~kediaman Midorima, 21.05
Minto merebahkan dirinya pada kasur empuk, merasa seluruh tubuhnya sangat lelah apalagi kakinya yang harus berjalan kesana kemari, menaiki tangga lalu turun lagi, dan terutama kekasihnya yang seharian mengajaknya mengelilingi seluruh sekolahnnya. Shintaro sudah beberapa kali menyuruhnya mandi dan makan malam tapi Minto hanya mengiyakan saja tanpa melakukan apa yang di suruh ayahnya. Dengan langkah kesal karena anaknya yang akhir-akhir ini malas, Shintaro segera menuju ke kamar anak satu-satunya
"Sampai kapan kau akan berbaring seperti itu? Cepat bersihkan dirimu dan turun untuk makan. Tou-san berkali-kali menyuruhmu, akan tou-san siapkan air panasnya" ucap Shintaro yang bawelnya sedang keluar, bawelnya Shintaro tidak pernah di perlihatkan pada orang lain, hanya pada Minto dia bisa bawel, Shintaro pikir dengan bawelnya itu, anaknya perempuannya akan mematuhinya karena semenjak istrinya meninggal, dia harus berperan sebagai dua peran yang berbeda. Sedangkan Shintaro paham kalau dia tidak bisa 24 jam mengawasi anaknya yang baru menginjak masa kedewasaan
"Iya iya aku mandi sekarang, tou-san cerewet" kesal Minto yang masih malas untuk bergerak
"Tou-san isiin dulu air panaskunya" manja Minto yang tidak mau posisinya sekarang di ganggu oleh ayahnya, Shintaro hanya menghelas nafas melihat tingkah laku anaknya, terkadang manis, rajin tapi kadang juga malasnya sangat tidak sesuai dengan kriteria anak yang di inginkan Shintaro
Beberapa menit kemudian
"Air panasmu sudah siap, cepat mandi, tou-san akan menghangatkan makananmu"
Minto segera ke kamar mandi karena tidak ingin ayahnya kembali bawel, menurutnya itu hal yang paling menyeramkan di banding tatapan menusuk calon mertuanya.
Suasana di ruang makan keluarga Midorima saat itu benar-benar hening. Shintaro berkali-kali memijat pelipisnya karena akhir-akhir ini dia sering pulang malam, Minto berkali-kali juga memejamkan matanya. Melihat anaknya yang sangat kelelahan, memunculkan senyuman pada wajah Shintaro mengingatkannya pada mendiang istrinya. Shintaro akui Minto sangat mirip dengan ibunya dari segi penampilan namun dari segi sifat anak itu lebih mirip dengannya.
"Sayang, Minto cepat habiskan makananmu" ucap Shintaro dengan nada lembut, hanya di balas anggukan oleh anaknya. Shintaro kembali tersenyum
"Nanti tou-san pijiti kakimu"Sesuai janjinya, Shintaro kini sedang memijiti kaki anaknya yang pegal, sebenarnya dia tidak terlalu menginginkan anaknya mengikuti hal-hal semacam ini, karena selalu menguras tenaga anaknya itu, tapi apa boleh buat, Minto sendiri lah yang menginginkannya. Selama anaknya dapat membagi waktu, tidak masalah bagi Shintaro mengijinkan anaknya.
.
.
.
.
~SMA Rakuzan, 07.00"Yosh, kali ini aku tidak telat. Tidak akan ada pakaian aneh-aneh lagi" seru Minto saat memasuki sekolahnya
"Jadi kau membangunkanku pagi-pagi sekali hanya untuk supaya kau tidak memakai pakaian aneh?" ujar Takao yang masih ingin menempel pada kasur kesayangannya
"Memangnya kau tidak kasihan padaku kemarin? Aku susah jalan, kakiku pegal, lalu lecet" kata Minto manja
"Itu kan deritamu, hahahahaha" Takao melanggang pergi, gadis itu segera menyusulnya dan memberikan jitakan khasnya. yap rayuan macam itu mana mungkin mempan pada orang di sebelahnya ini, kini Minto tahu alasan kenapa tidak ada perempuan yang mendekatinya sejak kecil.
"Sudahlah, aku keruang osis dulu. Kau menyebalkan" Takao hanya tertawa melihat temannya ngambek.
Kalau dipikir-pikir sudah lama mereka tidak seperti ini, ya sudah lama semenjak Akashi Kotarou datang ke kehidupan Minto. Sebenarnya dari kemarin ada yang mengganjal di pikiran si mata rajawali itu, ada rasa kesal yang di akuinya saat Minto mulai sedikit demi sedikit menjauh darinya. Kalau di bilang Takao suka pada Minto, jawabannya iya, tapi hanya sebatas teman saja, dia berkali-kali menepis bahwa perasaannya lebih dari sekedar teman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marriage Partner
FanfictionSeorang pengusaha kaya dan terkenal merasa anaknya tidak mempunyai potensi untuk meneruskan perusahaannya, dia berencana menjodohkan putranya dengan putri dari seorang dokter.. Bagaimana reaksi putranya? Apakah putri dokter tersebut menerima?