Epilog

152 12 5
                                    

Ini bukan hanya tentang kita tapi ini juga tentang takdir,waktu, dan perasaan kita.

ALEX POV

Akhirnya setelah sebulah lebih berada di negeri orang, aku bisa menginjakan kakiku lagi di kota ini. Sungguh! Aku merindukan kota ini, kota yang menyimpan banyak kenangan indah sekaligus kenangan pahit dalam hidupku.

Aku juga sudah tidak sabar menemui wanita yang selama sebulan lebih ini terus hinggap di otakku. Reen.... Astaga. Aku sangat merindukan dia. Aku sangat merindukan senyumannya. Tapi aku tidak merindukan sifatnya yang menjengkelkan.

Segera ku percepat langkahku keluar bandara, dan disana sudah terlihat seseorang yang sepertinya bertugas menjemputku.

Aku langsung saja mengatakan alamat apartemen Reen dan supir itu mengangguk sebagai jawaban. Hatiku berdegup kencang saat perjalanan, entahlah! Aku tidak pernah merasakan seperti ini sebelumnya. Apa karna aku akan mendengar jawaban atas pertanyaanku waktu itu. Kuharap dia memberikan jawaban yang sesuai ekspektasiku. Aku sudah menunggu satu bulan lebih hanya untuk sekedar jawaban 'ya' saja.

Tidak sampai setengah jam, aku sudah berdiri di lobi apartemen Reen. Jantungku terus saja berdegup cepat dan tidak karuan membuat keringatku lolos melalui pelipisku.

Aku segera mempercepat langkahku, dan tibalah aku di pintu apartemen nomor 222.

Tanganku terus saja mengetuk tidak sabaran di pintu itu, tapi nihil. Tidak ada sahutan dari dalam. Kulirik jam tangan di pergelangan tanganku dan saat itu aku merasakan kebodohanku meningkat. Reen pasti sedang dikantornya saat ini.

Lama aku menimbang apakah akan menyusulnya atau menunggunya, tapi aku sudah tidak bisa lagi menunggu. Aku sudah terlalu lama menunggu.
Dan ku putuskan untuk menyusulnya ke kantornya.

*****

"Jadi ada apa?" tanyaku to the point pada jessica saat kami sudah sampai di kafe dekat kantornya

Tadi saat ku putuskan untuk menyusul Reen ke kantornya, bukan Reen yang ku dapat malah jessica yang langsung membawaku ke kafe ini.

Kulihat jessica semakin terlihat gelisah dalam duduknya, dia beberapa kali menghembuskan nafasnya. Seperti sedang dalam masalah.

"Ada apa?" tanyaku lagi

Dia menarik nafas lagi.

Oke, aku mulai kesal. Dia seperti mempermainkanku, berulang kali menarik nafas dan menghembuskan nafasnya. Dia fikir kami sedang olahraga yoga?!

Dia sudah terlihat pasrah, dan bukannya menjawab dia malah mengambil sesuatu dari tas kecil yang ia bawa. Ternyata dia memberikanku sebuah surat yang sudah dilipat beberapa kali.
Aku menaikkan alisku seraya meminta jawaban dari maksudnya memberiku sebuah surat. "Apa ini?" tanyaku bingung

"Bacalah"

Aku pun mulai membuka surat itu dan membacanya dengan seksama

Hai
Apa kabar?
ku harap kau baik-baik saja.
Apa kau marah padaku karna aku menghilang begitu saja?
Ku harap tidak.
Sebulan tidak bertemu denganmu hampir membuatku gila.

Aku terkekeh meng-iya-kan apa yang ditulis Reen disurat itu. Tapi aku masih belum mengerti apa maksud dia memberiku surat. Ku putuskan untuk melanjutkan membaca

Maaf karna aku menghilang begitu saja tanpa kabar.
Pernah kau merasakan mencintai seseorang tapi keadaan mendesakmu untuk menghilangkan perasaan itu.
Takdir seakan mengutukmu untuk menghilangkan perasaan yang sangat indah itu.

ReenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang