Oops, We Did It!

11.4K 827 9
                                    

       

Author POV

"Apa benar-benar harus pulang sekarang?", ucap Pat entah untuk yang kesekian kalinya. Niel mulai bosan mendengarnya sedangkan Nina melemparkan pandangan tidak enak pada Pat. Sejak awal, Niel memang sudah mengatakan bahwa mereka hanya berada di London selama 3 hari. Dan tampaknya Niel tidak akan luluh mendengar rajukan Pat.

"We've talked this for million times, Pat. Aku punya bisnis yang harus kuurus di New York."

"Tinggalah barangkali dua hari lagi, hingga hari ulangtahunmu.", Pat masih belum menyerah. Namun Nina dengan tiba-tiba menatap Niel, membuat Niel yang merasakan tatapannya juga ikut menatap Nina.

"Kamu ga bilang bentar lagi ulang tahun", bisik Nina.

"Kamu ga pernah nanya", Niel balas berbisik. Nina mendengus kesal.

"Tinggalah dua hari lagi. Aku tidak ingin melewatkan ulangtahunmu", Pat masih belum menyerah lupanya. Kali ini, Roy membantu Niel karena merasa istrinya semakin membuat drama.

"Sayang, biarkan mereka kembali. Kita kan sudah sering merayakannya bersama, mungkin tahun ini Niel ingin merayakannya berdua dengan Karenina"

Niel yang semula melayangkan tatapan terimakasih kepada Roy, kembali mendatarkan pandangannya. Seharusnya dia tau, Roy tidak pernah benar-benar membantu. Sialnya, ucapan Roy membuat Pat tersadar dan tersenyum-senyum.

"Ah, benar juga. Baiklah, nanti beritahu aku bagaimana kalian merayakannya, oke? Nina, ambil beberapa foto Niel dan kirimkan padaku, atau upload saja di instagram yang baru saja ku buatkan untukmu", sahut Pat antusias. Nina hanya meringis. Dia saja baru sadar bahwa angka di baju basket milik Niel merujuk pada ulangtahun pria itu.

"Pat membuatkanmu instagram?", bisik Niel pelan. Nina mengangguk canggung. Kemarin, Pat memaksanya untuk membuat beberapa social media yang sebelumnya tidak Nina miliki. Pat bahkan memaksa Nina untuk melakukan selfie dan menguploadnya di instagram baru miliknya.

"Astaga Pat. Kau nenek nenek yang terkena dampak perkembangan teknologi", desah Niel yang dihadiahi pelototan dari Pat dan Roy.

"Jaga dirimu baik-baik ya nanti. Jaga Nina juga. Anak itu punya penyakit maag rupanya, jangan sampai dia telat makan. Dia sudah kuanggap sebagai cucuku, awas kalau kamu tidak menjaganya."

Niel hanya mengangguk saat Pat mulai memeluk dan menciumi pipinya berkali-kali. Setelah selesai dengan Niel, Pat mengalihkan pelukannya pada Nina.

"Jaga dirimu baik-baik, sweetheart. Jangan bekerja terlalu keras. Tolong juga perhatikan putraku Martin. Aku akan merindukanmu sayang", bisik Pat pelan di telinga Nina. Nina mengangguk dan balas memeluk Pat.

Roy yang memang pada dasarnya tidak banyak berbicara, hanya memeluk dan menepuk bahu Niel singkat.

"Pukul saja cucuku ini jika dia berbuat hal yang aneh atau mempekerjakanmu terlalu keras. Baik-baik disana.", ucap Roy pada Nina dan memeluknya singkat. Nina mengangguk.

Tidak ingin menunggu lebih lama, Niel segera menarik Nina menuju mobil yang sudah disiapkan.

"Aku menyukai Pat dan Roy", ucap Nina di dalam mobil.

"Aku bisa melihatnya. Mereka juga menyukaimu. Kau ingin lagi kemari kapan-kapan?", ajak Niel.

"Bolehkah?"

"Tentu."

"Terima kasih."

Perjalanan merekapun diisi dengan keheningan. Setelah di dalam pesawat pribadi Niel, Niel memaksa Nina untuk makan terlebih dahulu karena wanita itu belum mendapat sarapannya tadi.

Third Person ( completed☑)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang