Aku merindukan harum melati dirumahku.
Sejak aku pindah ke rumah Adji, aku punya kesibukan baru. Ya, membereskan dan merapikan rumah. Tak ada lagi yang bisa aku lakukan untuk sekedar membalas jasa mereka.
Setiap pagi, saat aku sedang mencuci piring-piring di sumur, suara dentingan gelas kopi yang diaduk beliau terdengar jelas. Sebelum ia berangkat menuju pasar. Ku tatap kosong tetesan air dari keran.
Ah, iya! Dengan cara itu pasti akan sangat membantu.
Segera ku ambil handphone milikku dan sedikit mengutak-atiknya. Lalu menghampiri Ayah Adji yang sedang duduk di teras rumah.
"Bapak, bisa liat baju-baju yang dijual ga?" Aneh memang memanggilnya 'bapak' sementara Adji memanggilnya 'ayah'.
"Lho... lho... lho... ada apa? Ko tiba-tiba mau belanja?" Ia menaruh gelas kopinya dimeja.
"Duhh... bapak... bukan mau belanja, tapi aku mau bantu bapak jualan baju-bajunya," jawabku.
"Bantu gimana toh? Penghasilan saya ngga cukup buat bayar spg," katanya kebingungan.
"Yaudah, bapak kasih liat dulu ke aku barang dagangan bapak, nanti aku jelasin gimana cara kerjanya"
Dahi beliau mengkerut, berpikir. Namun akhirnya beranjak jua menunjukkan aku beberapa barang jualannya.
"Banyak nih, kamu mau liat yang mana?" Tanyanya.
"Hmm... ada baju buay bayi? Yang modelnya lucu gitu ngga?" Aku balik bertanya.
"Oh... sebentar, kamu sudah mau punya anak memangnya? Hahaha." Beliau tertawa, sambil membongkar sebuah karung besar.
"Ini banyak modelnya, kamu cari aja yang kamu suka." Lanjutnya, sambil menunjukkan beberapa baju bayi.
Hmm... modelnya memang ga terlalu bagus sih, tapi apa salahnya dicoba. Aku mengambil gambar beberapa baju yang menurutku cocok. Aku mencuri lirik kearah Ayah Adji, ia semakin bingung dan menggelengkan kepalanya.
"Ini masing-masing bahannya apa, harganya berapa pak? Kalo bapak belum ambil untung?" Aku lanjut bertanya.
Setelah beliau memberi tahuku harga baju-baju tersebut, aku kembali bertanya baju remaja sampai dewasa. Setelah selesai dan membuat ruangan sedikit berantakan, beliaupun akhirnya bertanya juga.
"Kamu ngapain sih nak?"
"Tenang aja nanti bapak tau kok." jawabku sambil merapihkan baju-baju tersebut. Beliau hanya geleng-geleng kepala lalu kembali melipat juga baju-baju tersebut. Setelah itu beliau berangkat.
"Katanya mau dikasih tau tadi gimana caranya... kamu ini," ujarnya.
"Mungkin 3-4 hari kita baru tau nanti haha, sabar ya pak," jawabku.
Semoga besok sudah ada tanggapan, ah... mandi mungkin akan membuatku segar. Gumamku dalam hati.
Seusai mandi kembali ku cek handphoneku. Ini diluar perkiraanku, responnya cukup cepat ternyata. Teman-teman sosialitaku memang dari beberapa kalangan dan umur-- untuk mempermudah koneksi. Ada beberapa yang sudah bertanya dan memesan pakaian yang ku publikasikan tadi. Setelah mengobrol sebentar dengan beberapa calon pembeli dan mereka mengirimkan bukti transfer, aku segera mencari baju sesuai pesanan mereka. Saking semangatnya, aku lupa kalau aku hanya berlapis handuk. Duh... aku segera berlari ke kamar.
Sekeluarnya aku berganti kostum, segera ku bungkus 4 pesanan. Lalu dengan cepat aku keluar rumah menuju kantor jasa layanan paket.
Adji, aku menemukan semangatku lagi!
----------------
Vote? Comment?
![](https://img.wattpad.com/cover/67200010-288-k748607.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Langkah Pergi Hati
DiversosDalam langkah kucoba melupakanmu. Karena ku tahu, kita tidak akan pernah bersatu.