Ohay aku dateng lagi nih sama cerita absurd aku. Entah semakin absurd apa begimana dah. Happy reading guys 😊
Author POV
Sesampainya di parkiran Rachel segera turun dari motor dan memberikan helmnya kepada Radhit.
"Masih sepi banget Dhit" Rachel menatap ke sekelilingnya. Hanya ada sekitar 10 motor di sini--termasuk motor Radhit--
"Lo bakar aja sekolahnya pasti jadi rame deh" Radhit turun dari motor dan melenggang meninggalkan Rachel di parkiran.
"Ye... nggak gitu juga kali. Itu sih mau lo, kalo sekolah kebakaran kan pasti libur. Gue tau kok kalo lo masih pengen menikmati liburan panjang lo" Rachel segera menyusul Radhit, setelah sampai di sebelahnya dia menoyor kepala Radhit.
"Wah parah lo berani noyor gue, durhaka baru tau rasa lo. Lagian lo kali yang pengen libur mulu. Libur kerjaannya cuma baca novel sama nonton drama Korea atau kalo nggak nonton film Thailand. Dih nggak mutu" Radhit balas menoyor Rachel.
"Ye masih mendingan gue daripada lo, lo kan molor mulu kerjaannya, dasar pelor lo"
"Yeee manusia mah emang kudu tidur kan. Lagian siapa tadi pagi yang dibanguninnya susahnya minta ampun? Yang penting gue nggak kebo kaya lo" ledek Radhit sambil memeletkan lidahnya. Mereka berdua melenggang santai di koridor yang masih sangat sepi ini.
"Enak aja, biasanya juga gue yang bangunin lo kan. Dan lo tahu, tadi pagi tuh gue lagi mimpi liburan di Bali bareng Mario Maurer tauuu. Dan lo! Lo bener-bener perusak mimpi indah gue tau nggak!" Omel Rachel sambil memukuli lengan Radhit.
"Dih cuma mimpi aja bangga"
"Daripada lo! Lo kan sukanya mimpi yang jorok-jorok! Tontonannya aja film begituan. Gue bilangin mama baru tau rasa lo"
"Eh gue nggak pernah ya mimpi jorok apalagi nonton film yang begituan! Enak aja lo! Padahal nih ya Chel, gue sama Mario siapa tuh? Manurer? Maruner? Ah siapapun itu, yang jelas kan gantengan gue ya nggak?" Radhit menaikturunkan alisnya sambil menyeringai. Rachel langsung pura-pura mau muntah.
"Ewh, pede gile lo! Eh yang bener tuh Mario Ma--"
"Rachel!"
Perkataan Rachel terpotong karena ada yang memanggil namanya dari kejauhan. Gadis yang memanggilnya tadi sedang berdiri di depan mading sambil tersenyum sumringah dan melambai-lambaikan tangannya.
"Pita! Heyy" Rachel balas melambai dengan senyum yang tak kalah sumringahnya kepada sahabatnya itu. Namanya Pita Aurelya atau sering dipanggil Pita. Rachel segera berlari menghampirinya diikuti Radhit yang tetap berjalan santai di belakangnya.
"Chel! Kita sekelas lohh" Mereka berpelukan singkat ala teletubies.
"Wah iya? Yeyy pokoknya gue duduk sama lo"
"Pasti dong"
"Eh kita di kelas apa?"
"XI IPA 4"
"Jadi gue nggak sekelas lagi nih sama lo?" Radhit yang baru mencari namanya di mading segera mengalihkan pandangannya ke Rachel dengan muka cemberut.
"Iya? Wah Alhamdulillah. Emang lo kelas mana?"
"Gue IPA 5. Kok gitu sih"
"Eneg kali gue sekelas sama lo mulu" Rachel memeletkan lidahnya.
"Gitu ya lo sama gue. Kejamnya dirimu. Sakit hati abang dek"
"Ewh,lebay lo! Mimpi apa gue punya kembaran kaya lo"
"Mimpi ketiban durian runtuh kali"
"Durian runtuh? Ketiban gajah baru bener kali"
"Udah ah ribut mulu lo pada, nggak malu diliatin dari tadi" Berhubung sekolah udah mulai rame dan pada berkumpul di mading otomatis mereka ada yang melirik, bahkan ada yang terang-terangan menonton mereka apa lagi dengan suara Rachel yang toa itu. Lama-lama Pita risih juga, rasanya dia pengen ngacir sambil ngomong 'mereka berdua bukan temen gue' ke orang-orang di situ.
Menyadari hal itu mereka berdua--Rachel dan Radhit--hanya bisa nyengir terpaksa sambil garuk-garuk tengkuknya yang tak gatal karena malu. Dengan terburu-buru Rachel menarik tangan Radhit dan Pita menjauhi mading.
"Eh, mau kemana?" Radhit memprotes Rachel yang tiba-tiba menarik tangannya itu.
"Ke kelaslah, kemana lagi"
Mereka berjalan menuju kelas sambil bercanda. Saat tiba di depan kelas XI IPA 4 Rachel mendorong lengan Radhit.
"Udah sanah pergi ke kelas lo, hus hus" Rachel mengibas-ngibaskan tangannya dengan gaya mengusir.
"Gitu amat sih lo sama gue" Radhit mencebikan bibirnya. Rachel memutar bola matanya.
"Bodo, udah ah sanah pergi, gue mau curcol nih sama Pita"
"Ck, iya iya bawel. Yaudah gue ke kelas dulu ya. Belajar yang pinter" Radhit mencium puncak kepala Rachel, lalu mengacak-acak rambutnya.
"Ih berantakan Radhiiiitttt" protes Rachel dengan wajah cemberutnya.
"Tetep cantik kok my girl"
"Yaelah, jangan bikin gue iri napa. Jadi pengen punya kakak juga deh" Pita mencebikan bibirnya. Tentu saja dia iri, dia adalah anak tunggal dikeluarganya. Mendengar itu Rachel dan Radhit terkekeh geli.
"Gue jamin kalo lo punya kakak kaya Radhit nggak bakal tahan lo" mendengar Rachel berbicara seperti itu Radhit mencubit pipi Rachel gemas sambil terkekeh lagi.
"udah ah, gue mau ke kelas, bye my girl"
Sepeninggalnya Radhit, Rachel dan Pita berjalan memasuki kelasnya yang sudah mulai ramai. Mereka duduk di barisan ke tiga sebelah tembok. Baru saja duduk eh gurunya udah dateng.
"Pagi anak-anak" Bu Rita-wali kelas IPA 4-tersenyum semangat. Mungkin udah nggak sabar ngajar karena 2 minggu libur kali ya. Bu Rita ini adalah guru Matematika. Oh dan ternyata sekarang ia tidak sendirian. Ada seorang cowok yang berdiri di sebelahnya, mengenakan seragam putih abu-abu. Sudah jelas dia pasti anak baru di sekolah ini, karena logo yang ada di bajunya berbeda dengan logo sekolah ini.
"Pagi bu" Anak-anak menjawab tak kalah semangatnya. Bu Rita termasuk guru favorit disini. Jadi sudah pasti mereka senang karena mengetahui Bu Rita lah yang menjadi wali kelas mereka.
"Anak-anak kalian kedatangan teman baru nih. Coba perkenalkan dirimu nak" Dengan senyum yang masih tercetak di wajahnya Bu Rita mengalihkan pandangannya ke siswa yang berdiri di sebelahnya. Siswa itu tersenyum tipis dan mengangguk. Kemudian ia mengedarkan pandangannya ke seluruh teman-teman barunya.
"Perkenalkan nama saya...
Tbc
Panjang nggak? Lumayanlah ya hihihi
Alurnya lambat banget ya, biar greget 😄Nidananw
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Or Crush?
Fiksi RemajaKetika kamu memiliki alasan untuk menyukai seseorang, it's crush Tetapi ketika kamu tidak memiliki alasan untuk menyukai seseorang, it's love