"I won't leave you. This, I promise you." Katamu sambil mengelus lembut pipiku. Ada sinar keikhlasan pada matamu. Mungkin. Aku tak pasti. Boleh saja aku salah menilai bahasa matamu.
Sebagai gadis biasa, yang mudah terbuai dek janji dan kata manis, aku sekadar mengangguk. Berharap kata-katamu benar. Bukan bohongan untuk menawan hatiku. Ya, itu harapku.
"I'm so sorry. I can't do this anymore." Itu adalah katamu, lewat petang, di sebuah kafe bersama kopi yang masih berasap nipis. Kau menunduk -- tidak memandangku.
"Jadi, janji dahulu hanyalah kata manis, bukan? Katamu kau takkan pernah tinggalkan aku." Ini bukanlah kata-kata sesal. Hanya kata-kata sindiran -- untuknya juga untukku. Untuknya yang berjanji dan untukku yang terlalu bodoh memegang janji. Lucu.
"Maafkan aku."
Aku menggelengkan kepala. "Simpan maafmu. Maaf tidak mampu memulihkan hatiku."
Aku berlalu. Meninggalkan dia di kafe kegemaran bersama kopi kini adalah kebencianku.
YOU ARE READING
Cinta dan Janji
Romance"Harusnya kau ingat bahwa kita itu tak mungkin terpisah jauh. Selalu ada dan dekat. Hati kita saling dan selalu mendamba."