Epilog

56.1K 2.1K 80
                                    

Happy Reading !

Bersantai. Itulah yang dilakukan Adit dan Tata saat ini. Adit memilih menghabiskan waktu liburnya berdiam diri dirumah menemani sang istri. Adit akhir-akhir ini juga sering pulang cepat mengingat prediksi kelahiran sang buah hati yang semakin dekat. Apalagi sang istri sudah sering mengeluh mulai dari gampang lelah, nyeri punggung sampai susah tidur. Tadi malam saja Adit terpaksa harus begadang karna tiba-tiba Tata mengeluh sakit punggung.

"Kentangnya sudah habis?" Tanya Tata yang duduk disebelahnya.

Adit menyengir lebar, tak terasa satu piring kentang goreng sudah ia habiskan.

"Mau aku ambilkan lagi?"

"Gak usah Ta, aku ambil sendiri sekalian mau bikinin kamu susu. Kamu belum minum susu kan?"

"Belum" sahut Tata.

Mendengar jawaban sang istri Adit segera berlalu meninggalkan Tata yang masih fokus menonton acara tv kesukaannya.

Tata mengunyah kentang gorengnya dengan pandangan lurus ke arah tv. Hari ini Adit libur itu artinya dia bisa mempunyai waktu lebih untuk bermanja dengan sang suami. Dia memang sudah menantikan hari ini, dikehamilannya yang semakin besar Tata rasanya tidak ingin jauh dari Adit, mungkin itu adalah bawaaan bayinya. Dan sekarang saatnya mengahisban waktu berdua dengan sang suami.

Namun tiba-tiba Tata mengernyit merasa ada yang aneh dengan dirinya. Tata kemudian berdiri mendadak ingin buang air kecil. Tubuhnya bergetar. Tata merasa seperti ada sesuatu yang merembes keluar dari sela pahanya. Tata meringis, menundukkan kepala seketika matanya terbelalak tak percaya ketika melihat ada semacam cairan berwarna putih yang mengalir dipahanya.

"Adit..." panggil Tata dengan suara paniknya.

"Shhh...ahhh..." desahnya melihat cairan yang keluar makin banyak. Tubuhnya melemah, pandangannya mulai mengabur. Seperti ada sesuatu yang menghantam perutnya terasa sakit sekali. Untunglah Tata masih mempunyai sedikit kekuatan untuk berpengan pada tembok sementara sebelah tangannya yang lain menahan perutnya agar tak terjadi sesuatu ketika tubuhnya perlahan merosot saking tak kuatnya lagi berdiri.

"Ada ap- Astaga Tata!" Adit terlihat panik ketika dia melihat keadaan sang istri yang terlihat kesakitan. Dengan cepat ia menaruh gelas susu diatas meja. Adit mendekat dan menahan tubuh Tata.

"Kamu kenapa? I-ini..." Manik hitamnya membulat saat tangannya menyentuh cairan seperti lendir mengalir dipaha sang istri.

"A-air ketubannya pecahhhh se-pertinya a-ku mau mela-hirkan." Tata mengucapkannya sambil menahan rasa sakit. Nafasnya semakin memburu. Tata mencengkeram lengan Adit ketika rasa sakit itu datang.

Adit yang mngerti dengan situasinya, segera mengambil tindakan, membaringkan sang istri di ranjang. Sementara dengan cekatan dia persiapkan segalanya. Disaat seperti ini ia tidak boleh panik.

"Kita ke rumah sakit sekarang!" Ujar Adit. Ia memapah sang istri membantunya berjalan. Sesampainya diluar Adit memanggil bi Sumi.

Bi Sumi terbelalak kaget ketika melihat sang nyonya.
"Nyonya kenapa Tuan?"

"Tata kayaknya mau lahiran bik. Tolong telfon mama ya bik bilang sama mereka kalau Tata mau lahiran."

"Iya tuan. Sebaiknya nyonya cepat dibawa kasian nyonya mukanya sudah pucat."

"Tolong bawakan tas yang ada di ranjang itu ya bik."

Sesampainya dimobil Adit bergegas pergi tak ingin membuang-buang waktu. Dia tidak tega melihat sang istri yang begitu kesakitan. Jangan sampai terjadi sesuatu dengan istrinya.

Suara derik roda brankar mengiringi suara kesakitan Tata yang semakin menjadi-jadi.

"Saya ingin menemani istri saya sus." Ujar Adit. Digenggamnya jemari Tata yang semakin mendingin.

Thalita Wedding StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang