kukunci lagi mereka berdua.. kalau perlu sampai besok... haha" ujarnya dalam hati
Gadis itu telah rapih dengan baju kerjanya. Sebuah kemeja biru dipadu dengan rok selutut yg membuatnya semakin anggun. Sedikit polesan make up tipis diwajahnya juga menambah kesan 'fresh'. Jauh dari penampilannya pada senin kemarin, walau masih ada sisa sisa flu semalam... agaknya pelukan Juan membuat sebagian virus itu enyah.
"Sial.. kenapa aku harus mengingatnya sih? Ya Tuhan... itu memalukan sekali" gerutu si gadis dalam dalam hati
"Hari ini kalian berangkat bersama kan?" Tanya Sang ibu dengan nada cerianya
Kedua sejoli itu sontak mendongak bersamaan, "Aih... kalian ini romantis sekali, bahkan mendongakpun bersama... aku tak sabar menunggu kalian menikah..." sang ibu bergumam, memberikan kerlingan menggoda kepada anak dan calon menantunya
"Apa sih bu... Yasudah, kami berangkat dulu, Assalamualaikum..."
Juan bangkit dari kursinya. Sementara Nathasya berpamitan dulu dengan perempuan paruh baya yg kini masih terkikik karena mendapati wajah anaknya memerah.
..
Suasana kantor yg sedari tadi gaduh mendadak hening manakala kedua orang itu memasuki lobby. Beberapa karyawan yg asik nongkrong di pantry, kembali ke depan layar datarnya. Rupanya mereka sedang tak ingin cari mati, Pasca beredarnya foto 'panas' antara sang Direktur dan kepala divisi baru, Gerombolan pegawai tukang gosip (GPTG) memang lebih tenang... namun sepertinya mereka akan lebih jauh.
"Kepala divisi baru itu akan menempati meja sekertaris Pak Juan loh... aku bingung sekali, dia itu kepala divisi atau sekertarisnya sih?" Si pegawai wanita berambut pirang menghentakkan kakinya pada ketua GPTG, Andy.
"Masa bodoh dengan semua itu... yg penting ibunya pak Juan akan memberi kita banyak bonus... Ya Tuhan... aku tak sabar menunggu saldoku naik" si pria berwajah oriental itu bergumam
"Huatchim!" Suara itu berasal dari sesosok gadis anggun yg kini tengah tenang di ruangan barunya. Padahal sepertinya flu dalam tubuhnya sudah lenyap entah kemana...
"Jorok sekali kau ini... " dengus sang pria manakala mendengar suara bersinan si gadis.
Syahnaz mengerucutkan bibirnya, "sudahlah... mana ruangan untuk divisi pemasaran sih? Bahkan aku ini ketua divisinya, malah satu ruangan denganmu... bahkan digaji berapapun aku tak mau menjadi sekertaris manusia maniak sepertimu" sungut nathasya seraya menyambar tissue di meja Juan.
"Memang aku menyuruhmu satu ruangan denganku? Justru dari tadi kau yg mengikutiku nona Nathasya!" Jawabnya enteng
Lagi. Gadis itu mengerjapkan matanya. Berusaha mencerna perkataan dari sang direktur, "Kau... kau tak memberi tahuku" cicitnya, wajahnya memerah. Perpaduan antara marah dengan malu.
..
Jam makan siang telah datang. Hampir semua pegawai dari berbagai divisi menyambangi kantin di lantai 3 ini. Namun tak tampak sosok gadis muda itu.
Ya, Nathasya kini tengah berkutat dengan laptop di meja kerjanya. Setelah setengah jam berkeliling kantor mencari ruangan divisinya. Disini terdapat 4 anggota divisinya. Namun ke-4 pegawai itu tengah ngacir duluan ke kantin.
Pukul 14.00
Sudah lewat 2jam dari jam makan siang. Namun gadis itu masih sibuk dengan pekerjaannya. Banyak sekali proposal yg ditinggal oleh pendahulunya. Ia bertekad untuk bekerja keras, jika tidak... maka ia akan semakin menjadi buah bibir di kantor ini.
Ia teringat teman-teman seperjuangannya di Bandung. Ada Ochi yg selalu membawa bekal uniknya, Chika yg sering berpuasa, Syifa yg sering mengajaknya ke kantin... dan terakhir, Ammar, pemuda yg selalu membawakan sekotak makanan dari restoran dekat kantor.
Ngomong-ngomong pemuda itu... dia bukam apa-apa bagi Nathasya. Hanya saja Ammar seperti menaruh banyak harapan pada gadis berusia 21tahun itu. Ia kembali menghela nafasnya pelan, setidaknya sebuah teh hangat ditengah cuaca mendung seperti ini bagus bukan?
Pantry. Ia melangkahkan kaki jenjangnya dengan santai. Ruangannya berada dilantai 7 sedangkan pantry ada di lantai 2. Ruangan direktur berada di lantai yg sama dengannya, tepat disamping lift, itu artinya ia akan sering melewati ruangan paling mewah di kantor ini.
Pintu itu sedikit terbuka. Suasana lantai 4 memang sepi, karena hanya beberapa ruangan disini, selebihnya hanya dipakai untuk gudang penyimpanan berkas.
'Ting'
Nathasya masuk ke dalam lift, Namun sebelum ia menekan tombol tutup, terlebih dahulu pemuda tampan itu menyambar lift. Berdiri disampingnya. Berdua dengannya.. karena tak ada orang lain."Bagaimana hari pertamamu bekerja?" Tanya pemuda itu pelan
"Biasa saja," nathasya memalingkan wajah
"Hn? Kau yakin?"
"Yakin.. karena semua akan menjadi luar biasa menyebalkan ketika itu denganmu!" Jawab gadis itu angkuh
"Aku fikir setelah kejadian semalam kau lebih bisa menerimaku..." cicit pemuda ituNathasya menoleh,"aku menerimamu Juan, kau bosku... anak teman ibuku... jadi darimana kau menyimpulkan hal sebodoh itu?"
"Aku tau kau bukanlah gadis bodoh Sya, aku tau itu... mustahil kau tak menyadari apa yg aku inginkan," Juan masih memasang raut datarnya
"Aku tak pernah tau kau ingin apa, Aku tak pernah menganggapmu musuh atau apapun, kau itu... ah... kenapa susah sekali sih" nathasya mengacak rambutnya sendiri
"Kau yg terlalu sulit untuk aku baca Sya.. kita sudah sama-sama dewasa... Kau tau kan jika seorang laki-laki mencintai seorang perempuan?"
"..."
"Baiklah... akan kuberitahu berapa besar rasaku padamu"
'SRET'
Dengan satu tarikan, Juan menarik dagu gadis dihadapannya, mengecup bibir berwarna kemerahan itu. Satu tangannya menekan punggung gadis itu. Menyalurkan rasa cinta yg menggebu-gebu dari dalam hatinya.Dibalik sana. Bulir bening itu mengalir bebas, membasahi pipi dan bibir keduanya. Nathasya menangis, ia ingin lari sekarang lari sejauh jauhnya.
Menyadari Nathasya menangis, Juan menyudahi kecupannya, Matanya sedekit memerah.
"Maafkan aku..."
"..."
"Aku harap kau mengerti apa yg aku rasakan. Dan ... mau menerimaku menjadi kekasihmu" ujarnya lagi
Nathasya masih diam terpaku. Ia tak memperdulikan air matanya yg meleleh bebas, mengenai blazer dan kemejanya.
"Baiklah... kau tak harus menjawabnya sekarang, meskipun aku telah menunggu selama 5tahun ini, tapi mungkin aku terlalu rancu untuk kau terima. Baiklah... " Juan melangkahkan kakinya keluar lift, lift memang sudah dari tadi sampai.
'TING'
Pintu lift kembali tertutup menyisakan Nathasya yg seakan baru tersadar dari dunianya.TBC
Follow dan Vomentnya dong... trimsss
KAMU SEDANG MEMBACA
Maniac Boss
RomanceKisah seorang Nathasya Nathania yang baru saja dipindah tugaskan di Jakarta. Juan Christian- sang bos galak yang begitu maniak terhadap kehidupan Nathasya Warn: belum ada edit, repost dari facebook banyak kesalahan.