Keheningan menyelimuti ruangan itu, baik Seulgi maupun Jongin, keduanya tak mengeluarkan sepatah katapun.
Hari ini Seulgi akan berangkat, tapi hati Jongin merasa ada yang mengganjal, hatinya tak mengizinkan Seulgi untuk pergi, hatinya ingin Seulgi tinggal untuk hari ini saja.
"Seulgi." panggil Jongin, memecahkan keheningan yang terjadi.
"Apa maksudmu dengan mencintai orang lain?" Tanya Kai, tanpa menunggu jawaban Seulgi.
Seulgi yakin Ravi sudah menceritakan hal itu beberapa waktu lalu. Seulgi jongkok di hadapan kursi roda Jongin. Menatap kedua bola mata itu bersama dengan senyuman yang terukir indah dibibirnya.
"Ravi sudah mengatakannya?" Seulgi balik bertanya.
"Jawab aku, jangan buat aku penasaran." Balas Jongin, ia genggam kedua tangan Seulgi.
"Jongin-a, kau pasti akan mengerti." Senyum Seulgi tak pergi, tapi matanya lain, matanya diisi kekosongan.
"Aku hanya akan mencintaimu, Seulgi, bukan orang la-" kata katanya terhenti ketika Seulgi memeluknya.
"Lakukan aku mohon." Bisik Seulgi.
Jongin hanya terdiam, merasakan hangatnya pelukan Seulgi.
Chanyeol pun datang, bagi Seulgi, ia penyelamat, ia bisa saja menangis dihadapan Jongin saat itu juga jika Chanyeol tak muncul.
"Ah Oppa, kau sudah datang?" Seulgi melepaskan pelukannya dan melihat kearah Chanyeol yang berada di pintu.
"I-iya, kau sudah siap?" Tanya Chanyeol, menghampiri mereka berdua.
Seulgi mengangguk, "Oppa bisa tolong bawakan koperku? Biar aku yang membantu Jongin."
Chanyeol sebenarnya merasa aneh dengan sikap Seulgi, Seulgi jarang sekali memanggilnya Oppa dihadapan Jongin. Terlebih lagi senyum kearahnya, tapi kali ini ia tersenyum dan memanggilnya Oppa.
"Oppa?"
"a-ah iya baiklah." Chanyeol langsung membawa koper Seulgi bersamanya.
Seulgi segera mendorong kursi roda Jongin dan mengikuti langkah kaki Chanyeol yang semakin menjauh.
"Kenapa kau memanggilnya Oppa? Biasanya kau tak pernah melakukan itu." Ucap Jongin tiba-tiba.
"Karena dia lebih tua dariku." Jawab Seulgi.
"Seulgi, kau bertingkah aneh." Kai mendongkapkan kepalanya dan menatap wajah Seulgi dari bawah.
"Aku tidak bertingkah aneh, Jongin." Ia menghindari tatapan mata itu.
"Iya." Jawab Kai tegas.
"Baiklah bapak komandan, tidak ada yang terjadi ok? Aku baik-baik saja."
"Kau akan kembali ke Seoul kan?" Tanya Kai.
Tak ada jawaban. "Jawab aku. Berjanjilah untuk kembali."
"Aku tidak tahu Jongin, tolong berhenti, aku tak bisa pergi jika seperti ini." Seulgi menghentikan kursi roda Kai.
Chanyeol langsung membantu Kai masuk kedalam mobil begitu juga Chanyeol.
"Oppa pastikan untuk menjaganya." Minta Seulgi begitu Chanyeol menutup pintu mobilnya.
Chanyeol menatapnya bingung.
"Lakukan saja kumohon." Seulgi langsung masuk kedalam mobil tanpa menunggu jawaban.
Di perjalanan pun, tak ada dari ketiganya yang bicara hanya ada suara Seulgi yang sesekali menyanyikan lagu yang dimainkan di radio.
Tiba dipelabuhan, Seulgi langsung turun dan mengeluarkan kopernya.
Sebelum ia naik ke atas kapal, Kai menghentikannya. "Kau yakin akan pergi sekarang? Aku dengar akan ada cuaca buruk nanti malam."
"Doakan saja untuk keselamatanku." Seulgi tersenyum kearahnya.
Kai tak tersenyum, ia hanya bisa menatapnya. Seulgi langsung menarik kedua ujung bibir Kai agar ia tersenyum
"Tersenyum untukku, aku pasti akan merindukan senyumanmu itu Jongin." Ucap Seulgi, menatapnya penuh cinta.
Kai memaksakan senyumnya, tapi hatinya tersiksa, hatinya punya firasat buruk tentang perpisahan ini.