Bagian 22

40.4K 1.8K 22
                                    

Happy Reading !

Sudah dua hari Tata dirawat di rumah sakit dan selama itu pula sang suami terus berada disisinya, bahkan Adit sampai tidak masuk kerja karna ia harus menjaga Tata. Adit terlalu takut. Takut kalau Yuna kembali menyakiti istri dan calon anaknya. Wanita itu terlalu licik bukan tidak mungkin dia akan kembali mencalakai Tata.

Adit sebenarnya sangat ingin membalas perlakuannya, tapi untuk saat ini mungkin ia harus menundanya terlebih dahulu karna yang saat ini harus ia prioritaskan adalah kesehatan Tata. Sang istri lebih membutuhkannya saat ini.

Ia tidak ingin meninggalkan Tata walau hanya sebentar. Ia ingin selalu berada di samping Tata, memastikan sang istri dalam keadaan baik-baik saja.

"Adit kau melamun?" Adit menoleh melihat Tata yang sedang menatapnya dengan satu alis terangkat.

Adit menggeleng.
"Tidak, ada apa? Kau memerlukan sesuatu?" Tanyanya dengan lembut.

Tata tersenyum dan mengangguk. "Bisa kau kupaskan apel untukku?"

Adit mengacak rambutnya dengan gemas. "Tentu saja."

Ia kemudian mengambil satu buah apel yang ada di atas nakas dan mengupasnya dengan cepat. Sesekali ia tersenyum melihat wajah Tata yang sepertinya sangat serius melihat acara tv kesukaanya. Ekspresi wajahnya yang berubah-ubah membuat Adit begitu gemas.

Tata menoleh dan menyipitkan matanya ketika melihat sang suami yang sedang tersenyum.
"Kenapa senyum-senyum? Ada yang lucu?" Tanya Tata sambil menyilangkan tangannya di dada.

"Iya kamu yang lucu." Jawab Adit dengan tersenyum kecil.

Tata mengerucutkan bibirnya, tanda bahwa saat ini ia sedang merajuk. "Kamu kira aku badut." Ucapnya dengan ketus.

Adit semakin melebarkan senyumannya. Melihat Tata marah membuatku semakin gemas. Istrinya itu terlihat semakin cantik jika sedang marah.
"Bukan begitu sayang. Kau ini kenapa sensitif sekali?" Adit mencubit pelan hidung Tata.

"Itu karna aku sedang hamil." Jawab Tata dengan asal.

"Itu kan hanya alasanmu saja."

"Itu bukan alasan, ibu hamil nemang sensitif. Makanya jangan sekali-kali membuatku kesal." Ujar Tata dengan mimik wajah yang terlihat serius.

Sang suami terkekeh pelan.
"Iya iya. Aku tidak akan membuatmu kesal."

"Kau tertawa saja sudah membuatku kesal."

"Memangnya aku tidak boleh tertawa?" Adit terseyum geli.

"Tentu saja boleh. Tapi saat ini kau sedang menertawaiku."

Adit mengibaskan tangannya di udara. "Baiklah aku tidak akan tertawa. Ayo sebaiknya kau tidur, kau harus istirahat yang banyak."

"Aku tidak mengantuk lagipula aku tidak mau melewatkan acara favoritku."

Setelah itu Adit tidak menyahut.
Untuk beberapa saat keduanya tidak ada yang bersuara kembali. Tata sibuk dengan acara menonton tvnya sedang Adit ia sibuk dengan ponsel di tangannya sampai ada suara ketukan pintu yang membuat mereka berdua menoleh.

Pintu terbuka dan menampilkan Disa yang sedang berdiri di depan pintu sambil tersenyum manis.

"Disa." Sapa Tata dengan tersenyum hangat.

Disa berjalan menghampiri mereka berdua kemudian berdiri di samping Tata.
"Bagaimana keadaan ibu?"

"Disa sudah aku bilang kan, jangan panggil aku dengan sebutan ibu. Panggil namaku saja."

Disa melirik Adit yang duduk di sofa, mana mungkin dia akan memanggil istri atasannya dengan nama saja. Disa hanya tersenyum.

"Kau membawa dokumen yang aku minta kan Disa." Adit memandang Disa seperti biasa, dengan tatapan datarnya.

Thalita Wedding StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang