A/N: OnThePhone.
Zayn yang Bold.ENJOY
***
Liam sedang berada dikamar tidurnya. Ia sedang membaca Novel milik Jostein Gaarder.
Sekilas Liam menengok kearah cermin. Ia melihat sesosok perempuan tua sedang memandangnya dari arah berlawanan.
"Siapa itu?" Liam bertanya kepada dirinya sendiri.
Liam pun mulai bergemetar. Sekujur tubuhnya mengeluarkan keringat panas-dingin.
"Siapa itu?" Tanyanya lagi pada dirinya sendiri.
Terdengar suara derap langkah seseorang.
Sreek... Sreek... Sreek... Sreek... Sreek
Suara derapan langkah itu sangat menggema di telinga Liam. Seolah-olah derapan langkah itu semakin mendekat.
"Jangan mendekat." Liam masih bergemetar. "Kumohon."
Kau akan mati... Kau akan mati...
"Tidak. Aku tidak ingin mati." Liam menegang.
Liam berlari menuju arah dapur. Ia tidak tahu harus melakukan apa.
"Fuck! Persetan dengan permainan bodoh itu."
Sreek... Sreek... Sreek... Sreek... Sreek...
Suara itu, suara derapan langkah. Liam kembali menegang. Keringatnya bercucuran.
"Aku pasrah, terserah kau ingin melakukan apapun padaku."
Liam menutup matanya.
Tanpa adanya seseorang, tiba-tiba pisau yang tadinya tergeletak pun melayang dengan tinggi.
Pisau itu terbang melayang menuju arah Liam.
Dengan gerakan cepat, pisau itu telah mencongkel kedua bola mata Liam.
Liam menjerit kesakitan, "Ah!"
Saat ini wajah Liam sudah dipenuhi oleh darah yang kental.
Pisau itu pun mulai menuju leher Liam. Dipotongnya leher Liam sampai lehernya benar-benar putus.
Urat leher Liam sudah putus, hembusan nafas Liam pun sudah tidak ada.
Liam sudah mati. Benar-benar mati. Mati mengenaskan di Rumah peninggalan orang tuanya.
***
"Oh God! Liam mati? Apa kau sedang bercanda?"
"Aku sedang tidak bercanda Zayn! Kau harus percaya padaku. Aku melihat jasad Liam sangatlah mengerikan. Matanya tidak ada, lehernya putus. Uh, aku tidak bisa menjelaskannya. Kau harus kesini, karna aku takut dirumah Liam sendirian. Jangan lupa untuk menelepon ambulance."
"Tapi---"
Shit! teleponnya dimatikan, geram Zayn. Zayn pun segera menuju rumah Liam.
Oh yatuhan, siapa lagi yang akan menjadi korbannya?
Tak butuh waktu lama, Zayn tiba dirumah Liam. Disana sudah terparkir mobil Cameron.
"Liam!"
Zayn berlari menuju arah Liam dan disana sudah ada Cameron. Dia salah satu teman Zayn.
"Mengapa Ia bisa begini?"
"Entahlah, aku pun tak tahu. Aku tadi ingin meminjam buku Fisika miliknya. Tapi aku malah dikejutkan dengan keadaan Liam yang seperti ini." Cameron bergidik ngeri saat melihat keadaan Liam.
Tiba-tiba terdengar suara ambulance. Zayn pun mengikuti kemana perginya ambulance itu. Tak lupa, Cameron pun ikut serta menemani Zayn.
***
Hari ini adalah saatnya pemakaman Liam. Disini hanya ada aku dan Cameron saja.
"Hai, Liam. Kau tahu, kau pergi menyusul Harry, Niall, dan Louis. Tentu saja, aku sangat sedih. Kau meninggalkanku sendirian. Bukankah kau tahu, bahwa aku sangat benci sendirian. Terimakasih, kau telah menjadi temanku, menjadi tempat sandaranku saat aku sedih. Terimakasih, karena kau selalu memberikanku banyak motivasi. Aku takkan pernah melupakanmu, Liam." Zayn menangis.
"Ayo, Zayn. Mari kita pulang. Kau tak ingin Liam sedih bukan?" Ucapan Cameron memang ada benarnya. Zayn pun akhirnya mengangguk lemah.
"Baiklah, aku harus pulang. Aku ingin menjernihkan kepalaku dahulu. Sampai Jumpa, Liam. Semoga kita bisa bertemu lagi."
Selamat tinggal Liam James Payne.
***
A/N
Hai?
Liam udah mati nih, feelsnya dpt ga?:'v
Gue ga jago bikin anak org nangis, emg kek doi:'))
MAKASIH BUAT KALIAN YANG UDAH MASUKIN CERITA INI KE READING LIST KALIAN. I'M REALLY REALLY HAPPY! WALOPUN KALIAN JUGA GA VOMMENTS, TAPI GAPAPA KOK KALIAN UDAH SEMPETIN BACA FF GUEE
Duh terharu aq
Thanks guys
Lovya
KAMU SEDANG MEMBACA
OUIJA ➖ One Direction
FanfictionJanganlah bermain permainan yang dapat mengundang para roh. Karena itu sangat berbahaya. Kalau kau tidak ingin celaka maka kau tidak boleh memainkan permainan yang seperti ini yaitu, OUIJA. Copyright 2016 by : frekuenshit