"Bagaimana keadaanmu?"
Pertanyaan itulah yang selalu menyapa kala Reen menginjakkan kakinya di kantor, dan siapa lagi kalau bukan jessica yang bertanya.
"Aku baik" dan jawaban yang sama selalu ia berikan untuk menjawab pertanyaan jessica.
"Kemarin kau periksa ke dokter?"
"Ya"
"Bagaimana hasilnya?"
"Entahlah" jawab Reen. Jessica hanya bisa menghela nafas.
"Bagaimana dengan Alex?"
Kini giliran Reen yang menghela nafas. "Entahlah, seperti biasa, ia selalu datang setelah pulang dari kantornya dan pulang larut dari apartemenku malam"
"Tidak kah kau merasakan bahwa dia mencintaimu?"
"Aku tidak tahu, dia sangat membingungkan bagiku. Sudah kubilang aku tidak ingin berharap lebih padanya. Aku tidak ingin memberikan luka lagi untuknya"
"Reen terkadang cinta itu tidak harus diucapkan, cukup percaya dan rasakan kalau ia benar-benar mencintaimu"
"Bagaimana kalau ia tidak mencintaiku?"
Jessica kembali menghela nafas "Reen, tidakkah kau merasakannya? Dia setiap hari datang ke apartemenmu, memelukmu, menggenggam tanganmu. Tidak bisakah kau mengambil kesimpulan bahwa dia mencintaimu? Open your eyes, dear. Laki-laki terkadang hanya membutuhkan waktu untuk menyatakan perasaannya, sedangkan kita sebagai wanita, hanya bisa menunggu saat waktu itu datang dan dia akan menyatakan perasaannya"
"Kau sepertinya pantas menjadi seorang psikolog cinta, jessica" Reen terkekeh geli mendengar penuturan temannya itu. "Tapi jess, jangan lupakan juga masalah penyakitku. Sepertinya aku tidak akan siap saat waktu dimana Alex menyatakan perasaannya" lanjutnya kembali serius.
"Terserah kau saja kalau sudah begitu, setiap manusia diciptakan untuk saling jatuh cinta. Merasakan pahit manisnya cinta"
"Dan sepertinya Alex sudah ditakdirkan untuk menemani sisa hidupku" ucap Reen sambil tersenyum getir.
"Kau berbicara seolah kau akan mati esok, percayalah. Tuhan menyayangimu lebih dari yang kau tahu"
"Mungkin"
Mereka kembali diselimuti keheningan sampai Reen merintih merasakan sakit kembali dikepalanya.
"Reen,astaga. Hidung mu berdarah" pekik jessica panik melihat darah disekitar hidung Reen.
"Be..benarkah? Tapi sakit kepala aku juga kembali terasa" jawab Reen sambil terus memegangi kepalanya.
"Ayo cepat, kita ke dokter sekarang" ujar jessica sambil bangkit dari kursinya dan memapah Reen untuk berjalan keluar kantor.
"Mike, jika pak peter menanyakanku beritahu aku dan Reen pergi ke Rumah sakit" ucap jessica kepada teman satu divisi-nya
"Baiklah" sahut mike dari balik komputernya
"Oh dan satu lagi, bisakah kau berlari kedepan dan carikan taksi untuk kami"
"Baiklah" segera mike berlari ke depan mencari kan taksi untuk jessica
Setelah mendapat taksi, mike kembali ke dalam kantor dan memberitahu jessica kalau ia sudah mendapat taksi didepan.
"Terima kasih, mike" ucap jessica setelah mike memberitahunya.
"Ayo, Reen. Cepatlah"
*****
"Suster" panggil jessica histeris di lobi rumah sakit "kemana perginya para suster itu, astaga" jessica kalang kabut mencari suster.

KAMU SEDANG MEMBACA
Reen
RomanceSaat hujan aku mengingatnya. Saat hujan aku tersenyum karnanya. Tapi saat hujan juga aku menangis karnanya. -------------------------------- "Apakah kau memang ditakdirkan tuhan untuk membuatku bahagia diakhir sisa hidupku?" -Reen moies "Mengapa ka...