Bagian 7

53K 2.4K 17
                                    


Setelah kepergian sang suami tak ada yang bisa Tata lakukan selain berdiam diri. Ia merasa sangat bosan sekarang. Jika saja sang suami mau menemaninya. Tapi itu sangat mustahil bukan?

Tata menghela nafas, menatap dengan malas televisi yang ada di hadapannya.

Beberapa menit kemudian pintu terbuka, menampilkan Tia, sahabatnya.

"Astaga Ta, kamu sakit apa sampek masuk rumah sakit?" Tia memandang Tata dengan tatapan khawatir.

"Aku kena typus tapi udah mendingan kok." Jawab Tata sambil tersenyum, dia sangat senang dengan kedatangan Tia.

Tia meletakkan parsel buah yang dia bawa di atas nakas.
"Kamu bikin aku cemas tau gak sih?"

Melihat kepanikan Tia, mau tak mau membuat Tata tersenyum lebar, "Maaf ya, udah buat kamu cemas."

Tia tak menjawab, ia malah mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru ruangan seolah mencari sesuatu.

"Terus suami kamu kemana? Kenapa dia gak jagain kamu? Istri lagi sakit malah di tinggal sendiri." omelnya dengan melipat tangan di dada.

"Adit lagi ada pekerjaan penting di kantor."

"Lebih penting pekerjaan daripada istrinya yang lagi sakit?" ujar Tia dengan raut wajah kesal.

"Dia bilang ada pertemuan yang tidak bisa diwakilkan, lagian dia kan kerja buat cari uang."

"Oh jadi kamu sekarang belain Adit, Ta?"

"Aduh Tia kamu ini kenapa sih? Lagi PMS ya? Sensi banget deh." Jawab Tata dengan terkekeh.

"Ishhh nggak tau, udahlah mending sekarang kita ngobrol yang lain. Kamu sudah makan?" Tia berujar sambil menundukkan dirinya.

"Hmm...tadi aku sudah makan."

"Oh iya, aku bawa buah untuk kamu. Mau?" Tia memegang apel dan jeruk di tangan kanan dan kirinya membuat Tata menelan ludah membayangkan segarnya buah jeruk yang sangat menggoda itu.

"Aku pengen makan jeruk itu, tapi Adit bilang aku belum boleh makan makanan selain bubur."

Tia mengangkat sebelah alisnya. "Memangnya dokter bilang gak boleh?"

Tata menggeleng pelan, "Aku juga gak tau."

"Dikit aja gak apa-apa kok." Hibur Tia karna merasa tak tega. Ia kemudian menyodorkan buah jeruk yang sudah dikupas.

Tata menerima jeruk tersebut dengan tersenyum lebar.
"Makasih ya, kamu memang selalu mengerti aku."

"So sweet, aku jadi terharu." Jawab Tia dengan mimik wajah yang dibuat-buat membuat Tata mendengus sebal.

Untuk beberapa saat suasana hening, sampai Tia membuka suara.

"Eh, ngomong-ngomong gimana hubungan kamu sama Adit?"

"Gimana apanya? Masih sama kok, gak ada yang berubah." Jawab Tata sambil memakan buah jeruknya.

Tia menumpukan tangan di dagunya seakan tertarik dengan obrolan mereka, "Masih belum ada perubahan? Lalu apa Adit masih bersikap dingin?"

Yang ditanya mengangguk dengan malas, "Kadang iya, kadang enggak."

Tia berdecak pelan mendengar jawaban Tata. "Kamu sih gak ngikutin saranku."

Tata menghela nafas pelan,
"Sudah aku bilang, Adit terlalu dingin. Aku sama sekali gak bisa memahaminya."

"Kamu gak bisa atau kamu gak mau mencoba?"

"Udahlah aku males bahas Adit."

"Terus, kamu mau bahas siapa? Bima? Inget Ta, dia udah gak ada."

Thalita Wedding StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang