Help, I have done it again, I have been here many times before
Hurt myself again today and the worst part is there's no one else to blame
Be my friend, hold me, wrap me up
Unfold me, I am small and needy
Warm me up and breathe me
Ouch I have lost myself again, lost myself and I am nowhere to be found
Yeah I think that I might break, I've lost myself again and I feel unsafe
- Breathe Me by Sia Furler
Pukul lima pagi, Nina dan Niel sudah terbangun dan bersiap-siap untuk pergi. Raisa sudah mengultimatum mereka untuk siap maksimal pukul 5.30 karena ingin mengejar sunrise. Pagi ini, Niel sedikit berbeda. Pria itu tampak menghindari Nina dan tidak mau berbicara dengan Nina. Tiap kali Nina bertanya, dia hanya menjawab seperlunya, membuat Nina diliputi perasaan heran.
"Ada apa denganmu El?", tanya Nina pada akhirnya, setelah mandi dan menyiapkan beberapa barang seperti baju ganti, kacamata, dan sunblock untuk dibawa. Niel hanya menggeleng. Nina menghela nafas lelah.
"Aku tau kamu tidak apa-apa. Kamu aneh. Kenapa sih?"
Niel menatap Nina dengan nyalang
"Kamu yang kenapa!", bentak Niel, membuat Niel terperanjat kaget. Pria itu tidak pernah membentaknya kecuali saat ia marah di New York.
"Salahku apa?", balas Nina sengit. Dia tidak merasa melakukan kesalahan pada pria itu.
"Apa kamu sebegitu tidak tahannya untuk tidak berciuman dengan kekasihmu? Apa kamu sebegitu murahannya untuk bermain dengan Randy saat istrinya terlelap di kamar sebelah kita?!", teriak Niel kehilangan kendali dirinya. Nina terpaku. Mengingat kejadian semalam.
Flashback
Niel sudah tertidur, sedangkan Nina masih terjaga meskipun tubuhnya lelah. Ia dipenuhi pikirannya sendiri. Saat tangannya digenggam Randy dan ia menangis. Saat Niel membawanya ke dalam pelukannya. Entah, pelukan Niel membuatnya tenang. Hatinya yang terasa sakit perlahan lahan membaik. Bahkan jantungnya kembali berdebar dalam pelukan Niel.
"Temui aku di pantai depan" sebuah pesan masuk ke ponsel Nina. Nina menatap Niel sejenak, memastikan pria itu tertidur. Kemudian dengan langkah perlahan, Nina keluar dari kamar. Homestay yang mereka tempati memang menghadap langsung pada bagian pantai Pulau Harapan.
Randy berdiri membelakanginya. Dengan kaos polos yang biasa ia pakai saat tidur dan celana selututnya. Punggungnya begitu kokoh. Membawa Nina pada pertemuan pertamanya sepuluh tahun lalu dengan Randy. Nina memeluk Randy dari belakang dan bisa merasakan keterkejutan dari pria itu. Namun tak begitu lama, Randy mengenggam erat tangan Nina.
"Randy"
"Tolong. Jangan katakan apapun", lirih Randy. Mata Nina berkaca-kaca. Ia benci melihat Randy terluka, namun ia sudah benar-benar berada pada titik lelahnya.
"Kamu menyukainya", bisik Randy. Nina terkejut. Tubuhnya menegang. Randy membalikan tubuhnya hingga kini mereka berhadapan. Randy mengusap pelan pipi Nina.
"Kamu menyukai Nathaniel", kata Randy lagi. Nina ingin menggeleng dan menyangkal, sunguh, namun entah mengapa yang ia lakukan hanyalah diam dan meneteskan air matanya.
"Aku..."
Randy tampaknya tidak memberikan Nina kesempatan untuk berbicara.
"Bukan tanpa alasan aku selalu menyembunyikan kamu dari dunia luar, Na. Mendoktrin kamu untuk tidak memiliki teman dan hanya mempercayaiku. Bukan tanpa alasan"
KAMU SEDANG MEMBACA
Third Person ( completed☑)
RomanceTidak ada satupun wanita di dunia ini yang menginginkan menjadi orang ketiga. Begitu pula aku. Aku memimpikan menikahi pria yang mencintaiku dan menatapku lembut penuh cinta. Namun takdir berkata lain. Nyatanya aku hanyalah orang ketiga Hingga akhir...