15

2.9K 177 0
                                    

"Lagi ulangan nangis. Gimana kalau nanti lo di sangka nangis gara-gara gak bisa ngerjain soal ulangan? Bego kan?" Ucapnya lagi langkahnya semakin menghampiri (namakamu).

Entah mengapa air matanya terproduksi semakin hebat setelah kedatangan laki-laki ini.

'BRUK'

(Namakamu) menghambur dalam dekapan laki-laki yang ada di hadapannya ini. Membekap tangisnya dalam dada bidangnya, mengeluarkan erangannya yang dibekap oleh dada ini.

"Jangan nangis terus." Laki-laki tersebut membelai lembut rambut (namakamu). Tak mengetahui alasan gadis ini menangis, yang ia tahu tangis gadis ini terdengar sangat menyakitkan dan membuat dadanya ikut merasakan sedikit sesak.

Bell istirahat berbunyi. Menandakan bahwa seluruh siswa diijinkan untuk keluar kelas.

Salsha sempat mencari-cari (namakamu) yang setelah ulangan tadi tak ia temui. Beberapa kali mencoba menghubungi ponselnya namun tak mendapatkan hasil apapun.

'Klik'

Terdengar kembali suara rekaman dari bolpoin yang kini digenggam Aldi. Sejenak Aldi bisa merasakan kekecewaan dan pukulan yang kini menghantam (namakamu).

Aldi merangkul pundak gadis yang duduk di sampingnya.

Rangkulan Aldi membuat (namakamu) sedikit lebih tenang. "Gue gak kecewa kok Al. Cuma lagi pengen nangis aja." Ucapnya tak mau Aldi berpikiran ia kecewa terhadap sahabatnya sendiri.

Kini mereka berdua tengah duduk di tengah lapangan futsal, tidak pergi ke kantin untuk istirahat seperti siswa lain, tidak makan di jam istirahat ini, karena beberapa kali Aldi merayu (namakamu). Tetap jawabannya 'tidak'.

"Kalo gak kecewa, kenapa nangis?" Tanya Aldi memiringkan wajahnya.

"Nanti juga gue gak nangis lagi." (Namakamu) sedikit mendongakan wajahnya menatap Aldi. Aldi tak menjawab, hanya tersenyum.

Waktu pulang telah tiba. Salsha segera meraih lengan (namakamu) agar tidak kehilangannya seperti waktu istirahat tadi. Sebelum sahabatnya itu beranjak dari duduknya.

"Gue mau ngomong." Salsha menatap (namakamu), Salsha tahu bahwa sedari pagi (namakamu) sepertinya memiliki masalah yang enggan ia ceritakan. Tapi jika tidak sekarang kapan lagi.

"Gue tahu lo lagi ada masalah. Tapi kalau gue gak bilang sekarang... Gue makin ngerasa bersalah sama lo (namakamu)." Ucap Salsha dengan tatapan memohon, meminta (namakamu) untuk tetap berada di sini bersamanya sejenak.

(namakamu) tak menjawab. Hanya terdiam lalu melirik Iqbaal yang kini berada di samping kirinya hendak melangkahkan kakinya untuk keluar kelas. Ia merasa sudah cukup puas mendengarkan rekaman itu tadi pagi, jika ditambah lagi dengan penjelasan dari Salsha saat ini. Entah lah hatinya akan sehancur apa.

"Gue cuma mau bicara semuanya berdua Al." Salsha menatap Aldi yang sedari tadi masih mematung di samping kursi milik Iqbaal.

"Ok." Aldi melangkahkan kakinya keluar dari kelas, secara tidak langsung Salsha mengusirnya kan?

"Gue tahu hari ini lo kayaknya punya masalah berat, tapi lo gak mau cerita sama gue." Salsha berbasa-basi melihat keadaan (namakamu) yang masih terlihat tak bersahabat seperti biasanya.

"Gue pengen cepet pulang Sha." Ketus (namakamu) membuat Salsha merasa sedikit aneh dengan tingkahnya.

"Iya..." Salsha menjeda kalimat selanjutnya. "Lo tahu kan kalo cinta itu gak bisa dipaksa? Dan cinta itu bisa datang kapan aja?" Salsha menunggu respon (namakamu), namun sahabatnya itu masih terdiam.

 OPPOSITETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang