Enjoy reading, Guys!
Setelah kejadian semalam, aku sulit untuk sekedar memejamkan mata. Entah kenapa pikiranku malah tertuju pada hal yang tidak-tidak. Bagaimana kalau tiba-tiba Dimaz datang dan langsung menyergapku seperti singa kelaparan.
Aku selalu waspada setiap menitnya karena Dimaz sama sekali tak menunjukkan batang hidungnya setelah kejadian di depan kamar mandi. Tapi, bukan itu saja yang aku pikirkan. Jangan-jangan Dimaz malah jajan di luar karena aku yang tak ingin berbuat 'itu' padanya.
Hingga pagi menjelang mataku tetap terbuka membuatku sedikit pusing karena baru kali ini aku tidak tidur sama sekali karena Dimaz.
Suara pintu mengalihkan perhatianku. Ternyata Dimaz sudah siap dengan pakaian sholatnya. Ia mengajakku sholat bersama dan tentu saja aku sanggupi.
Aku bangun dari ranjang menuju kamar mandi. "Tunggu aku mandi sebentar mau?" tanyaku sambil menyembulkan kepala di kamar mandi.
Dia menganggukan kepalanya. "Jangan lama-lama, sayang."
Bulu kudukku hampir saja merinding saat sadar sudah sejak semalam Dimaz terus memanggilku 'sayang' bukan lagi 'Ay' yang katanya memang diambil dari namaku.
Sekitar dua puluh menit kemudian aku keluar dari kamar mandi dengan keadaan normal, bukan seperti semalam. Dimaz ternyata sudah siap dengan perlengkapan sholatku.
Suami idaman.
Kalau dipikir-pikir Dimaz memang pemuda yang baik. Semoga dia bisa jadi imamku Ya Tuhan. Doaku tentu saja dalam hati.
"Udah seger?" tanyanya dengan penuh senyuman.
"Ayo, Maz." ajakku sambil mengambil mukena yang dia sodorkan.
Setelah sholat bersama, aku dan Dimaz menuju dapur untuk sarapan. Lebih tepatnya Dimaz menyuruhku membuatkannya makanan karena dia bilang rindu makanan buatanku.
"Yang, kalau aku peluk kamu dari belakang kayak adegan romantis film gitu kamu marah gak?"
Aduh kenapa si Dimaz pake nanya coba. Sudah hilang keromantisannya kalau begitu. Dengan terpaksa aku tak menjawab pertanyaannya sehingga kami berdua terdiam selama aku memasak.
"Nasi goreng aja gapapa kan?" tanyaku sambil menarih sepiring nasi goreng di meja makan di hadapan Dimaz.
"Loh, kok kamu gak makan sih sayang?"
Aku menggeleng. "Gak nafsu, pengen makan bubur." entah kenapa aku malah seperti merajuk kepadanya. Geli rasanya.
Dimaz menatapki aneh. "Tumben, biasanya gak terlalu suka bubur."
Aku menggeleng lagi. Sebenarnya aku juga gaj terlalu tahu kenapa aku pengen banget makan bubur sejak semalam.
"Yaudah, nanti aku anterin kamu. Tapi aku makan dulu ya sayang."
Senyumku menguar. Entah kenapa aku merasa senang sekali Dimaz mau mengikuti keinginanku sekaligus dia masih mau memakan nasi gorengku.
"Maz bibi kemana sih? Kok gak ada?" tanyaku sambil fokis melihat Dimaz makan.
Belum sempat Dimaz menjawab, bunyi getar hapeku membuatku terpaksa mengabaikan Dimaz sesaat.
Adelia?
"Hallo, Del." sapaku lembut.
"Kay, lo emang resign dari kantor? Kok bisa.. Ahh kesel banget masa sekarang gue sendirian disini?"
"Del, jangan marah-marah gitu dong. Gue cuma resign dari kantor bukannya mau pergi ke Mars."
Dimaz sedikit tertawa mendengar omonganku.
![](https://img.wattpad.com/cover/60181555-288-k526388.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Sorry I Forget You
RomanceBangun-bangun langsung di peluk brondong. Masih anak kuliahan lagi. "Sayang, udah bangun?" "Lo siapa?" "Kamu lupa? Aku Dimaz suami kamu." Baru beberapa jam yang lalu masih single eh pas bangun langsung jadi istri anak ABG. Gila. Setelah itu, hidup K...