Bagian 12

41.3K 2K 12
                                    

Happy Reading !!

Adit menarik nafas panjang ketika Disa datang membawa setumpuk dokumen lagi. Belum selesai dokumen yang dia baca, sudah datang lagi dokumen yang membuat kepalanya terasa ingin pecah. Dia ingin segera pulang dan beristirahat, tetapi urusan pekerjaan membuatnya tidak bisa melakukan itu.

Beberapa saat kemudian terdengar suara ketukan pintu.
"Masuk."

Adit kemudian mendongak dan melihat Ardi yang berdiri di hadapannya.
"Aku melupakan sesuatu kemarin." Gumam Ardi.

"Aku akan mengadakan pesta ulang tahun perusahaan di salah satu hotel di Bandung." 

Adit membaca undangan yang di letakkan Ardi di atas mejanya.

"Kau harus datang Dit dan aku tidak menerima penolakan."

"Aku juga sudah memesan hotel untukmu dan istrimu."

Adit melihat Ardi dengan tatapan bertanya.
"Aku harus membawa Tata?"

Ardi menganggukkan kepala. "Yapp..."

"Tapi dia sedang hamil, mana mungkin aku membawanya." Yang benar saja dia harus membawa Tata.

"Memangnya kenapa?"

"Tentu saja berbahaya. Ibu hamil tidak boleh ikut perjalanan jauh." Jawab Adit dengan suara yang agak meninggi.
Seketika Ardi tertawa mendengar kalimat yang dilontarkan sahabatnya itu.

"Kau berlebihan sekali. Tidak ada larangan seperti itu."

Adit menyipitkan matanya dia paling tidak suka jika ada orang yang menertawakannya.
"Kau tau dari mana?"

"Coba saja browsing." Ardi dengan santainya masih terus menertawakan Adit. Dia paham maksud Adit, pastinya sahabatnya itu tidak ingin terjadi sesuatu kepada calon anaknya.

"Tapi tetap saja aku tidak ingin terjadi sesuatu." Kilah Adit. Dia tidak ingin mengambil resiko dengan membawa Tata.

"Terserah kau saja lah. Aku harap kalian berdua bisa datang." Setelah itu Ardi pergi dari ruangan Adit, meninggalkan Adit yang masih sibuk berfikir apakah ia akan membawa istrinya atau tidak.

****

Adit mengusap wajahnya ketika menghentikan mobilnya di depan rumah. Ini sudah pukul sebelas malam dan dia baru sampai di rumahnya. Rumahnya sudah sepi, Tata pasti sudah tidur.

Jas dan dasinya sudah terlepas sejak tadi. Adit melangkahkan kakinya menuju kamar, ia ingin segera berganti pakaian dan tidur di ranjangnya yang empuk. Tidak ada yang dia inginkan selain tidur dan mengistirahatkan pikirannya. Hari ini ia sungguh lelah.

Tata membuka matanya ketika merasakan ranjangnya bergerak. Dengan mata yang setengah terbuka, dia bisa melihat Adit tidur di sampingnya. Pria itu telah berganti pakaian dengan piyama.

"Adit kau baru pulang?" tanya Tata dengan suara paraunya.

"Hmm"

"Kau sudah makan?" Adit yang sedari tadi memejamkan matanya hanya bergumam tidak jelas.

"Kalau kau belum makan, aku bisa memanaskan makan malam yang aku buat."

"Aku hanya ingin tidur, Ta."

Tata menganggukan kepalanya dan menyamankan posisinya. Tetapi sedetik kemudian, dia menggigit bibirnya. Menandakan bahwa ada sesuatu yang mengganggunya. Entah kenapa dia sungguh ingin merasakan pelukan Adit. Dia merutuki keinginan konyolnya ini. Kenapa bayinya selalu meminta hal yang aneh-aneh mana mungkin Adit bersedia memeluknya. Dia juga tak mungkin mengatakan keinginan konyolnya ini.

Adit yang menyadari Tata bergerak-gerak gelisah membuka matanya.
"Ada apa?" Adit bertanya ketika melihat ekspresi di wajah Tata.

"Ti-dak." Tata menggigit bibir bawahnya berusaha menahan agar tidak melontarkan keinginan konyolnya ini.

Thalita Wedding StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang