1

7.8K 264 6
                                    

Dua gadis berseragam SMA sedang memilah-milih tumpukan alat tulis di hadapannya. Sepulang sekolah mereka mengunjungi salah satu toko alat tulis yang terletak tak jauh dari sekolahnya, hanya berjarak 30 meter.

"Pensil, pulpen, penghapus, penggaris, tipe-x... Ehhhmmmm." Salah satu dari gadis itu mengabsen alat tulis yang telah menumpuk di keranjang belanjaannya. Masih terlihat bingung mengetuk-ngetukan jari tengah pada dagunya.

"Apa lagi ya Sha?" Lanjutnya lagi, bertanya pada gadis di sampingnya, Salsha.

"Gue pikir udah cukup deh (namakamu). Itu udah banyak banget." Ucap Salsha menunjuk keranjang belanjaan sahabatnya (namakamu) yang sudah menumpuk.

"Cukup gak ya?" Tanya (namakamu) kembali menatap sahabatnya.

Salsha berdecak lidah. "Lo mau pake itu semua sampe tahun ajaran 2016 juga bisa kali (namakamu)."

"Semua lo beli satu lusin setiap jenisnya kan?" Salsha mengambil satu pak pensil dan satu pak penghapus karet dari keranjang belanjaan (namakamu).

"Masih kurang?" Salsha mengangkat dua pak alat tulis yang di genggamnya tersebut.

"Hehe... Ya udah deh." (Namakamu) nyengir lalu menarik tangan Salsha untuk segera menuju kasir.

"Wuiih... Belanjaannya banyak banget?" Ucap seorang laki-laki sebaya yang duduk di bangku kasir, meraih keranjang belanjaan (namakamu).

"Stock Bas." Ucap (namakamu) tersenyum.

Laki-laki itu mulai sibuk menginput data belanja pada komputer di hadapannya.

"Kalo belanjanya banyak gini, berarti bakal jarang ke sini dong. Biasanya kan tiap hari." Ucap kasir tersebut yang kini tengah memasukkan belanjaan (namakamu) ke dalam kantong plastik besar.

"Kenapa emang? Lo bakalan kangen sama gue ya Bas?"Goda (namakamu).

Bas? Bastian lebih tepatnya, seorang siswa kelas XI SMA, sebaya dengan (namakamu) dan Salsha. Mereka berbeda sekolah, tapi mereka sangat saling mengenal. Karena... ya itu tadi, (namakamu) adalah pelanggan setia di toko Bastian, yang selalu datang hampir setiap hari untuk membeli alat tulis.

Sepulang sekolah Bastian membantu orang tuanya untuk menjaga toko alat tulisnya tersebut, awalnya Bastian sangat malas. Tapi, ketika ia melihat pelanggan secantik (namakamu) mengunjungi tokonya hampir setiap hari, semangatnya untuk menjaga toko seketika menggebu-gebu.

Kembali ke cerita...

"Kangen? Kangen sama cewek aneh kayak lo? Gak (namakamu)!" Ucapnya menyerahkan kantong plastik yang berisi belanjaan tersebut.

"Aneh?" Tangan (namakamu) menghentak meja kasir di hadapan Bastian. "Cewek cantik kayak gue lo bilang aneh?" (Namakamu) tak terima.

"Iya lah. Tiap hari lo beli pensil, pulpen, tipe-x, sama yang lainnya. Apa dalam satu hari lo bisa ngabisin itu semua?" Bastian memang senang sebenarnya (namakamu) mendatangi tokonya setiap hari, namun ia masih bingung dengan tingkah gadis itu yang setiap hari membeli peralatan tulis. 'Setiap hari'.

"Gue kolektor." (Namakamu) menyerahkan uangnya pada Bastian.

Bastian memasukkan uangnya ke dalam laci, menarik struk belanjaan, seraya memberikan uang kembalian.

"Tapi nanti dia gak akan ke sini tiap hari lagi Bas. Karena stock belanjaannya udah lebih dari cukup... Dan tugas gue untuk nganter dia ke sini setiap hari pun akan tertunda sampai tu stock alat tulis abis." Tutur Salsha menyeringai.

Bastian hanya mengerutkan dahinya mendengar penjelasan dari Salsha.

"Udah Bas gak usah sedih gitu. Gue bakal sering dateng ke sini kok, ya walau gak beli apapun. Gue tau lo pens setia gue yang selalu nunggu kedatangan gue setiap hari." Ucap (namakamu) menepuk-nepuk bahu kanan Bastian.

 OPPOSITETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang