Pick Your Happiness

4.1K 170 2
                                    

PICK YOUR HAPPINESS!

Salah satu (mungkin) kesalahan fatal kita dalam hidup ini, adalah terlalu banyaknya kita meletakkan syarat pada apa yang disebut dengan kebahagiaan.

Ini sungguh godaan besar buat emak emak. Yang ngidernya cuma antara rumah, fesbuk, fesbuk lagi, rumah lagi. Aku sih iyes, gak tau kalo Mas Anang. Xixixi..

Ngeliat kawan yang hidupnya mapan sejak awal pernikahan, kita memandang. Duuh.. enak beut ya, Cyin.. baru kawin langsung punya mobil, rumah, ama tipi 30inch. Emang kite, awal nikah cuma bisa ngontrak. Itu pun kudu kerja keras biar gak nunggak. Eciyeee, ngiri nih yee.. 😛

Lalu kita mempersepsi kebahagiaan adalah tentang kepemilikan materi. Kayaknya kalo gw ada di posisi dia, bahagia bener deh ya hidup. Nah, berhubung sekarang belom ada di posisi itu, berarti gw belom bahagia dong? :'(

Atau melihat kawan lain yang mudah, mulus, dan lancar sekali hidupnya. Ngeliat dia hati kita tergasak gasak untuk bertanya, "Meen, itu orang makannya apa sik? Udah lah cakep, pinter, jodohnya bagus, karirnya mapan.."

Lalu kembali kita menakar kebahagiaan dengan itu semua. Seakan akan kalau kita belom punya itu semua, ya kita belom bahagia namanya.

Atau satu grup WA sama kawan sesama emak emak. Tetapi produktif sekali hidupnya. Mulai dari beberes rumah, ngurus anak, layani suami. Eh, dia masih aja sempet megang proyek sosial sana sini. Ngajar anak anak ngaji, sampai jadi kader PKK. Belakangan di sudut sudut hatimu ada yang berkata, "Astaga, kok hidup gw begini begini aje sih ya.."

Ada yang gak kita sadari. Bahwa kita sering sekali kejebak menjadikan standar orang lain sebagai standar kebahagiaan kita.

Dan ini fatal, sodarah sodarah.

Karna dari situ, kita memberi syarat untuk bisa bahagia pada diri sendiri.

Seakan kalau belum jadi emak dasteran yang kalo dandan bisa bikin kelar idup lo. Atau kalau belum jadi ibu dengan karir mapan gemilang, dikagumi banyak orang. Atau kalau belum jadi mami cantik yang sama suami sering dikasih piknik. Maka belom bahagia lah hidupmu.

Gak akan kelar hidup mu, Darling, kalo terus terusan mengukur standar bahagiamu dengan hidup orang lain.

Kembalikan pada dirimu sendiri.

Dari 24 jam sehari yang kau jalani, ditemani anak anak dan suami baik hati. Apakah betul, sulit sekali bagimu menemukan kebahagiaan yang hakiki?

Jangan jangan bahagiamu sesimpel menyiapkan sarapan pagi setiap hari. Mengantar anak dan suami dengan masakan yang dibuat setulus hati.

Jangan jangan bahagiamu ada pada menemani si kecil mengeja a ba ta tsa. Menjadi orang pertama yang mengajarinya membaca. Mungkin bagi dunia kau bukan siapa siapa, tapi bagi mereka -anak anakmu- kau adalah segalanya.

Bisa jadi, bahagiamu ada pada beberapa lembar ratus ribuan yang kau kirimkan pada ayah ibu di kampung. Hasil kerja yang kau sisihkan rapih setiap bulan. Nominal yang tak seberapa, tetapi mampu membuat orang tua menitik nitik haru di kampung sana.

Jika sudah seperti itu,
apakah masih perlu kau takar bahagiamu dengan kehidupan sempurna kawan kawanmu itu?

Pick your happiness!

Karna ini bukan hanya tentang membahagiakan dirimu.

Ini tentang bersyukur. Pada banyak hal yang kau punya, tapi seringkali kau lupa.

Karna ini bukan hanya tentang dirimu, Tapi juga anak anakmu.

Karna anak anak kita berhak diasuh oleh ibu yang menyambut hari harinya dengan gembira. Ibu yang banyak tertawa. Ibu yang bahagia dengan hidup yang dijalaninya.

Lagipula,

jika kebahagiaan adalah tentang jumlah kekayaan, wajah cantik, (dompet) suaminya tampan, anak sehat, dan sering pergi liburan. Percayalah, hanya Nia Ramadhani yang hidup bahagia di dunia ini. Mwahahahah..

So, pick your own happiness, Moms! Because happiness is not out there, it is in you!

~Jayaning Hartami

BAPER (BAHAN PERENUNGAN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang