Bagian 24

37.3K 1.7K 17
                                    

Happy Reading !

Tata mengernyit ketika mendapati sinar matahari menerobos celah gorden yang masih tertutup. Dengan menguap pelan ia bangkit dari tidurnya. Sudah seminggu Tata kembali pulang kerumah. Kondisinya juga sudah baik-baik saja. Bau harum masakan membuatnya bertanya siapa yang sedang memasak makanan? Dengan pelan Tata melangkahkan kakinya menuju dapur dan menemukan sang suami yang sedang berdiri membelakanginya. Tata terpaku untuk sesaat, pemandangan dihadapannya membuat sudut bibirnya terangkat naik. Tidak perlu hal mewah untuk mendapatkan kebahagiaan cukup dengan melihat sang suami membuat sarapan untuk dirinya sudah membuat Tata begitu bahagia.

"Adit.." suara Tata yang terdengar serak membuat Adit menoleh kebelakang.

"Kau sudah bangun" sahut Adit. Ia kemudian berbalik, kembali berkutat dengan aktivitasnya.

Tata melangkah mendekati sang suami, dan disaat itulah ia bisa melihat apa yang sedang di masak Adit.

"Pancake?" Gumam Tata. Sejak kapan sang suami bisa memasak pancake? Bukankah selama ini Adit tidak bisa masak?

"Bukannya kamu tidak bisa memasak?" Tanya Tata dengan penasaran.

Adit menoleh dan tersenyum tipis.
"Aku memang tidak bisa memasak, aku belajar membuat pancake dari internet."

Tata mengernyitkan dahi, kalau Adit hanya belajar lewat internet lalu akan seperti apa rasa masakannya. Dulu saja masakan Adit terasa asin, tapi karna Tata yang saat itu ingin menghargai usaha sang suami memilih untuk tetap memakannya.

"Kamu yakin itu bisa di makan?" Tanyanya dengan ragu.

Adit mematikan kompornya. Berbalik memandang wajah Tata.
"Kau meragukanku? Tentu saja bisa di makan. Cepat cuci mukamu dulu, baru setelah itu kita sarapan." Kata Adit sambil membawa pancake yang sudah matang.

Tata menurut. Ia berjalan menuju kamarnya.  Setelah selesai mencuci muka Tata kembali ke meja makan.

Adit yang melihat Tata keluar dari kamar mereka menghampirinya. Adit meraih tangan Tata dan menarik kursi di sebelahnya.

"Ayo di makan."

Tata mengangguk dengan antusias saat melihat pancake tersaji di hadapannya. Sedikit demi sedikit dia menghabiskan sarapan yang dimasak Adit.

Saat dilihat Tata sudah menghabiskan sarapannya. Adit menyodorkan susu untuk sang istri.

"Nanti malam aku lembur, jadi kau tidak perlu menungguku."

Tata berhenti meneguk susunya memandang sang suami dengan mata menyipit.

"Kenapa harus lembur?" Tanyanya dengan ketus. Apa Adit tidak mengerti kalau saat ini dirinya selalu ingin berada di dekatnya? Lalu dengan entengnya Adit bilang dia harus lembur? Yang benar saja. Tata tidak akan membiarkannya. Oke mungkin dirinya memang terkesan egois, tapi entah kenapa akhir-akhir ini Tata selalu ingin ditemani Adit, tidak ingin berjauhan dengan sang suami.

"Ada pekerjaan yang harus aku selesaikan."

"Tapi aku takut sendirian dirumah." Tata sedikit merengek berharap Adit bisa berubah fikiran.

Adit tertawa melihat sikap sang istri yang seperti anak kecil.
"Biasanya juga tidak takut. Kenapa sekarang jadi manja begini hmm??"

Dengan mengerucutkan bibir, Tata meletakkan gelas susunya dengan sedikit kasar.
"Aku mau kamu pulang jam 7. Tidak boleh telat. Titik!"

Adit tertawa lagi. "Kau ini sebernarnya kenapa sih? Ayolah aku hanya lembur bukan mau meninggalkanmu sayang..."

Kata 'sayang' yang baru saja diucapkan Adit membuat perasaan Tata menghangat. Bahkan tanpa ia sadari bibirnya terangkat naik membentuk sebuah senyuman. Dimana tadi kekesalannya yang meluap-luap? Kenapa hanya dengan kata 'sayang' mampu membuatnya tersenyum dan melupakan kekesalannya?

Thalita Wedding StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang