"Kapan kamu mau bilang sama (namakamu)?" Tanya Iqbaal kembali menagih janji Salsha.
"Kita bicaranya jangan disini ya. Gak kedengeran, berisik." Alibi Salsha mengulur waktu.
Iqbaal membungkukkan pundaknya yang sedari tadi tegak. Selalu Salsha seperti itu.
Sementara di sisi lain dua makhluk berlawanan jenis sedang duduk di tengah lapangan futsal (indoor ye).
"Gakada kerjaan lo ngajak gue makan di sini." (Namakamu) meraih makanan yang menumpuk di hadapannya.
Aldi telah membeli makanan ringan dan berat (?) di kantin, sengaja dipersiapkan untuk mereka berdua. "Lo kayak gak tahu aja kalo diem di kantin cuma bikin sesek nafas aja."
(Namakamu) hanya tertawa kecil. 'Aldi baik' pikirnya. Ia sengaja menyediakan semua ini agar (namakamu) tak perlu berinteraksi banyak dengan Iqbaal di kantin. Mungkin.
"Dan di sini kan kita bisa berduaan?" Aldi menaik turunkan alisnya. Tersenyum nakal.
"Apaan sih!" (Namakamu) melemparkan sebuah snack yang hendak dimasukkan ke dalam mulutnya.
"Lo udah gak sedih?" Tanya Aldi melihat senyum (namakamu) kembali mengembang.
"Enggak. Kan ada lo." (Namakamu) mencoba menggoda Aldi. Seketika membuat Aldi senyum-senyum sendiri dan angannya melayang jauh.
'Prak'
Terdengar seperti suara benda terjatuh, (namakamu) dan Aldi menolehkan wajahnya. Arah suaranya sepertinya di pintu masuk.
"Suara apaan tuh?" Tanya Aldi menatap (namakamu). (Namakamu) tak menjawab, hanya mengangkat kedua bahunya.
Aldi beranjak dari duduk menyilangnya. Berjalan menghampiri pintu masuk, karena arah suara itu berasal dari sini sepertinya. Mencoba mengecek, apakah ada orang di sana selain mereka berdua?
Tidak ada. Aldi kembali menghampiri (namakamu) duduk menyilangkan kakinya di hadapan gadis itu. "Tikus kali." Terka Aldi sekenanya.
Cukup lama ereka di sana, sekitar setengah jam hingga bell berbunyi. "Yah." Dengus Aldi.
Tanda waktu istirahat telah berakhir. Dengan segera Aldi membereskan sampah bungkus makanan yang ada di hadapannya.
"Udah, sama gue aja." Tepis Aldi ketika (namakamu) hendak membantunya.
(Namakamu) tersenyum, apakah seperti ini cara Aldi memperlakukan seorang gadis? Sungguh manis. Jika saja tidak ada Iqbaal yang menempel kuat di dalam hatinya. Bisa saja...
Lupakan, (namakamu) segera menepis pikiran yang menurutnya gila.
"Yuk." Aldi menyadarkan (namakamu) yang sedari tadi memperhatikannya tengah memunguti bungkus-bungkus makanan itu dengan apik.
"Yuk." Sambut (namakamu), kini mereka telah melangkah dari dalam lapangan indoor ini dan menutup kembali pintunya.
Kelas masih seperti biasa, ramai. (Namakamu) dan Aldi masuk ke dalam kelas secara bersamaan. Tapi ternyata kedatangan mereka membuat semua pasang mata kembali menatapnya. Dua makhluk itu sempat terdiam, karena melihat kondisi riuh kelas seketika hening memperhatikan kebersamaan mereka.
Bukan lagi menjadi rahasia jika (namakamu) menggilai sosok Iqbaal. Seisi penghuni kelas sudah mengetahui akan hal itu. Tapi kini, kenapa bersama Aldi? Semua bertanya-tanya.
(Namakamu) berjalan dengan cepat sedikit menunduk, meninggalkan Aldi yang masih belum sadarkan diri mematung di ambang pintu.
"Ekhem." Deheman itu terdengar sedikit menyeramkan. Seorang guru pria, guru Kimia kini menyambangi kelas mereka. Aldi yang berada di ambang pintu sempat tersentak menoleh ke arah belakang, menganggukkan kepalanya sopan, lalu melangkahkan kakinya untuk menuju kursi siswa.
KAMU SEDANG MEMBACA
OPPOSITE
Teen FictionTerkadang sesuatu yang berlawanan itu menjadi musuh dan dijauhi... Tanpa sadar sebenarnya, sesuatu yang berlawanan itu bisa membuat kita terasa lebih nyaman. . @citranovy PRIVATE STORY # 706 dalam teen fiction