6th

1.4K 174 17
                                    

Hujan, tak ada yang bisa dilakukan saat ini berangkat kerja pun rasanya malas, Joy pun sedang tak dirumah karena sedang bersama kekasihnya Sungjae, jadi ia benar-benar merasa bosan.

Baru saja ia mau mendaratkan tubuhnya ke atas sofa, bel rumahnya berbunyi. Sekali, ia diamkan karena malas, kedua ia mulai merasa terganggu, ketiga ia langsung berlari dan membuka pintu rumahnya.

Ia mengedipkan matanya beberapa kali untuk benar-benar menyadari siapa yang ada di hadapannya. Kai. Dengan dua cup kopi yang memenuhi tangannya, ia bahkan tak menggunakan payung.

"K-" ucapannya terpotong saat Kai menerobos masuk rumahnya. "Ap- ok maaf membiarkanmu menunggu di tengah hujan." Ucap Seulgi memperhatikan pria yang sedang membuka jaketnya itu.

"Kau tak bertugas?" Seulgi menarik salah satu alisnya keatas.

"Cuti." Balasnya sambil menaruh jaketnya di atas meja kopi yang ada di hadapannya. "Atau lebih tepatnya sedang tidak ada pekerjaan."

"Kau? Tak ada pekerjaan?" Seulgi menyatukan kedua alisnya, ia tak yakin soal itu.

"Kau sendiri kenapa tidak pergi bekerja?" Kini Kai balas bertanya.

"Bukan urusanmu."

"Irene noona bertanya padaku." Jawab Kai sambil meminum kopinya.

"Kau bercanda bukan? Unnie akan langsung menelponku jika aku tak masuk kerja." Ia langsung mengambil telpon genggamnya.

5 missed calls.

Ok, sekarang ia tahu alasannya tapi itu masih menjelas kenapa Irene bertanya pada Kai yang baru saja mengenalnya, maksudnya Kai bahkan bukan kekasihnya, belum.

"Ia memintaku untuk melihat keadaanmu, ok?" Seulgi menatapnya aneh.

"Apa itu sebuah alasan? Atau kau memang punya modus tersendiri?"

Kai memutar kedua bola matanya. "Kalau aku punya modus tersendiri kenapa? Aku tak bisa jika aku tak melihatmu. Aku mudah merindukan wanita cantik." Kata Kai sambil jalan mendekat kearah Seulgi

"Wow, woo. Tunggu sebentar." Seulgi menghentikannya. "Apa kau baru mengatakan 'mudah merindukan wanita cantik'?"

"Berapa banyak wanita yang kau rindukan sebenarnya?" Lanjut Seulgi.

"Hanya kau." Seulgi menarik nafasnya dan mendengus kesal.

"Aku tak akan mempertanyakannya lagi." Seulgi menggelengkan kepalanya.

Saat itu, telpon genggam milik Kai berdering. Kai langsung membuang nafas panjang ketika melihat nama yang terpajang di telpon genggamnya.

Ia menempelkan benda kotak itu ke telinganya. "Ada apa?"

"Aku tak mau menemani, aku tak bisa aku sedang ada urusan." Kai menyuruh Seulgi diam dengan tangannya, walau kenyataannya Seulgi tak mengeluarkan suara apapun sejak Kai mengangkat telpon.

Seulgi mengelengkan kepalanya, ia benar-benar tak habis pikir dengan pria yang baru ia kenal beberapa hari lalu ini.

"Dimana kita tadi?" Kai memasukan ponselnya kedalam saku.

Ia langsung duduk di atas sofa, ia menunggu Seulgi untuk bergabung bersamanya.

"Kau tak seriuskan?" Seulgi pergi melewatinya begitu saja, tapi Kai langsung menariknya, dan Seulgi akhirnya jatuh dipangkuannya.

"Aku ingin bersamamu." Kai mengeratkan pelukannya. "Sebentar saja."

Seulgi tak tahu harus apa, jadi ia langsung berdiri dan memukul belakang kepalanya.

"Aku tak mau." Seulgi langsung meninggalkannya sendirian di ruang tamu, berusaha menenangkan hatinya.

Kai hanya tertawa kecil. Ia senang mengganggu Seulgi yang selalu berusaha menutupi perasaannya.

A/n: ketika orang rame sama Kaistal, gue yang kaiseul shiper bisa apa? Tapi aku juga ngeship kaistal #lupakan.

One Of These Nights | SEULKAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang