19

2.4K 170 0
                                    

"Ya, aku bakalan tinggalin (namakamu)... Buat kamu." Iqbaal memejamkan matanya. Merasakan sesak di dalam dadanya setelah mengatakan hal itu. Pejaman matanya menerawang, membayangkan sosok (namakamu) yang berada di sana. Yang sama sekali tak mengetahui hal ini.

'BRUK'

Setengah berlari Salsha menabrak tubuh Iqbaal. Mendekapnya erat.

"Aku sayang sama kamu." Tangis Salsha meledak tenggelam dalam dada Iqbaal.

Iqbaal masih terdiam, berharap semuanya mimpi. Berharap Tuhan memutar ulang waktu 1 tahun ke belakang agar ia bisa memperbaiki kesalahan 'fatal'nya.

Seorang gadis terbangun dari tidurnya. Diliriknya jam weker di samping tempat tidurnya. Pukul 9 malam.

"Ketiduran." Ucap (Namakamu) sambil mengucek-ngucek pelan matanya, sempat menguap sejenak.

'Drt Drt Drt'

Ponselnya bergetar, pertanda ada pesan masuk. Tangannya refleks meraba-raba meja kecil di samping tempat tidurnya.

'From: Iqbaal

Mimpi indah. Maafin gue :')'

(Namakamu) mengerutkan dahinya. Apa maksud dari pesan singkat yang dikirimkan Iqbaal? Kenapa harus meminta maaf? Maaf untuk apa?

(Namakamu) mengotak-atik layar ponselnya, membalas pesan singkat Iqbaal. Namun selang waktu beberapa detik, menit, jam tak ada balasan juga.(Namakamu) tak mau ambil pusing, cukup lelah ia terus-menerus memikirkan hal ini. Dan berujung dengan sesak disertai dengan menangis .

***

"Ada gak yang lebih aneh dari itu?" Ucap (Namakamu) sambil terkekeh, duduk di samping Aldi, duduk di kursi Iqbaal lebih tepatnya. Memperhatikan foto-foto masa kecil Aldi pada layar laptopnya. Slide demi slide Aldi tunjukkan membuat (namakamu) semakin terbahak.

Aldi sungguh bahagia melihat gadis ini bisa kembali ceria, bisa melihat tawanya lagi, tidak terus-menerus meratapi nasib buruknya akibat laki-laki yang dicintainya memilih sahabat dekatnya sendiri.

"Ekhem." Suara itu berasal dari samping kanan (namakamu). Si pemilik kursi sudah datang, Iqbaal.

"Eh maaf Baal." (Namakamu) hendak berdiri. Namun dengan cepat Iqbaal menahan (namakamu).

"Tenang aja. Gue cuma mau nyimpen tas kok. Lo di sini aja." Iqbaal menaruh tasnya di atas meja, lalu ia duduk di bangku (namakamu), bersama siapa? Siapa lagi kalau bukan Salsha, jelas-jelas dia adalah kekasihnya.

Mata (namakamu) mengekor gerakan Iqbaal yang kini duduk di samping Salsha. Seperti terlihat... Biasa saja, tidak terjadi apa-apa antara mereka, sepertinya hubungan mereka baik-baik saja. Tidak munafik (Namakamu) mengharapkan hal lain terjadi pada hubungan dua makhluk itu, jahat memang, tapi kenyataannya seperti itu. Dan saat ini, (namakamu) merasa hatinya sedikit perih.

'Tunggu gue (namakamu)' ucapan Iqbaal pada saat itu masih terngiang-ngiang jelas di telinganya. Janji Iqbaal yang akan sesegera mungkin menjelaskan semuanya pada Salsha masih ia tunggu hingga saat ini. Tak pernah sedetikpun ia lupa akan hal itu. Namun jika setiap harinya hubungan mereka seperti ini. Maka harus sampai kapan (namakamu) menunggu Iqbaal? (Sampai kucing beranak sapi )

"(Namakamu)." Aldi menggoyangkan pundak (namakamu), menyadarkan gadis itu dari proses tenggelam dalam lamunannya sendiri. "Itu Bu Evi udah masuk." Aldi menunjuk Bu Evi yang sudah duduk manis di kursi guru.

"Lo mau duduk sama Aldi?" Tanya Iqbaal, ternyata sedari tadi ia telah berdiri di samping kanan (namakamu). Memperhatikan tingkah bodohnya yang hanyut dalam kebengongannya sendiri.

 OPPOSITETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang