5th

1.5K 191 5
                                    

Entah ada angin apa, Seulgi bangun lebih pagi dari biasannya dan bahkan ia sudah siap dengan make up natural yang menghiasi wajahnya.

"Unnie mau kemana?" Tanya Joy yang baru saja bangun, suaranya pun masih serak.

Seulgi tak tahu, apa ia semangat karena Kai mengajaknya berkencan? ia sendiri tak tahu. Seulgi menggelengkan kepalanya. mata Joy yang masih berat memaksanya untuk kembali tidur.

Tak lama ia ponselnya berbunyi, Jongin mengirimnya sebuah pesan.

Hei aku ada di depan rumahmu :)

Seulgi mengedipkan kedua matanya, yang benar saja, Ia bahkan belum memberi tahu alamatnya, semalaman mereka hanya bicara akan pergi kemana dan kapan Jongin akan menjemputnya.

Kau bercanda kan? Balas Seulgi.

Seulgi berjalan kearah jendela dan mengintip keluar jendela, benar saja Jongin dengan pakaian casual sudah menunggunya di bawah sambil melambaikan tangannya ke arah Seulgi. Ia langsung berlari kebawah dan membukakan pintu untuk Jongin, "Kau tidak mau terlambat atau apa?" ucap Seulgi.

Jongin terkekeh. "Tentu saja, mana bisa aku membiarkan seorang gadis menunggu." balas Jongin.

Seulgi terdiam, Ia membiarkan Jongin masuk, lalu pergi ke kamarnya untuk mengambil tas dan berpamitan pada Joy.

Ketika ia kembali, ia menemukan Jongin sedang melihat-lihat foto yang terpajang diatas perapian.

"Aku sudah siap." Kata Seulgi, Jongin segera berbalik dan memasang senyumnya.

Jongin langsung menggenggam erat tangan Seulgi dan menariknya keluar rumah. Seulgi mengangkat kedua alisnya. Apa yang sedang ia lakukan?

Jongin membukakan pintu untuk Seulgi, lalu ia mengelilingi mobil untuk masuk ke kursi pengemudi.

"Kita mau kemana?" Tanya Seulgi mencoba mancairkan suasana.

"Aku ingin mengajakmu ke pelabuhan."

Kedua alis Seulgi menyatu, kenapa Jongin mengajaknya ke pelabuhan. Seperti menjawab pertanyaan di otak Seulgi, Jongin langsung angkat bicara. "Kau tahu tempat di dekat pelabuhan itu kan? Tempat banyak orang berkencan."

Ah, itu masuk akal, memang tak jauh dari pelabuhan ada sebuah taman yang bisa dipenuhi oleh para pasangan untuk menghabiskan harinya, dan sepertinya Seulgi memang butuh melihat lautan saat ini, ia merindukan orang tuanya yang tinggal di Jeju, 5 tahun terakhir.

"Kau tak masalah bukan?" Tanya Jongin, Seulgi menggeleng pelan.

"Kau tidak banyak bicara, atau kau sedang tidak mood bicara?"

"Kau tahu aku masih merasa canggung, kalau aku merasa canggung, aku jadi tak banyak bicara." Jelas Seulgi, mata keduanya saling menatap beberapa saat.

"Maaf." Seulgi dan Jongin langsung mengalihkan pandangan masing-masing.

"Hei, tak perlu minta maaf, aku juga mau minta maaf karena belum bisa membuatmu merasa nyaman." Balas Kai.

Setelah itu, tak ada yang bicara lagi, namun Kai kembali memecahkan suasana dengan menanyakan pertanyaan acak yang entah dari mana ia dapatkan. Setelah menempuh perjalanan 30 menit, mereka akhirnya sampai. Jongin segera memarkirkan mobilnya.

Seulgi dan Jongin pun langsung keluar dari mobil dan berjalan bersebelahan, mengeliling taman itu, Jongin dengan sengaja membiarkan tangannya terbuka, Seulgi yang melihat tanda kalau Jongin ingin berpegangang tangan sedikit malu-malu, ia sedikit mempercepat langkahnya dan menyatukan tangan mereka bersama.

Menanggapi hal itu, Jongin mengeratkan peganganya, ia tersenyum manis ke arah Seulgi, Seulgi langsung mengalihkan pandangannya karena wajahnya yang memerah sekarang.

"Kau manis." Ucap Jongin.

Hal itu tak membantu sama sekali, wajah Seulgi menjadi lebih merah lagi karena hal itu.

Ketika matahari mulai menghilang, Seulgi dan Kai duduk mengarah ke lautan, sinar matahari yang memantul ke arah lautan begitu indah sampai keduanya hanya diam dan mengagumi mahakarya tersebut.

Sebuah kapal ferry melewati pandangan mereka yang membuatnya lebih indah lagi. "Hei, kau pernah naik kapal ferry sebelumnya?" Tanya Kai.

Seulgi menggeleng "tapi nanti aku akan naik kapal ferry untuk menemui kedua orang tuaku." Balas Seulgi.

"Mereka dimana?" Jongin mulai tertarik.

"Mereka dipulau Jeju, pindah karena ayahku punya pekerjaan disana." Jelas Seulgi.

"Kenapa kau tak ikut dengan mereka?"

"Saat mereka pindah aku sudah beranjak dewasa jadi aku lebih memilih tinggal disini dan melanjutkan pendidikanku, mungkin nanti aku akan menyusul mereka." Seulgi menatap mata Kai.

Kai menatapnya kembali, ia menemukan ketulusan dan cahaya ketika Seulgi bicara soal keluarga, ia seperti bersemangat, tapi kesedihan juga tak luput dari mata tajam Jongin. Saat ini, ia hanya ingin memeluknya, mengecup keningnya dan mengatakan kalau orang tua Seulgi pasti akan senang melihatnya nanti.

One Of These Nights | SEULKAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang