⭐️ [NEW VERSION] ⭐️
Matahari mulai menampakkan dirinya dengan menyinari dunia yang sedang terlelap agar segera bangun.
Ada beberapa orang yang suka dengan terbitnya sang matahari namun ada juga yang tidak. Sama halnya dengan salah seorang yang masih dengan nyaman berada di atas kasur.
TOK TOK TOK
"Den Rio, bangun, Den. Sudah pagi, ditunggu Ibu di bawah." Mendengar ada suara di depan pintu kamarnya, Rio, orang yang sedari tadi masih terlelap mulai membuka kedua kelopak matanya dan mulai meregangkan otot-ototnya.
"Iya, Bi, nanti Rio turun." Rio pun segera menuruni tangga untuk bertemu dengan mamanya di lantai bawah. Sesampainya di bawah, Rio melihat Giselle yang sudah berpakaian rapi dan seorang cowok yang tidak dikenali oleh Rio, sedang asik sarapan bersama dengan kedua orang tuanya.
"Pagi semua," sapa Rio. Semua orang menoleh dan menunjukkan senyum manis mereka kecuali Giselle. Ia tampak malas melihat keberadaan Rio di pagi ini.
"Ayo duduk, Nak. Mama mau kenalin kamu sama seseorang. Rio, ini Evan sahabat kecilnya Giselle. Evan ini Rio, kakaknya Giselle." Rio pun menatap Evan sekilas. Rio merasa pernah melihat sosok Evan ini namun entah dimana.
"Rio."
"Evan."
"Nah ayo sekarang kamu cepat sarapan karena setelah ini kamu akan pergi bersama dengan Giselle dan Evan untuk membeli tuxedo dan dress dibutik langganan mama untuk acara makan malam nanti. Papa harap kalian bisa akur saat berbelanja ya," ujar papa yang sedang mengunyah makanannya.
Rio menatap papanya tidak mengerti.
Mengapa papanya tega membiarkan Rio pergi bersama Giselle? Menurut Rio, sudah cukup penderitaannya jika dekat dengan Giselle.
"Pa, kenapa Giselle nggak sama Evan saja? Lagian Giselle maunya sama Evan bukan sama dia," kata Giselle sinis sambil menunjuk Rio.
"Sayang, papa bukannya ngelarang kamu jalan berdua dengan Evan tapi Rio juga butuh untuk beli tuxedo baru. Oh ya, jika kalian ingin belanja di butik yang berbeda, tidak masalah tapi nanti hubungi papa ya supaya papa bisa atur jadwal fitting kalian bertiga. Sudah Rio cepat habiskan sarapanmu. Evan dan Giselle sudah siap, tinggal menunggu kamu."
"Emang Rio harus banget ya, Pa? Tuxedo lama Rio kan juga masih bagus." Herman terlihat menimbang-nimbang ucapan Rio itu.
"Begini Rio, mungkin memang tuxedo lama kamu masih bagus tapi kamu harus beli yang cocok dengan gaun Giselle nanti. Kamu mau kan?" kata Errica.
Mendengar penjelasan sang mama, Rio pun hanya mengangguk patuh. Rio yang malas pergi pada hari sabtu pagi seperti ini, terpaksa mengikuti keinginan papanya dan mulai menggerakkan kakinya untuk naik ke lantai atas dan segera bersiap.
****
"Sell."
"Hmm."
"Jadi, dia kakak tiri yang lo sebut-sebut nyebelin itu? Sebenernya sih dari tampang dia oke. Ya, sebelas dua belas sama gue. Ya nggak?"
"Jelas gantengan lo dong, Van. Gantengnya dia ngalahin sifatnya yang nyebelin itu sih. Makanya, gue nggak pernah liat dia seganteng lo," jawab Giselle dengan jujur.
"Tapi, gue jadi penasaran deh sifat nyebelin dia kayak apa. Kayaknya dia udah bikin sohib gue bete banget nih sampe sering curhat mulu kalo udah di sekolah sama gue," ujar Evan sambil mengalungkan tangannya di leher Giselle.
"Fix, Van, nyebelin dia itu tingkat dewa banget deh. Kayak nggak ada hari tanpa gue darah tinggi karena kelakuannya absurd dan nguji kesabaran gue."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lovely Sister (S1) [COMPLETE]
Roman pour Adolescents#1 on Sister Tag (14-07-2020) #2 on SHS Tag (26-06-2020) #54 on Fiksi Remaja Tag (14-05-2018) #95 on Story Tag (06-03-2020) • • Sial! Gara-gara dia, hidupku jadi berantakan. Siapa lagi kalau bukan cowok rese super nyebelin itu. Sebenernya cowok itu...