Aku suka langit, aku tidak suka hujan. Itu membuat semua keindahan langit tertutup dan memudar.
Aku tidak terlalu suka pekerjaanku. Aku harus terus-menerus berhadapan dengan benda mati. Sesekali aku ingin bekerja dengan makhluk hidup. Manusia mungkin. Jadi, setidaknya aku memeliki teman bicara.
Diluar hujan sejak sore tadi. Aku sedikit bersyukur karena lembur malam ini. Walau tidak sepenuhnya. Ada sesuatu mengganjal dibenak, seperti kekurangan seauatu. Ah, mungkin segelas kopi. Aku memandang keluar jendela, kearah taman dipinggir sungai sana. Hujan ini menghalangi pandangan, itu sebabnya aku tidak suka hujan. Dia pelaku utama bintang tidak menampakkan cahaya dimalam ini.
Mungkin aku akan menemui seseorang jika saja penghalang air ini tidak datang. Aku yakin dia sedang menungguku, dengan memegang payung merahnya yang selalu ia bawa kemanapun.
Aku menyayanginya, jika saja tidak ada orang yang menyayangiku lebih dulu.
Pintu ruanganku terbuka, oh, itu Diana. Membawakan secangkir kopi seperti biasanya jika aku lembur. Senyum ramah yang selalu menghiasi bibir merona, apapun yang ku lakukan senyum itu selalu berada ditempatnya. Pernah suatu ketika aku melakukan hal ceroboh, dia yang menelongku. Pun tetap dengan senyumnya.
Padahal, dia jarang terlihat seperti itu pada karyawan lain. Itu seperti dia hanya peduli padaku. Itu yang membuatku tidak bisa menyayangimu dengan lebih. Karena dia lebih dulu disisi. Jika saja aku terbebas dari Diana, apa kamu masih menungguku disana?
Maaf aku tidak datang.
----------------
Vote? Comment?
Don't be a silent reader

KAMU SEDANG MEMBACA
Langkah Pergi Hati
RandomDalam langkah kucoba melupakanmu. Karena ku tahu, kita tidak akan pernah bersatu.