Mata Chanyeol bertemu dengan televisi yang menyala, matanya terpaku melihat berita yang ada. Ketika ia mendengar sedikit suara keluar dari Jongin, ia segera mematikan televisinya dan pura-pura tersenyum.
"Kenapa hyung tersenyum padaku?" Tanya Jongin begitu ia membuka matanya.
"Eh.. tidak ada apa-apa." Balasnya sambil menggaruk tengkuknya.
"Hyung kau bukan tipe orang yang pandai berbohong, katakan saja." Ucap Jongin kesal.
"Tidak ada apa-apa, kembalilah tidur." Ucapnya sambil meninggalkan Jongin ke dapur.
"Aku mendengar beritanya hyung, aku tak benar-benar tidur." Kata Jongin, kata katanya berhasil menghentikan langkah Chanyeol.
"Kau berusaha menyembunyikan berita tadi bukan?" Lanjutnya.
"T-tidak."
"Berhentilah berbohong hyung, aku tak mudah kau bohongi." Jongin mendekatkan kursi rodanya dan segera menaikinya.
"Kuharap kau masih memegang keyakinanmu, Jongin." Ucap Chanyeol.
Jongin menatap bunga yang ia berikan pada Seulgi, semakin banyak petals yang jatuh, Semakin jauh juga Seulgi pergi. Jongin hanya tersenyum pahit.
"hyung," ia berhenti sebentar sebelum melihat kearah Chanyeol. "Bisa kau antar aku ke pelabuhan." Suaranya bergetar.
Chanyeol sendiri merasa hatinya sakit ketika mendengar berita itu, apalagi Jongin yang benar benar memiliki hubungan dengan salah satu penumpang kapal itu.
Jongin bisa saja lepas kendali saat ini tapi tidak ia benar-benar sudah mati rasa. Ia tak tahu harus merasakan apa lagi. Semuanya menjadi satu, tapi tak ada setitik pun rasa senang. Rasa senang sepertinya pergi bersama dengan Seulgi.
Chanyeol dan Jongin segera pergi ke pelabuhan. Kondisi pelabuhan sangat ramai, sangat sangat ramai.
Wartawan, keluarga atau pun warga setempat ada disana. Jongin sudah ada dititik dimana ia akan menangis. Tapi matanya menemukan sosok yang ia cari, Seulgi, dibawa seorang Pria yang sepertinya seorang Nelayan kedaratan. Tanpa perlu ia beritahu Chanyeol membantunya mendekati Nelayan tersebut yang sudah berada di ambulans
"Seulgi." Panggilnya lirih.
"Kau keluarganya?" Tanya pria itu.
"Dia kekasihnya" Jawab Chanyeol pelan.
Jongin tak mengeluarkan kata sedikit pun, matanya masih tak percaya Seulgi ada dihadapannya. "Seulgi-ya." Panggilnya lagi.
Nelayan itu turun dan mempersilahkan Jongin untuk naik lalu Chanyeol segera membantunya naik ke ambulans.
Satu persatu ambulans mulai meninggalkan pelabuhan. Begitu pula dengan Ambulans yang membawa Seulgi, Jongin dan Chanyeol.
Diluar dugaan Jongin, mata Seulgi sedikit terbuka. "Bertahanlah kumohon, bertahan untukku." Bisik Jongin di telinga Seulgi. Seulgi hanya tersenyum tipis, tanpa ada suara yang keluar Seulgi mengatakan "Terima kasih, aku sangat mencintaimu."
Detik itu, semua seperti berhenti, semua yang ada disekeliling mereka mendadak berhenti. "Tidak, kau akan tetap bersamaku." Bisik Jongin, sambil memegang kedua tangan Seulgi. "Kumohon." Lanjutnya.
Tapi Takdir berkata lain, Seulgi kembali menutup matanya, tapi senyum itu masih terpasang, masih terpasang diwajah indahnya.
"Tidak..." Jongin menggelengkan kepalanya. "Kau pasti bercandakan?"
Tim medis segera melakukan penangan pada Seulgi tapi ketika hampir sampai di rumah sakit, nyawanya sudah tak bisa diselamatkan. Paru-parunya sudah dimasuki oleh banyak air.
Percayalah aku akan melihatmu, aku pasti akan menjagamu. Entah Jongin mulai gila atau apa tapi suara itu sangat mirip dengan suara Seulgi, suara itu begitu nyata.
Di saat itu pula ia mulai sadar, ia benar- benar kehilangan orang yang sangat ia cintai. Ia memeluknya erat, memeluknya seperti terakhir kali, bukan ini memang akan menjadi pelukan terakhir yang bisa ia berikan padanya.
Seulgi-ya, please stop the time, aku masih ingin bersamamu, bahkan jika itu adalah didalam mimpi.