11. Mencoba Memulai

3.7K 201 5
                                    

Maaf banget updatenya lama, mungkin udah pada ilang yang nunggu cerita ini :'(

Pokoknya enjoy reading aja yaa..

Kaia POV

Mata Adelia terus memicing ke arahku sambil sesekali menggerakkan kepalanya. "Lo yakin?"

"Semua tanda-tandanya menjurus kesana. Gue sih emang belom berani pake testpack. Gue mau langsung ke dokter aja. Eh testpack dulu kali ya? Bingung." ucapku dengan suara yang pelan. Seperti sedang berbisik.

"Sok berpengalaman banget."

"Ihh, gue masih inget banget waktu mbak Maya hamil. Tanda-tandanya kayak mirip." kini aku bingung. Kenapa aku malah yakin dengan asumsiku sendiri yang sebenarnya juga tidak aku inginkan.

"Lo udah kasih tau Dimaz?" tanya Adelia.

"Jangan kasih tau dia dulu." aku menatap kedua tanganku yang ada di pangkuan. "Emosi Dimaz engga stabil sekarang."

Pikiranku melayang ke kejadian-kejadian yang lalu. Dimaz bukannya gak stabil, tapi dia memang tipe pria posesif yang dulu sangat aku benci setengah mati. Kalau seperti ini aku jadi curiga. Jangan-jangan dulu aku suka Dimaz hanya karena hartanya lagi.

Amit-amit.

"Nanti pulang gue temenin beli." Adel mengedipkan sebelah matanya.

"Gue udah ada kok dari bunda. Jangan-jangan lo lagi ya yang ngebet pengen beli."

"Terus gimana? Cerita dong ekspresi orang-orang kantor waktu lo masuk." Adelia mengubah topik cepat sebelum aku akan membalas omongannya. Dasar jomblo.

Lama aku dan Adelia mengobrol segala macam hal di dalam cafe. Sampai tak terasa waktu sudah menunjukan pukul 10 malam.

"Bisa ngamuk bocah dirumah." buru-buru aku bangkit dari dudukku. Namun tanganku malah dicekal Adel.

"Aduh gue jadi takut gue yang disalahin Kay." lirihnya dengan pandangan yang memelas khas seorang jomblo 28 tahun.

"Santai aja. Kayaknya dia emang bakal marah deh. Tadi siang, dia mergokin gue mau makan siang bareng pak Azka." kataku sambil memainkan hape. "Mau pesen ojek online, Del." sambungku lagi tanpa ditanya.

"Serem parah. Mending gue anter aja Kay." Adelia merebut hapeku dengan sekali gerakan. "Ga baik anak gadis pulang malem-malem tanpa ditemani."

Dasar cewek aneh.

"Gue lupa lo udah gak GADIS lagi." katanya sambil menekankan kata Gadis.

Aku menatapnya dengan tatapan datar. "Emangnya lo bawa mobil?" tanyaku curiga tanpa menjawab omingannya barusan.

"Gak juga sih. Kan maksud gue biar kita naik taksinya bareng." Adelia menyeringai dengan gigi yang penuh dengan coklat.

"Biar gua yang bayar taksinya kan?" inilah hal yang aku paling engga suka dari Adelia. Sifat pelit Adelia mungkin tak akan pernah hilang ditelan zaman. Aku sih juga pelit tapi masih lebih parah si Adel.

Adel hanya tersenyum kecil sambil menggaruk-garuk kepalanya yang mungkin banyak kutunya, eh. "Hemat, mau nikah. Lo enak suaminya berdugong."

Sorry I Forget YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang