Aku Tolak Lamaranmu

20.6K 1.5K 77
                                    

Mereka, lelaki dan perempuan, yang begitu berkomitmen dengan agamanya. Melalui ta'aruf yang singkat mereka memutuskan untuk melanjutkannya menuju khitbah.

Sang lelaki sendiri, harus maju menghadapi lelaki lain : ayah sang perempuan. Dan ini, tantangan yang sesungguhnya. Ia telah melewati deru pertempuran semasa aktif di kampus, tetapi pertempuran yang sekarang amatlah berbeda. Sang perempuan, tentu saja siap membantunya. Memuluskan langkah mereka menggenapkan agamanya.

Maka di suatu pagi, di sebuah rumah, seorang lelaki muda menghadapi seorang lelaki setengah baya, untuk 'merebut' sang perempuan muda, dari sisinya.

"Oh... jadi kau akan melamar anakku??" Tanya sang laki-laki setengah baya.

"Iya... pak" jawab sang pemuda.

"Engkau telah mengenalnya dalam-dalam?" Tanya sang laki-laki setengah baya sambil menunjuk si perempuan.

"Ya Pak, sangat mengenalnya" jawab sang pemuda mencoba meyakinkan.

"Aku tolak lamaran mu. Berarti engkau telah memacarinya sebelumnya? Tidak bisa. Aku tidak bisa mengijinkan pernikahan yang diawali dengan model seperti itu! Bukankah islam tidak mengenal istilah pacaran?" balas sang laki-laki setengah baya. Si pemuda tergagap.

"Enggak kok pak, sebenarnya saya hanya kenal sekedarnya saja, ketemu saja baru sebulan lalu. Semenjak kami berkenalan, kami baru 3 kali bertemu."

"Aku tolak lamaran mu. Itu serasa 'membeli kucing dalam karung' kan, aku tak mau kau akan gampang menceraikannya karena kau tak terlalu mengenalnya. Jangan-jangan kau enggak tahu aku ini siapa?" balas sang setengah baya, keras.

Ini situasi yang sulit. Sang perempuan muda mencoba membantu sang lelaki muda. Bisiknya, "Ayah, dia dulu aktivis lho."

"Kamu dulu aktivis ya?" Tanya sang setengah baya.

"Ya Pak, saya dulu sering memimpin aksi demonstrasi anti orba di kampus" jawab sang pemuda percaya diri.

"Aku tolak lamaran mu. Nanti kalau kamu lagi kecewa dan marah pada istri mu, kamu bakal mengerahkan rombongan temen-temanmu untuk mendemo rumahku ini kan?"

"Anu Pak, enggak kok. Wong dulu demonya juga cuma kecil-kecilan. Banyak yang gak datang kalau saya suruh berangkat."

"Aku tolak lamaran mu. Lah wong kamu ngatur teman-temanmu saja enggak bisa, kok mau mengatur keluarga mu?"

Sang perempuan berbisik lagi membantu, "Ayah, dia pinter lho"

"Kamu lulusan mana?"

"Saya lulusan matematika sebuah universitas negeri ternama Pak. Universitas itu salah satu kampus terbaik di indonesia lho pak"

"Aku tolak lamaran mu. Kamu sedang menghina saya yang cuma lulusan SMA ini tho? Menganggap saya bodoh kan?"

"Enggak kok pak. Wong saya juga ga pinter-pinter amat pak. Lulusannya saja tujuh tahun, IP-nya juga cuma dua koma."

"Lha lamaranmu ya ku tolak. Kamu saja bego gitu gimana bisa mendidik anak-anak mu kelak?"

Bisikan itu datang lagi, "Ayah, dia sudah bekerja lho."

"Jadi kamu sudah bekerja?"

"Iya pak, saya bekerja sebagai marketing. Keliling jawa dan sumatera jualan produk saya pak."

"Aku tolak lamaran mu. Kalau kamu keliling dan jalan-jalan begitu, kamu nggak bakal sempat memperhatikan keluarga mu"

"Anu kok pak. Kelilingnya jarang-jarang. Wong produk saja nggak terlalu laku."

"Lamaran mu tetap aku tolak. Lha kamu mau kasih makan apa keluarga mu, kalau kerja saja gak becus begitu?"

Bisik kembali, "Ayah, yang penting kan ia bisa membayar maharnya."

"Rencananya mahar mu apa?"

"Seperangkat alat shalat Pak"

"Aku tolak lamaran mu. Maaf, kami sudah punya banyak banget. Kalau tidak percaya, lihat saja di lemari."

"Tapi saya siapkan juga emas satu kilogram dan uang lima puluh juta rupiah pak."

"Aku tolak lamaran mu. Kau pikir aku ini matre. Menukar anakku dengan uang dan emas begitu? Maaf anak muda, itu bukan cara ku"

Bisikan itu datang lagi "Dia jago IT lho pak"

"Kamu bisa internet?"

"Oh iya pak, saya rutin pakai internet, hampir setiap hari lho pak saya nge-net"

"Aku tolak lamaran mu. Nanti kamu cuma nge-net thok. Menghabiskan anggaran untuk internet dan enggak ngurus anak istri mu di dunia nyata."

"Tapi saya nge-net cuma ngecek imel saja kok pak"

"Aku tolak lamaran mu. Jadi kamu nggak ngerti Facebook, Blog, Twitter, Youtube? Aku gak mau punya mantu gaptek gitu"

Sang gadis berkata, "Tapi Ayah...."

Sang laki-laki paruh baya langsung berkata kapada laki-laki muda. "Kamu kesini tadi naik apa?"

"Mobil Pak."

"Aku tolak lamaran mu. Kamu mau pamer tho kalau kamu kaya. Itu namanya riya' nanti hidup mu juga bakal boros. Harga BBM kan makin naik."

"Anu saya Cuma mbonceng mobilnya teman kok pak. Saya nggak bisa nyetir"

"Aku tolak lamaran mu. Lha nanti kamu minta di boncengin istri mu juga? Ini namanya payah. Memangnya anakku supir?"

Sang gadis berkata, "Ayahh...."

Sang ayah berkata, "kamu merasa ganteng ya?"

"Nggak pak biasa saja kok"

"Aku tolak lamaran mu. Mbok yo ngaca dulu sebelum melamar anakku yang cantik ini"

"Tapi pak, di kampung, sebenarnya banyak pula yang naksir kok pak"

"Aku tolak lamaran mu. Kamu berpotensi jadi playboy. Nanti kamu bakal selingkuh!!"

Sang perempuan kini berkaca-kaca. "Ayah tidak bisa kah ayah tanyakan soal agamanya, selain tentang harta dan fisiknya?"

Sang setengah baya menatap wajah sang anak, dan berganti menatap sang pemuda yang sudah menyerah pasrah.

"Nak, apa adakah yang engkau hafal dari Al-Qur'an dan Hadist?"

Si pemuda telah putus asa, tak lagi punya sesuatu yang berharga. Pun pada pokok soal ini ia menyerah. Jawabnya, "Pak, dari tiga puluh juz, saya Cuma hafal juz ke tiga puluh itupun yang pendek-pendek saja. Hadist pun Cuma dari Arba'in yang terpendek pula"

Sang lelaki setengah baya tersenyum, "Lamaran mu aku terima anak muda. Itu cukup. Kau lebih hebat dari ku. Agar kau tahu saja, membacanya saja pun aku masih tertatih"

Mata sang pemuda ikut berkaca-kaca.

BAPER (BAHAN PERENUNGAN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang