Lelaki yang lima menit lalu mengaku bernama Dimaz ini duduk di hadapanku sambil memperhatikan keseluruhan tubuhku dengan serius.
Tadinya mau marah, tapi waktu sadar dia memperhatikan seperti itu membuatku kikuk setengah mati. Mau bicara tapi takut dimarahin. Alah jadi labil banget gini.
"Kamu bener-bener ngga inget sama aku, Ay?"
Aku mengangguk, walaupun masih kaku dengan panggilannya padaku 'Ay' yang artinya 'Aya' tapi kalau diucapkan seperti itu sama saja dengan sayang.
Tadi, waktu dia selesai pakai baju dan memanggil namaku dengan sebutan sayang membuatku risih, jadi aku menyuruhnya untuk memanggil namaku saja. Tidak perlu pakai embel-embel 'Kak'. Eh, ujung-ujungnya malah 'Ay'.
"Kaia?"
"Iya?" lamumanku hancur gara-gara panggilan anak bau kencur di depanku.
"Padahal kamu cuma tidur dua hari penuh, setelah kejadian kemarin. Tapi efeknya sampai seperti ini ya?" ucapnya pelan dengan raut wajah khawatir.
"Kejadian apa?"
Dimaz menghentikan gerakan tangannya yang sibuk mengelus wajahku. Tatapannya langsung kaku. Kenapa sih dia? Pikirku dalam hati.
"Kamu masih gak percaya kalau kita udah nikah?"
Aku mengganguk, tanganku menodong meminta surat nikah yang sebelumnya ia janji untuk memperlihatkannya padaku. "Bukti!"
Dia berjalan menuju kamarnya yang katanya adalah kamar kami. Geli rasanya kalau ingat kita itu satu kamar.
Tak selang waktu lama dia kembali menenteng dua buku kecil berwarna hijau dan merah. "Ini, Ay."
Aku mengambil buku nikah yang dia sodorkan kepadaku.
DEG
Ini memang tanda tanganku. Jangan-jangan ada yang malsuin lagi. Tapi masa iya sih?
"Gimana? Masih gak percaya?"
Dia menarik tanganku dan menunjukan cincin yang melingkar di jari manisku. Warnanya putih silver gitu, kayaknya emas putih deh. Tapi, kapan aku pakai cincin?
"Ini cincin pernikahan kita."
"Cantik." ucapku tanpa sadar.
"Kamu yang pilih, waktu itu kamu bilang kalau kamu aja yang bayar cincinnya soalnya uang jajan aku difokusin buat biaya pernikahan kita aja."
"Demi?"
Aku melihatnya. Tak ada kebohongan di sana. Tapi, masa sih aku bisa jadi orang yang sebaik itu. Biasanya kalau Lian minta uang jajan lebih aja rasanya nggak ikhlas banget ngasihnya.
"Kasian banget uang gue." aku meratapi nasib tabunganku yang berkurang digitnya. Mungkin.
"Tapi, karena aku laki-laki aku ngga mau mas kawinnya itu dari perempuan."
Bibirnya menyinggingkan senyum yang manis banget. Eh, berarti cincin ini bukan aku yang beli kan? Alhamdulillah selamet.
"I Love You, Kaia."
Matanya ya Tuhan kenapa tiba-tiba jadi indah begini. Dadaku kenapa jadi dagdigdug kayak lagunya blink.
Kaku! Kenapa sih ini badan gak bisa diajak kompromi. Di saat wajah Dimaz sudah Beberapa centi lagi dari wajahku, mataku malah tertutup. Aduh persis ABG labil.
Ayo dong umur perlihatkan kedewasaanmu! Harus berani.
Tapi kok lama banget ya? Dia jadi nyium apa cuma main-main. Eh kok jadinya seperti aku yang kepengen dicium.

KAMU SEDANG MEMBACA
Sorry I Forget You
RomanceBangun-bangun langsung di peluk brondong. Masih anak kuliahan lagi. "Sayang, udah bangun?" "Lo siapa?" "Kamu lupa? Aku Dimaz suami kamu." Baru beberapa jam yang lalu masih single eh pas bangun langsung jadi istri anak ABG. Gila. Setelah itu, hidup K...