gotcha

122 11 4
                                    

FLASHBACK

"Ini pistol kamu, dan ini pistolnya Louis. Dan ini pelurunya" ujar seorang lelaki berambut hitam legam itu

Cassie mengkerutkan jidatnya, "masa kita cuma megang satu sih?"

"Kan kita berangkat rame-rame. Lagian kita pasti ngelindungin kalian kok, tenang aja" ujar seseorang itu yang lalu membuka lemari yang berisikan peluru di sana

Cassie yang merasa tidak adil akhirnya pura-pura mengatakan iya pada lelaki tersebut. Lalu iapun keluar dan malah bersembunyi di balik tembok dekat pintu tadi yang ia keluari.

Deringat telfon dari dalam membuat Cassie tersenyum, "bener kan gue. lo pasti ada apa-apanya. abisnya dari pertama kali ketemu lo buat gue kesel mulu" ujarnya

"Halo, bos?"

"Iya, sepuluh menit lagi kami akan segera berangkat ke tempat itu"

"Ya, tentu saja ke rumah perangkap itu. Dan tentu saja aku sudah menaruh bom tersebut di dalam mobil yang akan di naiki Louis dan Cassie" ujar lelaki itu lagi membuat Cassie kembali tersenyum "lo ga bisa boongin gue"

FLASHBACK OFF

"Terus kalo tuh jalan di penuhin orang begitu kita lewat mana, Cass?" tanya Louis yang mulai menjalankan mobilnya

"Kanan aja. Puter balik. Kita bukan ke alamat yang Daddy Yasser kasi. Itu rumah perangkap doang" ujar Cassie

"Terus mereka yang uda di sana gimana?" tanya Louis lagi

"Biarin aja. Soalnya kalo gue ngasi tau, yang ada si Niall itu ngapa-ngapain yang lain lagi"

"Pinter juga lo. Jadi kita cuma berdua nih yang kerja?" tanya Louis dengan semangatnya "yoi" ujar Cassie yang lalu mereka berdua tertawa
.
.
.

"Yang ini ya kan, Cass?" ujar Louis menunjuk rumah yang tepat berada di samping kanan mereka

"Nomer tiga puluh dua. Bener kok. Yuk lah" ujar Cassie yang lalu membuka seatbelt yang ia pakai

Lalu mereka berduapun turun, "kalo mereka rame gimana Cass?"

"Nah, yang itu belom gue fikirin loh, Lou" ujarnya membuat Louis menepuk pundak Cassie "emang ya lo, selalu aja setengah-setengah"

"Louis, kayanya lo harus rubah bahasa lo jadi American, deh" ujar Cassie sembari menunjuk sebuah kotak kecil berwarna putih di ujung pagar

"Kesukaan gue banget emang" ujar Louis tersenyim miring

"Say, 'i am beautiful!'" ujar Cassie membuat Louis mengernyit "say it, Loui"

"I am beautiful!" ujar Louis dengan accent America dan pintu pagar itupun terbuka

"Bodoh emang. I am beautiful?" ujar Louis membuat Cassie tertawa

"Ntah lah, emang agak sedikit lucu. Tapi orang jarang nyangka kalo itu password pintu seorang penjahat dan buronan" lalu mereka berduapun kembali tertawa

Di tangan kiri Cassie, ia telah memegang pistol yang ia sembunyikan di balik tubuhnya. Sedangkan Louis yang ada di depannyapun memencet bel yang ada di sana.

"Yaelah, ngapa lu kaga buka langsung aja sih? Pake acara-- Louis? Cassie?" ujar seseorang membuat mereka bertiga sama-sama kaget

"Cameron?" ujar Louis dan Cassie bersamaan

"Kok lo bedua bisa di sini? Tau rumah Perrie dari mana?" ujar Cameron membuat Louis dan Cassie saling tatap

"Perrie? Ini rumah Perrie?" ujar Cassie membuat Cameron mengangguk

"Terus lo ngapain di sini? Rame di dalem?" ujar Louis yang sebenarnya memancing apakah ini memang rumah yang Cassie berikan alamatnya

"Lumayan. Ada Perrie, gue, Camila, Thela, Ryan sama Sophia. Kita lagi nungguin orang. Masuk deh lo pada" ujar Cameron mempersihlahkan Louis dan Cassie masuk

"Gapapa, Cass. Masuk aja. Abis itu baru kita bom bardir di dalem" bisik Louis membuat Cassie mengangguk dan kembali menyimpan pistolnya di belakang celana

Pakaian santai yang Louis dan Cassie gunakan, tentu saja membuat Cameron tidak mengetahui bahwa sebenernya merekalah yang di tunggunya.

"Santai, Cass. Kaya di pantai. Biar kaga ketauan" ujar Louis "iya paham gue" balas Cassie

Lalu Cassie mengambil ponselnya dan mengirimkan pesan pada Harry.

To: Harry keriting
Gue sama Louis lagi di rumah seseorang. Lo tau? Ternyata mereka juga bagian dari kita dulunya. Lo sama yang lain dimana sekarang?

"Si Cameron main tinggalin aja, buset" ujar Louis "langsung aja, Lou" ujar Cassie membuat Louis membulatkan matanya "lo yakin?"

Cassie mengangguk, "begitu kita keluar langsung di todong aja. kalo kelamaan gue takutnya malah ketauan"

"Iya juga yak? Yaudah kalo gitu, siapin pistol lo" ujar Louis yang lalu mengeluarkan pistolnya begitu juga dengan Cassie

"Pelan-pelan ya! Ntar lo gresak-grusuk lagi" ujar Cassie membuat Louis menahan tawanya "iya, elah bawel ya Cassie sekarang"

Mendengar itu Cassie memutat matanya, "okay, setelah hitungan ketiga. satu..."

"Dua..." sambung Louis

"Tiga..." ujar mereka berbarengan yang lalu menodongkan pistol mereka seraya keluar dari persembunyian

"Ang-- loh?" ujar Louis yang terlihat bingung sekaligus kaget dengan apa yang ada di hadapannya

Salah satu dari mereka yang di yakini ketuanya oleh Louis dan Cassie maju selangkah. Menaikkan alis kanannya dan lalu tersenyum miring. "Kita berenam, lo cuma berdua. Mending step back dari pada lo berdua mati?"

"Terus lo kira kita takut gitu sama lo? Hah, ga akan, Perrie!" ujar Cassie menaikkan pistolnya sejajar dengan dadanya

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 26, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

relic // one directionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang