"Aku sudah sewa sebuah travel untuk kita semua... hah... aku tak sabar untuk ke Puncak segera"
Suasana kantor begitu sepi. Beberapa ruangan divisi sepi; selain divisi pemasaran dan pengembangan. Mulai tanggal 21desember kantor memang ditutup sampai tanggal 4januari nanti. Suara gurauan beberapa orang terdengar dari ruangan berukuran 5x6m ini. Hari terakhir mereka bekerja ditahun 2015 memang
Bicara soal ehm- Sang direktur, ia sedang melakukan pertemuan dengan kepala cabang. Ia barusaja berangkat tadi pagi. Ruangan kerjanya sepi.
Nathasya diam2 menyelinap masuk kedalam, memandang dinding bercatkan putih bersih itu dengan seksama. Dibelakang meja tulis tempat Juan biasa duduk, sebuah dinding kaca terpampang besar. Menampakkan keindahan kota Jakarta dari ketinggian.
Tak jauh dari meja tulis tempat ia berdiri sekarang, terdapat sebuah meja nakas tempat menerima tamu disana. Gadis itu berjalan, lalu duduk disofa. Matanya tertuju pada sebuah bingkai foto kecil disana, bingkai itu dibiarkan tertelungkup.Ia mengenal ini.
Bingkai pemberian Juan yg ia kembalikan 5tahun lalu. Tepat saat ulang tahunnya, Saat itu... ia tak pernah berfikir bahwa benda kecil ini begitu bermakna. Bingkai berisi potret dirinya dengan pria itu.
Senyum keterpaksaan terlihat dari wajah kecil itu, Sedangkan pose sang remaja lelaki disampingnya begitu menggemaskan. jarinya membentuk huruf 'v'.Tanpa sadar, bulir airmata menetes dari manik hitamnya. Nathasya tak bisa berkata2, pikirannya bercabang, antara ingin tersenyum atau menangis. "Kau selalu bisa membuatku tersenyum, menangis, bahkan gila dalam bersamaan, Aku me- Aku tau aku banyak membuatmu marah Juan. Tapi kenapa aku masih saja tak bisa mengimbangimu? Bodoh bodoh!"
Seminggu lalu, semenjak kepindahannya dari Rumah besar Juan, banyak hal yg seakan hilang dari pikiran dan hatinya. Dan hal yg paling menyedihkan lagi, Juan sama sekali tak mengucapkan sepatah katapun, Ibu Ratih- Ibunda dari Juan- malah orang pertama yg sedih atas kepindahannya. Sekarang, Ia malah merasa rindu dengan senyuman kemenangan yg sering ditujukan pria itu padanya, Sikap gila dan maniaknya, Bahkan, Ya Tuhan... Jangan bilang jika gadis berpipi tembam ini mengharapkan sebuah panggilan dari sang-kekasih? Ia menggeleng. Tapi rasanya seminggu tak berjumpa dengan si-Maniak bossnya membuat hatinya berdenyut nyeri. Ya Tuhan... Jangan bilang ini rindu, terlalu berlebihan rasanya mendeskripsikan perasaan gadis berusia 21tahun ini.
..
Wajah Nathasya masih dirundung kabut dipagi hari yg penuh hiruk-pikuk kemacetan ibu kota. Padahal, pukul 4subuh tadi, Ia baru saja menerima kabar bahwa sang sahabat akan ikut berlibur di Puncak bersamanya. Tapi tetap saja, ia tak bisa move on dari kerinduannya dengan...
"Kalau begini terus, Tak menunggu beberapa hari lagi, Aku segera akan menjadi pasien rumah sakit jiwa" ia mengacak rambutnya kasar.Semalaman ia tak bisa tidur. Bukan resah karena gaji ke-13 belum tertunjuk pada saldonya, Bukan juga tentang perjalanannya ke Puncak. Semua cabang2 dalam otaknya berujung pada satu orang, Siapa lagi kalau bukan Juan Benedict?
..Villa berarsitektur minimalis ini tampak begitu sepi, Selain karena letaknya yg berada dataran tinggi, Udara dingin juga seakan menusuk disini. Dua karyawati dari tim divisi Nathasya menyeret beberapa kopernya, Sedangkan kedua karyawannya membawa tas tas berat.
Syal merah muda melilit dilehernya, Cardigan dengan warna senada menambah kesan stylish bagi gadis berusia 21tahun ini. Bandung memang tak sesegar ini, tapi entahlah, Padahal ia baru saja menginjakkan kakinya di Puncak. Namun rasa ingin 'pulang' malah menyeruak begitu saja, Bukankah ia yg begitu semangat merencanakan liburan ini?
"Bu... semuanya sudah siap, Ibu tinggal masuk saja, lagipula udara sore ini begitu ekstrim bu, dingin sekali" Evelyn- berujar sambil menggigil
"Tak usah, aku masih betah melihat matahari terbenam disini" Jawab sang kepala divisi dengan volume rendah
Evelyn mengernyitkan dahinya, Yang benar saja? Cuaca puncak sedang mendung sore ini, dan sudah dipastikan matahari terbenam tak akan terlihat dari sini, "Umm... yasudah bu, saya permisi dulu menyiapkan makan malam"
KAMU SEDANG MEMBACA
Maniac Boss
RomanceKisah seorang Nathasya Nathania yang baru saja dipindah tugaskan di Jakarta. Juan Christian- sang bos galak yang begitu maniak terhadap kehidupan Nathasya Warn: belum ada edit, repost dari facebook banyak kesalahan.