Satu

232 14 3
                                    

Sinar matahari menelusup masuk melalui celah jendela kamar milik seorang wanita cantik yang masih enggan beranjak dari tempat tidurnya.

tapi suara jam weker berbentuk keroppi miliknya terus berusaha menyuruhnya untuk segera bangun dan bergegas melalukan aktivitasnya

"Arghhh" geramnya sambil mengacak rambutnya frustasi.

"Tidak bisakah lima menit lagi?" Tanyanya entah pada siapa. Padahal ia hanya tinggal sendiri disebuah apartemen sederhana.

"uh, Pastinya tidak bisa. Bos akan marah dan aku akan dipecat" ucapnya lagi.

Segera ia bangun dan merapikan tempat tidurnya dan bergegas masuk ke kamar mandi untuk membersihkan badan.

Setelah cukup lama ia berada dikamar mandi, dan memakai pakaian rapih untuk pergi ke tempat pekerjaannya. Ia membuka lemari pendingin yang entah sudah berapa hari tidak ia isi mengingat sekarang sudah tanggal tua.

"Malangnya nasib mu kulkas" ia memandangi nanar lemari pendinginnya karna yang tersisa hanya lah makanan yang sudah tidak layak dimakan

"Tetap sabar dan tabah saja ya , sebentar lagi aku akan mengisi mu dengan belanjaan yang sangat mahal"

"Eh tapi tunggu aku naik pangkat dulu, karna gaji ku yang sekarang saja tidak cukup untuk memenuhi keperluanku yang lain" ralatnya

Karna tidak ada makanan yang pantas untuk ia makan, ia memutuskan untuk sarapan di dekat kantor-nya saja.

Ia memakai sepatu yang ia biasa kenakan sehari-hari tapi tiba-tiba saja pening menjalari seluruh kepalanya.

Ia hampir saja ambruk jika tidak tangan kirinya tidak ia gunakan untuk menjadi tumpuan badannya kepada tembok kamarnya.

Ia memang sering mengalami pening dikepalanya, tapi ia anggap itu semua hanya sakit kepala biasa dan minum obat sekali saja bisa langsung sembuh.

Ia juga pernah memeriksa perihal pening yang sering ia rasakan tapi dokter juga mengatakan itu hanyalah sakit kepala biasa, jadi ia merasa tidak perlu mempermasalahkan perihal pening yang sering hinggap dikepalanya.

Dan terbukti saja tak sampai lima menit, pening itu kini sudah hilang entah kemana. Gadis itu lantas segera mengambil langkah lebar membuka pintu apartemen-nya dan segera berangkat ke kantor tempat ia bekerja sekarang.

Suara hirup pikuk kendaraan menemani perjalanan wanita itu sepanjang perjalanan menuju tempat yang dituju.

"Sampai aku punya uang yang tidak akan habis tujuh turunan juga mungkin jalanan ini akan terus macet kaya sekarang,ck." Gumam wanit itu berbicara kepada dirinya sendiri karna melihat pemandangan pagi hari saja kota michigan sudah disuguhkan dengan jalanan macet.

supir taksi itu hanya melirik sekilah ke arah kaca yang ada dekat atas kepalanya.

Ia tersenyum memaklumi karna sudah sering kali penumpang-nya protes akan jalanan jakarta yang macet.

"sudah sampai nona" ucap supir taksi itu karna melihat penumpangnya seperti sedang melamun

"Ah ya" wanita itu mengerjapkan matanya seakan baru tersadar bahwa sedari tadi ia melamun.
"Ini uangnya" diberikannya uang seperti argo yang tercantum dalam mesin yang ada dihadapannya.

kemudian ia melangkah keluar dan langsung berlarian kecil menuju pintu utama kantor tersebut

"Reen" pekik seseorang dibalik punggung reen

"Wah tumben sekali kau tidak terlambat datang" ucapnya lagi

wanita yang bernama reen itu menyeringai dan berbalik, ia tentu saja sudah tau siapa yang mengucapkan itu. Jessica.

ReenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang