Suara guntur menggelegar melengkapi hujan malam ini. Sorot cahaya lampu jalanan menerangi rintik air jatuh. Aku berdiri memegang payung dipagar pengaman sungai. Gerimis deras mengguyur kota sejak sore tadi. Mungkin itu alasanmu datang terlambat. Walau aku tahu, kamu tidak akan pernah datang. Setidaknya untuk malam ini. Atau ku putuskan untuk pulang saja?
Aku kembali mengadahkan kepala. Aku tak pernah membenci hujan, justru aku menyukainya. Walau setiap hal berharga untukku, selalu terhalang olehnya. Tapi aku tidak membencinya.
Sepertinya kamu tidak akan datang. Ya, gerimis kecil ini terlalu deras untukmu.
Aku melangkahkan kaki dari tempatku. Dua langkah. Aku menabrak seseorang. Aku melihatnya, berharap itu kamu.
"Maaf, saya tidak sengaja."
Aku kembali melangkahkan kaki. Menuju apartemenku.Sesampainya, ini masih sama. Ruangan yang luas dan hening. Aku menaruh payung dan mengganti baju. Lantas, membuat segelas teh hangat. Kemudian menuju balkon untuk melihat pemandangan kota. Aku suka disini, gemerlap cahaya diiringi gerimis membuatnya seperti berpendar. Sesekali aku menyesap teh, sambil memikirkan betapa bodohnya aku selalu menunggumu.
Kamu adalah ketidak mungkinan yang selalu aku semogakan. Kebodohan yang selalu aku coba mengakalinya. Kebohongan yang coba aku benarkan.
Tehku habis. Selamat malam kenyataan.
————————————————
Cerita ini ga bakal panjang tiap chapternya. So just enjoy it.Butuh masukan buat selanjutnya. Vote or comment
KAMU SEDANG MEMBACA
Langkah Pergi Hati
RandomDalam langkah kucoba melupakanmu. Karena ku tahu, kita tidak akan pernah bersatu.