(Namakamu) meninggalkan Iqbaal yang masih
duduk santai di sofanya. Setengah berlari
(namakamu) keluar dari kamar itu. Sakit, sangat
sakit ia rasakan kini. Ucapan Iqbaal masih
terngiang-ngiang di telinganya.
'BRUK'
Dengan asal (namakamu) menyandarkan
punggungnya pada tembok pagar di luar kosan
Iqbaal. Tangis yang sedari tadi tertahan itu kini
meledak. Iqbaal, pria yang sempat ia lupakan
karena kesibukkannya dengan Bastian. Ternyata
kini membuatnya sesakit ini.
Di dalam sana Iqbaal masih duduk di atas
sofanya. Menahan sesuatu yang menyesakkan
dadanya. Sesekali dadanya kempis dan kembali
mengembang. Mencoba mengatur nafasnya yang
sudah tak dapat terhela seperti biasa.
***
"Jadi?" Bastian dengan (namakamu) duduk
berdampingan di bangku taman depan
fakultasnya.
"Apa Bas?" (Namakamu) masih pura-pura tak
mengerti.
"Ayo deh nenek-nenek! Masa baru aja aku bilang
kemarin, sekarang udah lupa lagi?" Bastian
manyun, sedikit kesal dengan jawaban
(namakamu) yang malah balik bertanya.
"Akuuu...emmm..." (Namakamu) ragu untuk
mengucapkannya. Mengucapkan perasaan yang
ada di dalam hatinya.
"Apa (namakamu) ayo dong." Bastian
menggoyang-goyang lengan (namakamu), ia
benar-benar penasaran dengan jawaban
(namakamu) atas pertanyaannya kemarin.
"Kita, jalanin dulu aja kaya gini. Kaya biasa.
Karena takutnya perasaan kamu sama aku...
Cuma sesaat. Siapa tahu itu cuma perasaan
karena pelarian kamu dari Casie." (Namakamu)
menggigit bibir bawahnya, berusahaberbicara
dengan sangat hati-hati. Tak mau menyakiti hati
Bastian sedikitpun.
"Aku udah yakin sama perasaan aku (namakamu).
Atau mungkin kamu yang belum yakin sama
perasaan kamu?" Bastian memicingkan matanya,
membuat (namakamu) tertunduk tak berani
menatap bola mata Bastian.
"Aku akan nunggu." Lanjut Bastian.
(Namakamu) mendangakan wajahnya menatap
Bastian.
"Aku akan nunggu kamu untuk putus dari laki-
laki itu, dan ngelupain dia." Bastian memeluk
(namakamu) dari samping kanannya. Bastian
mengeratkan pelukannya, sangat tulus. Seperti
tak mau kehilangan (namakamu).
"Makasih Bas." (Namakamu) memejamkan
matanya. Mencoba tenang dari kegelisahan hati
dan perasaannya saat ini. Mencoba untuk nyaman
dalam dekapan Bastian.
***
"Gak mampir dulu Bas?" Tanya (namakamu) kini
berdiri di samping Bastian yang masih duduk di
atas motornya.
"Gak ah, udah sore. Kamu kan harus dandan buat
nanti malem (namakamu)." Bastian menaik
turunkan alisnya.
"Nanti malem?" Alis (namakamu) bertaut tak
mengerti.
"Tadi kan aku ngajak kamu, nanti malem kita
jalan. Kamu bilang iya kan?" Kini Bastian yang
menautkan kedua alisnya, kenapa (namakamu)
bisa sepikun itu?
"Oh ya? Aku lupa." (Namakamu) nyengir
memperlihatkan jejeran gigi putihnya.
"Hah? Lupa? Ya udah sana! Cepet masuk."
Bastian mendorong pundak (namakamu) pelan.
(Namakamu) memasuki halaman rumahnya dengan
langkah yang teramat pelan. Kenapa kini ia
menjadi seperti ini? Setiap orang yang melihat
wajahnyapasti tahu kalau iya tengah galau.
Tapi galau memikirkan apa? Iqbaal? Kenapa harus
Iqbaal? Bukankah tugas Iqbaal sudah selesai, ia
hanya mengantar (namakamu) hingga Bastian
kembali bertekuk lutut di hadapan (namakamu).
Dan kini semuanya telah terwujud dan urusannya
dengan Iqbaal telah 'selesai', tapi justru karena
itu (namakamu) semakin dibuat setengah gila.
"Kesini lagi Bas?" Tanya (namakamu) kini tengah
berada di cafe yang beberapa kali pernah ia
kunjungi dengan Bastian. Cafe gaya clasik ini
selalu menjadi pilihan Bastian.
"Aku pengen ini jadi tempat penuh kenangan buat
kita. Makanya aku selalu ajak kamu ke tempat
ini. Nanti, walaupun kita udah nikah, udah
kakek-nenek, kita tetep ke tempat ini ya." Ucap
Bastian dengan senyum khasnya.
(Namakamu) tertawa kecil mendengar ucapan
Bastian. "Nikah? Kakek nenek? Aneh
deh!" (Namakamu) semakih terkekeh.
"Kamu gak mau?" Bastian sedikit lesu, karena
ucapannya tadi malah menjadi bahan tertawaan
bagi (namakamu).
"Ok. Ok. Apapun yang terbaik untuk aku, pasti
aku terima. Termasuk kalau suatu saat aku harus
nikah dan habisin waktu tua aku sama
kamu." (Namakamu) tersenyum lembut, senyuman
itu membuat Bastian semakin menggila.
"Itu memang jalan yang terbaik buat kamu
(namakamu). Menikah dengan aku." Ucap Bastian
terdengar sangat percaya diri.
Makanan yang dipesan telah datang. Dihidangkan
di hadapan mereka. Bau makanan yang mulai
menyeruak membangkitkan nafsu makan sepasang
manusia ini.
"Makan dulu
KAMU SEDANG MEMBACA
OPPOSITE
Teen FictionTerkadang sesuatu yang berlawanan itu menjadi musuh dan dijauhi... Tanpa sadar sebenarnya, sesuatu yang berlawanan itu bisa membuat kita terasa lebih nyaman. . @citranovy PRIVATE STORY # 706 dalam teen fiction