Seulgi melangkahkan kakinya keluar dari apartemen miliknya, hari yang lumayan cerah untuk kerja, tapi pikirannya sama sekali tak disini, ia masih saja mengkhawatirkan keadaan Jongin.
"Hei!" Suara itu familiar di telinganya. Benar saja, itu suara Jongin.
"K-kau sudah kembali ke korea?" Mata Seulgi membulat.
Jongin mendekatinya dan mengacak rambut Seulgi. "Tadi pagi aku sampai disini, maaf tidak memberimu kabar."
"Y-ya! Aku menghabiskan setengah jam untuk menata rambutku."
"Biarkan saja, kau tetap cantik walau rambutmu berantakan." Jongin tersenyum kearahnya.
Seulgi langsung memeluknya "Aku merindukanmu." Lanjut Jongin.
"Kau membuatku takut!" Balas Seulgi
"Hei, yang penting aku ada sudah disini bukan?"
"Terserah kau." Seulgi memukul pelan dada Jongin.
"Seulgi-ya." panggil Jongin pelan.
Seulgi tak menjawab ia masih saja memendam wajahnya di dada Jongin, ia tak mau melihat wajahnya dulu, ada rasa campur aduk yang muncul di hatinya saat ini, ia sendiri bingung ada apa dengannya.
"Kau mau berangkat kerja bukan?" Kai langsung membuka pintu mobil dan mendudukkan Seulgi ke dalam mobil. Ia segera berlari dan naik ke belakang kemudi.
"Aku akan mengantarmu."
Seulgi yang tak tahu harus berkata apa tetap diam, ia membiarkan Kai mengantarkannya ke cafe milik Irene.
Setelah mengantarnya, Kai memutuskan kembali ke rumahnya, ia hanya ingin tidur sebentar sebelum nanti sore menjemput Seulgi. Lagi pula ini hari liburnya, ia bisa menggunakannya sesuka kemauannya, ia gunakan untuk bermalas-malasan seharian pun tak masalah, tak akan ada gangguan dari bawahannya atau sahabatnya yang selalu bercerita di barak. Ya walaupun, Ia tak tahu jika sahabatnya itu akan memaksa masuk rumahnya atau tidak.
Ia berbaring diatas kasurnya, berusaha mencari posisi yang nyaman, untuk ia pergi ke alam bawah sadar. Tak lama setelah ia menemukan posisi nyaman, ia langsung berangkat ke alam mimpi.
Ketika ia berharap mimpi indah tentang ia bersama dengan Seulgi, ia malah mendapatkan mimpi aneh. Mimpi ia berjalan mengikuti Seulgi tapi tak bisa memegangnya, memanggilnya pun tak bisa.
Mimpi itu terlalu nyata untuknya, ia mulai ketakukan, keningnya sudah dibasahi oleh keringat.
Ravi masuk ke kamar Kai, ia sudah biasa masuk ke rumah sahabatnya ini tanpa memberi tahu, ketika Ravi melihat keadaan Jongin, ia berusaha membangunkan Jongin. "Jongin!" Panggil Ravi.
Jongin langsung bangun, entah apa yang ada di pikirannya saat ini tapi yang jelas ia ingin bertemu dengan Seulgi. Sekarang. Ravi menghentikan Jongin dengan menghalangi jalannya.
"Kuncimu." Ravi mengulurkan tangannya.
Jongin hanya menatapi tangan Ravi, "Kuncimu." ucap Ravi lagi.
Ravi mengambil kunci yang ada di tangan Kai. "Aku yang akan mengemudi. katakan saja tempatnya."
Jongin hanya bisa mengikuti Ravi, kadang sahabatnya satu ini tak perlu kata-kata untuk mengerti kondisi Jongin, ia hanya butuh melihat ekspresi wajah Jongin dan ia bisa tahu apa yang terjadi.
Ravi mengantarkan Kai ke cafe Irene, belum sempat memarkirkan mobilnya Jongin sudah keluar dan mencari Seulgi.
Begitu ia menemukan tubuh Seulgi, ia langsung memeluknya.
"Kau ini kenapa?" tanya Seulgi berusaha melepaskan pelukan Kai.
dan yang menjadi jawaban Kai membuat Seulgi terdiam.
"Berjanji padaku kau tak akan pergi, janjilah padaku kalau kita akan tetap bersama."