10

2.3K 181 0
                                    

Pagi hari. Pukul 06.45 seorang gadis cantik tengah berjalan di koridor sekolah. Kepalanya masih sedikit pening, tapi jika terus-terusan beristirahat juga itu sangat membosankan, dan akan membuat otaknya yang tidak terlalu pintar semakin bodoh karena tertinggal banyak materi pelajaran.

Suasana sekolah sudah ramai, siswa/siswi masih saling berjejal di luar kelas. Menunggu waktu bell masuk yang masih 15 menit lagi.

'Tap'

Sebuah telapak tangan mendarat mulus menggenggam telapak tangan (namakamu). Membuat (namakamu) yang tengah berjalan menunduk sedikit tersentak dan menengadahkan wajahnya untuk melihat wajah sosok di samping kanannya itu.

"Gue cuma mau megangin tangan lo. Takut lo pingsan." Ucapnya ngelantur.

(Namakamu) terkekeh mendengarnya. "Gue gak seperah itu AL."

Yuhu, Aldi kini menggenggam telapak tangan kanan (namakamu) berjalan menyusuri koridor sekolah, berjalan berdampingan. (Namakamu) tak dibuat risih dengan tingkah Aldi. Karena (namakamu) tahu, Aldi bukan laki-laki yang suka bertindak macam-macam dan tidak punya maksud aneh-aneh (mungkin).

Pintu kelas masih terbuka lebar, beberapa siswa ada yang masih sibuk berbincang di luar kelas, dan tak sedikit bergosip di dalam kelas. Aldi dan (namakamu) melangkahkan kakinya memasuki kelas. Di ambang pintu Aldi melepaskan genggamannya, namun tingkah Aldi sempat dilirik teman-temannya yang berada di dalam kelas termasuk Iqbaal dan Salsha yang sedang duduk di kursinya masing-masing.

Iqbaal sempat menoleh. Mengerutkan dahinya sedikit. Tak mau berkomentar apapun lalu kembali fokus pada lembaran kertas di depannya. Sedangkan Salsha, gadis ini cukup lama mengangakan mulutnya. Melihat (namakamu) bersama Aldi. Bukankah (namakamu)...

Salsha melirik Iqbaal yang duduk di seberang kirinya.

"Hai." (Namakamu) duduk di samping kiri Salsha, menutupi pandangan Salsha yang tertuju untuk Iqbaal.

"Hai." Salsha tersenyum, masih dalam kebingungannya. "Lo udah sembuh? Kok udah masuk? Baru aja gue mau jenguk lo hari ini." Salsha memegangi kening (namakamu).

"Masih anget." Ujar Salsha kini menatap (namakamu) dengan tatapan sedikit khawatir.

"Kalo gue diem dirumah bukan anget lagi, tapi panasss." Jawab (namakamu) kembali dengan tampang polosnya. Menyimpan tas di atas mejanya.

Salsha memperhatikan (namakamu). Tak sedikitpun gadis itu menyapa Iqbaal, menggelayuti lengan Iqbaal, jangankan seperti itu, menatap Iqbaal pun tidak. Ada apa sebenarnya? Salsha kembali dibuat bingung.

"(Namakamu)..." Belum sempat Salsha bertanya apapun. Bel masuk sudah berbunyi. Semua sisiwa sibuk menyimpan peralatan di hadapannya. Menyiapkan buku mata pelajaran pertama. Matematika.. Yeeaayyy senangnya -,-#

"Apa Sha?" (Namakamu) menoleh.

Salsha menggeleng. "Nanti aja." Karena sadar Guru matematika akan segera hadir.

Dalam hitungan beberapa detik, benar saja. Guru itu telah melangkahkan kakinya memasuki ruangan kelas. Kelas riuh berubah sunyi.

Apersepsi, dimulai dengan salam, berdoa, dan basa-basi. Mengingat materi sebelumnya agar bisa kembali konek dengan materi yang akan dipelajari selanjutnya.

Fokus. Tatapan lurus kedepan semua dilakukan oleh seluruh siswa, tak terkecuali (namakamu). Tak lagi memandangi wajah Iqbaal selama jam pelajaran berlangsung, walau sebenarnya seperti ada medan magnet yang berlawanan kutub dengannya, menyebabkan (namakamu) ingin sekali menolehkan wajahnya ke arah kiri, namun pertahanannya kali ini cukup kuat.

 OPPOSITETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang