MB - 3

29.2K 1K 13
                                    

"Nah... sudah sampai!"  Celetuk sang Ibu pelan.

Juan hanya menunjukkan ekspresi datarnya. Masih setia duduk terdiam di kursi kemudi. Sedangkan Nathasya? Nampaknya ia juga tak 'bernafsu' untuk keluar dari mobil.

Melihat kecanggungan yg begitu kental di dalam mobil itu akhirnya sang ibu membuka suara lagi, "Kalian serius tak ingin turun? Sebentar lagi hujan loh" ia mengambil tas hijaunya di dashboard, "Bawa semua barang-barang Nathasya ke dalam ya ju, mama tunggu"

Sepeninggal ibunya. Juan tak lantas ikut turun. Diam-diam ia memandangi gadis jok dibelakang dari kaca depan. Terbesit sedikit rasa penyesalan sih, tapi mau bagaimana lagi?

"Ayo turun.." ajak Juan
"..."

Karena tak mendapat respon sedikitpun, akhirnya pria ini berinisiatif untuk membukakan pintu mobil untuk sang gadis.

"Sampai kapan akan terdiam seperti itu?" Desisnya
"..." Sang gadis masih terdiam. Memainkan ujung-ujung kancing kemejanya
"Baik, kalau begitu sekalian saja kau menginap dalam mobilku. Dan biarkan aku mengunci mobilnya dari luar" Raut wajah pria itu tak berubah sedikitpun.

Gadis itu menelan salivanya. Entah kenapa... atmosfer udara disekitarnya akan berubah kelam manakala ia berada di dekat pria berjuluk maniak itu. "Iya aku turun... minggir dulu gih" ujarnya seraya mengibas-ngibaskan telapak tangannya.

"Ayo cepat bodoh, sebentar lagi hujan akan turun!" Teriak juan seraya membuka bagasi belakang

"Sabar sedikit GILA! Kau ini... bahkan setelah semuanya terjadi, kau tak punya rasa bersalah sedikitpun, Aku heran sekali, kenapa ibumu bisa melahirkan Maniak gila sepertimu hah?" Kan... Nathasya mehrong lagi.

"Kau pikir aku yg merencanakan semua itu?!" satu hal yg selalu terngiang dibenak gadis itu. Pria didepannya tak pernah sekalipun merubah ekspresinya ketika marah.

"Bisa saja kau-"

'DRESS'

Hujan turun tanpa dikomando. Si pemuda tampan sontak melepaskan jasnya. Menutupi tubuhnya dari guyuran hujan. Tunggu sebentar... sepertinya ada yg salah, seharusnya ia menggunakkan jasnya untuk menutupi tubuh gadis dihadapannya

Nathasya menikma- bukan mengerucutkan bibirnya. Hah... baru kali ini ia bertemu dengan pria seegois Juan. Bahkan ia melangkah kedalam rumah sekarang, meninggalkannya yg tiba2 seperti tak bisa berjalan.

Sukses! Tubuhnya sukses basah sekarang!  Apalagi dengan pakaian yg tipis semakin membuatnya menggigil kedinginan. Lebih baik sekarang ia mengambil koper dan paperbagnya. Sebelum hujan bertambah deras.

..

Bunyi seretan koper membuat Ibu Juan yg kini tengah berkutat di dapurnya melangkah ke arah sumber suara. Seingatnya, Juan sudah masuk ke dalam rumah sejak tadi... tapi mengapa?

Sesosok gadis yg ia dapati tengah setengah berbaring diatas sofa empuk miliknya. Dengan beberapa paperbag basah serta koper besar terletak tak jaih darinya.

"JUAAAAAAAAAAN!!!!"
..

Setengah jam lalu dokter selesai memeriksa gadis yg kini terbaring di ranjang. Mengecek suhu tubuhnya yg begitu tinggi, Bibirnya yg biasanya terlihat merah merekah malah terlihat kering sekarang. Seluruh kulit tubuhnya pucat pasi.

Disudut kamar, pemuda yg kini telah mengganti baju kerjanya dengan piyama tengah meminum coklat panasnya. Hujan masih belum reda, padahal waktu sholat isya sudah mulai menjelang. Sejak tadi ia mencoba membuka knop pintu kamar.

Namun tampaknya itu sia-sia. Karena ibunya telah memberinya 'amanat' untuk menjaga gadis itu, menjaganya sampai ia sadar.

"Bahkan disaat-saat seperti ini aku masih saja terus menyukaimu.. " si pemuda tampan mendekati ranjang berukuran king size itu, "Mendekatinya membuatku semakin ingin mengecup kening lebarnya" gumam Juan pelan. Ia menangkup pipi tembam Nathasya, mengecup pelan kening gadis itu.

"Aku lebih suka saat urat-urat wajahmu menonjol karena bertengkar denganku. Bukan melihatmu terbaring dengan wajah sepucat ini..." lanjutnya.

Seakan terhipnotis. Juan memandangi wajah itu tanpa jengah. Sesekali mengusap keringat yg menetes dari sudut pelipis gadis itu. Sampai...

"Nghhh... " jari jemari gadis pemilik pipi tembam itu bergerak bergantian, pupil matanya sedikit demi sedikit terbuka, membuat kornea matanya menerima terpaan cahaya dari dalam kamar.

'BLUSH'
Pipinya merah padam seketika. Ketika pandangannya terhalang oleh sosok tampan yg...
"Juan? Sedang apa kau disini?" Hardiknya seraya menunjuk pemuda berusia 22tahun itu
"Aku? Sedang menemani putri tidur tentunya" jawab pemuda itu enteng
"Cih.. dasar maniak mesum... belum cukup kejadian hari ini kah? Aku sudah begitu mual melihat wajah mesummu itu!"
"Terserah saja... yg penting kau harus ingat, kau harus bersiap-siap bertemu denganku setiap hari... setiap jam.. bahkan setiap detik... karena... kita... akan tinggal dalam 1 atap, bekerja dalam satu atap, bahkan 1ruangan" ujar Juan dengan ekspresi datar

Nathasya hanya mengernyit bingung. Seingatnya ia berangkat dari apartemen dengan menggunakkan kemeja dan jeans santainya, tapi? piyama kebesaran?

"Tak usah sok polos begitu... toh aku sudah melihat semuanya" Kini nada suara pemuda itu terdengar jenaka.
"Kauuu! Jangan bermain-main denganku bodoh! Dasar kurang ajar... berani-beraninya kau mengganti bajuku ... KYAAAAAA- RASAKAN INI"

'BUK' 'BUK' 'BUK'
Nathasya memukul wajah tampan itu dengan bantal-bantal diranjangnya. Melempar benda-benda itu dengan semangat 45. Dan terakhir...
"RASAKAN INI...."
'DUK'
Satu tendangan ia keluarkan untuk pemuda bergelar 'maniak' itu. Sontak membuat pemuda itu membulatkan matanya. Dengan gerakan gesit, Juan mencengkram tangan Nathasya. Menghentikkan kegiatan brutal gadis itu.
Namun jangan fikir gadis pemilik pipi tembam itu akan pasrah, ia terus memberontak, tangannya ia gunakkan untuk menjambak rambut spike milik Juan.

"Lepaskan! Lepassss!"
"Tidak! Lepaskan dulu tangan kotormu dari rambutku! Dasar gadis tidak punya sopan santun!"
"JUAAAAAAAAAAAN... " Akhirnya dengan menggunakkan kaki jenjangnya, Nathasya menendang perut pemuda itu (lagi) dan sukses membuatnya jatuh ke lantai.

Gadis itu terkejut. Juan terus merintih kesakitan dibawah sana.

"Juan? Kau tak apa?"
"Akhh... kau tak lihat keadaanku saat ini hah?" Bentak pemuda itu masih dengan meringis memegangi perutnya
"Ma- Maafkan aku, aku juga tak bermaksud begitu... kau saja yg selalu membuatku marah" Nathasya menunduk, tersirat penyesalan di raut wajahnya
"Tunggu apalagi? Bantu aku berdiri..." titah pemuda itu seraya mengulurkan tangannya

"Iya iya... biar kubantu"
Gadis itu beringsut turun. Mencoba membantu pemuda berparas tampan yg kini diam-diam tersenyum penuh kemenangan.

Tanpa aba-aba. Pria tampan itu mendekapnya erat. Meluapkan perasaan rindu yg membuncah didalam tubuhnya. Nathasya sedikit mengelak, namun..
"Biarkan seperti ini.. Aku bahkan lelah terus bertengkar denganmu sedari tadi." Pemuda itu menyesap harum rambutnya, "Kau bahkan tak mengijinkan bicara setelah kejadian itu... bodoh!"

"Kenapa kau mengataiku lagi? Hey aku ini pintar Pak Juan yg terhormaaat"
"Aku mencintaimu..." Ujar sang pemuda setengah berbisik.

Tanpa sadar tangan Nathasya menyambut tubuh yg mendekapnya erat itu. Membenamkan wajahnya diceruk leher Juan.
...

TBC... Please Vomentnya....

Maniac BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang