Bagian 15

33.2K 1.7K 28
                                    

Happy Reading !!

Adit menatap sepasang manusia yang sedang berpelukan dengan tatapan nyalang. Adit mengepalkan kedua tangannya, nafasnya seketika memburu. Fokus pandangannya kian menajam. Sekuat tenaga Adit berusaha meredam amarahnya yang semakin menggebu-gebu.

Tanpa sadar karena saking marahnya melihat pemandangan di hadapannya itu, Adit mencengkram setir mobilnya dengan kuat. Gerahamnya beradu dengan keras, menciptakan suara gemertak di mulutnya. Cukup !! Dia sudah tidak tahan lagi melihat istrinya berpelukan dengan laki-laki lain. Adit kemudian turun dari mobilnya. Ia berdiri di samping mobilnya dengan kebekuan yang kian menjalari seluruh tubuhnya. Menghela nafas pelan, ia kemudian melangkahkan kakinya.

"Tata"
Tata terkesiap mendengar suara yang sangat ia kenal. Tata mendongak menatap mata Adit yang menatapnya dengan tajam dan menusuk. Mendadak seluruh tubuhnya bergedik ngeri.

"A-dit" ucap Tata dengan tergagap.

Adit melirik Arkan dengan tatapan tajamnya "Ayo pulang." Ucap Adit dengan tegas.

"Arkan aku pulang dulu."
Arkan mengangguk dan tersenyum ke arah Tata.
Adit kemudian menyeret Tata meninggalkan Arkan.

*****

Tata duduk di kursi sebelah kursi kemudi. Matanya menatap ke jendela yang ada di sampingnya. Sekarang mobil itu di lingkupi aura yang mencekam. Keduanya tidak ada yang bersuara. Hening menyelimuti keduanya sampai mobil itu sudah sampai di rumah mereka.

Sesampainya di ruang tamu kemarahan Adit yang sedari tadi ia tahan meledak seketika.

"Kenapa kau keluar rumah tanpa seizinku?" Adit menatap Tata dengan pandangan senyalang elang.

Tata menelan ludah sungguh dia tidak pernah melihat Adit semarah ini. Apa tadi Adit sudah melihatnya berpelukan dengan Arkan?
"Aku ingin mencari udara segar."
Adit mendesis mendengar jawaban Tata.
"Mencari udara segar sambil berpelukan maksudmu?"

Tata tergagap, ia menelen ludah dengan susah payah. Jadi benar Adit melihatnya?
"A-ku bisa jelaskan, itu tidak seperti yang kamu lihat. Aku tidak sengaja bertemu dengan Arkan, dia memelukku sebagai teman." Ungkap Tata dengan jujur.

Adit tertawa kemudian mendengus.
"Sebagai teman? Kau sadar kalau saat ini kau sudah bersuami?" Tanya Adit dengan tajam.

"Tentu saja." Ucap Tata dengan mantap.

"Lalu apa pantas seorang wanita yang sudah bersuami berpelukan dengan lelaki lain?" Tanya Adit. Walau suara itu bukan sebuah bentakan namun bagi Tata pertanyaan itu terdengar begitu tajam, bahkan lebih tajam dari sebilah pedang.

Tata menghembuskan nafasnya. Dia sungguh heran kenapa Adit sulit sekali mempercayainya?
"Sudah kubilang Arkan memelukku sebagai teman, tidak ada maksud apa-apa."

"Tetap saja, itu tidak seharusnya kamu lakukan Ta."

Oke cukup !! Mau dijelaskan bagaimanapun dimata Adit dirinya tetap salah.
"Lalu bagaimana denganmu. Kau juga berpelukan dengan Yuna. Kamu juga sudah pernah tidur dengannya. Apa itu juga pantas di lakukan seorang lelaki yang sudah punya istri?" Tanya Tata dengan berapi-api. Sudah cukup dia sudah tidak tahan lagi, kenapa Adit seakan-akan menuduhnya melakukan sesuatu yang salah.

Adit menghela nafas jengah, sampai kapan Tata akan berhenti menuduhnya.
"Tutup mulutmu. Aku tidak pernah tidur dengan perempuan lain selain dirimu."

Tata tertawa meremehkan.
"Sayang sekali, aku tidak percaya."

"Terserah kamu mau percaya atau tidak."

Benarkah? Benarkah Adit tidak menghianatinya. Tapi sudah jelas-jelas Tata melihat sendiri bagaimana Adit memeluk Yuna.

Thalita Wedding StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang