Takdir yang Begitu Lucu

12.5K 908 13
                                    




thanks to @irtupslb3 yang memotivasi untuk melanjutkan cerita ini :)

Karenina POV

    Apa kalian tau rasanya, saat orang yang kalian cintai menjadi orang pertama kalian lihat saat kalian membuka mata? Apa kalian tau rasanya, bisa memeluk orang yang sangat kalian cintai? Mungkin.. bagi kalian yang beruntung, yang memang bisa hidup bersama dengan orang yang kalian cintai, itu adalah hal biasa.

    Namun bagiku, ini adalah hal langka. Aku berani membayar mahal hanya untuk kesempatan seperti ini. Sejak pria ini menikah, dapat dihitung jari dia menemaniku hingga matahari timbul dari persembunyiannya.

    Bahagia. Hari Minggu ini begitu membahagiakan. Aku memandang wajah tampan di sebelahku. Pria yang tangan kekarnya memelukku protektif. Beberapa detik aku mengamati wajahnya, sampai kemudian mengecup pelan dahinya. Dengan kaos kebesaran milik Randy yang melekat di tubuhku, aku bangkit perlahan. Tidak bermaksud membangunkan priaku ini. Aku berjalan menuju dapur, mencari makanan apa yang bisa aku buat untuk kami santap.

    Roti tawar, telur mata sapi, daging bacon, selada air, tomat. Aku bermaksud membuat roti sandwich kesukaannya. Sudah lama aku tidak merasa bahagia dan lepas. Sebagai orang ketiga, aku tidak pernah merasa bebas tentu saja. Rasa bersalah mengejarku tiap waktu. Namun saat bersama Randy, rasa bersalah itu baru bisa hilang.

    Aku bersenandung kecil seraya menggoreng telur untuk sandwich kami. Aku tersentak ketika tiba tiba sepasang tangan kekar yang aku kenali melingkari pinggangku dari belakang. Senyumku terukir tanpa tau malu.

    "Morning sweetheart....." ughhh Randy and his husky voice.

    "Morning love..." balasku senang.

    Tangan kanannya mulai merayap ke atas, menyingkirkan rambut rambut yang kuikat asal dari leher jenjangku, sementara tangan kirinya masih berada di pinggangku. Tiba-tiba saja, bibirnya yang hangat sudah menempel di leherku, membuatku tanpa sadar memiringkan kepalaku, memberikan akses sepenuhnya untuk menelusurinya. Erangan kecil tidak dapat ku tahan dari bibirku. Dia tau. Dia tau titik kelemahanku.

    "Shhh.. Rann......"kataku terbata bata.

    "Hmmm?"

    "Jangan iseng. Masih pagi. Get out of my way if you want have this breakfast", kataku pelan. Kakiku mulai melemas.

    "What if.... Kamu puaskan dulu adikku yang kelaparan di bawah sana. Baru memuaskan aku yang kelaparan?", tanyanya disertai smirk andalannya. Setelah mengucapkan hal itu, tanpa memberikan kesempatan bagiku untuk membalas, tangannya turun menggerayangi payudaraku. Aku mendesah.

    And here he goes.. membuatku meneriakkan namanya berkali kali. Disini. Di dapur.

__________________________________________

    Author POV

    Keduanya duduk di meja makan dengan wajah lelah, namun penuh senyum. Sandwich ala Nina sudah berada di atas meja tersebut, siap untuk disantap meski proses pembuatannya lebih lama dari waktu seharusnya.

    "Kamu tuh ya.. kalo aja tadi kamu ga iseng, kita udah makan daritadi. Liat ini udah jam berapa", omel Nina meski dengan muka penuh senyum.

    "Kan kamu suka aku isengin", jawab Randy santai. Nina segera memukul pelan bahu pria itu, memancing kekehan kecil keluar dari bibir seksi si pria.

    "Gimana sandwich aku?" tanya Nina mengalihkan pembicaraan. Karena jika dilanjutkan, obrolan itu akan berakhir dengan Nina berada di bawah Randy, for sure.

    "Enak.. as usual"

    Nina tersenyum. Dia sangat senang melihat Randy memakan masakannya. Merekapun makan dalam diam.

Third Person ( completed☑)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang