6

2.1K 166 1
                                    

'Bukh Bukh Bukh'

Kepalan lengan (namakamu) mendarat bertubi- tubi pada punggung Bastian membuat Bastian
meringis dan menolehkan wajahnya ke belakang.

"Gue emang pegel. Tapi cara mijitinnya gak gitu."
Protes Bastian berusaha melihat wajah
(namakamu).

"Bas. Itu bukannya Salsha ya?" (Namakamu)
menunjuk Salsha yang keluar dari pintu sebuah
cafe yang berada di seberang kanan sana.
Wajahnya terlihat riang, berjalan bersama..

'BRUM'

  Tiba-tiba Bastian menarik gas motornya,
membuat motornya melesat menjauh tanpa
sempat (namakamu) melihat Salsha sedang
bersama siapa.

"Ih! Lo gimana sih!" (Namakamu) menoyor kepala
belakang Bastian.

"Apaan sih? Itu lampu udah ijo. Lo mau kita
ditabrak sama orang dari belakang, lampu udah
ijo kita masih diem aja." Jawab Bastian gemas
dengan tingkah (namakamu).

Benar juga, jika Bastian tadi tak segera menarik

gas motornya maka suara klackson kendaraan

dari arah belakang akan menghujam mereka
berdua.

"Yang tadi bener Salsha bukan sih
Bas?" (Namakamu) masih tak yakin dengan apa
yang baru dilihatnya barusan, jika benar itu
Salsha berarti Salsha membohonginya kan?
Karena sepulang sekolah tadi ia bilang akan
langsung pulang ke rumah. Tapi kenapa harus
berbohong?
Pikirannya berputar-putar masih sangsi dengan
apa yang dilihatnya tadi. Sampai akhirnya...

"Lo mau ikut gue balik lagi ke toko?" Tanya
Bastian menolehkan wajahnya ke belakang.
Ternyata mereka kini sudah sampai di depan
pagar rumah (namakamu).

  Sedari tadi Bastian
mememerintah (namakamu) untuk segera turun
tapi (namakamu) malah asik berkemelut dengan
pikirannya sendiri.

"Hah udah nyampe ya?" (Namakamu) nyengir
menggaruk-garuk kepalanya. Lalu turun dari jok
motor Bastian Tanpa permisi (namakamu) melangkahkan
kakinya, hendak membuka pagar rumah.

Meninggalkan Bastian yang masih duduk di atas
motornya.

"SAMA-SAMA (namakamu)." Ucap Bastian penuh
penekanan.

"Eh." (Namakamu) cengengesan. "Makasih Bas.
Mau mampir dulu?" (Namakamu) kembali
memasang tampang tak berdosa.

"Enggak ah udah sore, nanti keburu ujan."
Bastian menutup kaca helmnya.

"Bye." Ucap Bastian, suaranya terbekap busa
helm yang menutupi mulutnya kini.

"Bye." (Namakamu) melambaikan tangannya. Lalu
memasuki pekarangan rumahnya.
***
"Kamu gak keberatan kan aku kasih alat tulis
yang gambarnya Hello Kitty? Itu kan tandanya
alat tulis itu pemberian dari cewek, cewek yang
suka sama kamu. Iya kan?" (Namakamu)
mengingat ucapan Bastian kemarin, kini ia
menatap pria di hadapannya, karena posisi duduk
(namakamu) diputar menghadap ke kiri.

  Sedangkan laki-laki di hadapannya masih tetap
menatap buku tanpa menghiraukan ucapan
(namakamu) sedikitpun.

(Namakamu) menggembungkan kedua pipinya.
'Nyebelin' jika saja (namakamu) tak menyayangi
laki-laki itu mungkin ia kini telah membunuhnya.

"Kalau kamu keberatan, aku gak akan ngasih
lagi." (Namakamu) mengancam. Tak tahu kah ia
ancamannya membuat Iqbaal girang.
Iqbaal masih terdiam.

  (Namakamu) mengepalkan tangannya. Ingin sekali
rasanya melayangkan kepalan itu pada kening
Iqbaal. Agar dia sadar bahwa ada (namakamu)
berbicara di sampingnya.

 OPPOSITETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang