Seulgi menatapi kekasihnya yang sedang tak melakukan apapun.
"Kau tak mendapatkan mimpi itu lagi kan?" Pertanyaan Seulgi yang begitu tiba-tiba hampir membuat Kai melompat dari sofa.
"Kau membuatku takut." Kai mengelus dadanya.
"Aku mau bertemu dengan Hyuk ok?" Seulgi berjalan pergi.
"Tunggu apa? Siapa Hyuk?" Tanya Kai, mengikutinya.
Seulgi menghela nafasnya. "Dia adik tingkatku." Jawab Seulgi.
"Kau tak ada hubungan apapun dengannya, 'kan?" Tanya Kai.
"Dengar K-Jongin, kau satu-satunya orang yang aku izinkan masuk ke hatiku, jadi jangan buat aku menyesali hal itu." Ada nada canda dan serius di ucapan Seulgi.
Kai mundur mendengar itu. "B-baiklah."
Seulgi tertawa, ia mencium pipi Kai. "Tentara yang satu ini kalah karena ucapan seperti itu? Aku kira kau lebih kuat."
"Tentara juga punya hati, kau tahu itu kan?"
Ponsel Seulgi berbunyi, nama Hyuk muncul dilayarnya, ia segera mengangkatnya.
"Komandan ini benar-benar takut kalau aku akan pergi dengan lelaki lain." Balas Seulgi ke orang yang ada di ujung jaringan sambil tertawa melihat Jongin.
"Hei!" Jongin hampir merampas ponsel Seulgi tapi Seulgi sudah berjalan menjauh.
"Aku akan segera kesana. Tunggu aku, ok?" Balas Seulgi lalu menutup telpon.
"Pria mana yang mau wanitanya pergi dengan pria lain." Ucap Kai ketus.
"Sudahlah, aku pergi dulu, kalau kau perlu teman kenapa kau tak menelpon Ravi untuk menemanimu jalan-jalan?" Seulgi keluar dari rumahnya diikuti oleh Kai yang memakai sandal rumah.
"Kau akan cemburu jika melihatku bersama Ravi."
Seulgi mengerutkan dahinya. "Terserah kau."
"Aku akan pulang nanti malam, tak usah menungguku." Lanjut Seulgi.
Waktu memang cepat berjalan, tapi bagi Kai waktu berjalan lambat, entah sejak mimpi itu, ketakutan akan kehilangan Seulgi menjadi besar yang membuatnya sedikit lebih protektif dari sebelumnya, bahkan ini baru hari keempat mereka bersama.
Siang berganti malam, melihat jam dinding membuatnya sedikit tak tenang ini sudah pukul 10 malam tapi Seulgi belum juga kembali.
Mungkin badannya yang lelah atau otaknya yang lelah tapi setelah ia mendaratkan badannya di atas sofa. Matanya menutup, tertidur.
"Ak-" Teriakan Seulgi terpotong begitu melihat Kai tertidur di sofa.
Ia mengambil selimut kekamarnya dan menyelimutinya. Seulgi memandanginya cukup lama.
"Berhenti menatapku seperti itu, kau membuatku takut." Ucap Kai pelan dengan kedua mata masih tertutup.
Seulgi mau pergi tapi Jongin menariknya. "Kemarilah."
Seulgi bahkan tak mau mempertanyakan kenapa mata Kai masih tertutup.
Malam itu, Seulgi bisa merasakan kehangatan yang tak pernah ia temukan sebelumnya, menemukan cinta yang terselip dalam dekapan itu.
Seulgi hanya bisa berharap satu, agar semua ini tak cepat berakhir.